BAB 26

87 26 21
                                    

Satu Tahun Kemudian

Meluluhkan hati Yoona bukanlah perkara gampang. Hati gadis itu seolah sudah tertutup gunung es. Tawaran persahabatan yang ditawarkan oleh Hansung tidak begitu saja disambut oleh Yoona. Ia memang bukan remaja sembilan belas tahun lagi. Ia bukan gadis lugu yang naif yang dulu berangkat ke Everest seorang diri, yang begitu mudahnya terpikat akan pesona seorang pemuda maha tampan, yang terbujuk oleh kata-kata mesra dan rayuan gombal, serta terjerumus ke dalam lembah dosa yang berakibat fatal untuk hidupnya. Yoona yang sekarang adalah seorang wanita dewasa muda yang selalu berhati-hati dalam melangkah. Tidak mau membuka diri. Dan sulit menerima orang baru di hidupnya.

Tapi perlahan dan pasti, Hansung terus saja maju. Ia tak peduli Yoona sering tidak mengacuhkan panggilan telepon darinya. Sering berkilah setiap kali ia mengajak keluar dan mengundang makan. Atau menghindar saat ia berkunjung ke toko dan rumahnya.

Hampir sembilan bulan lamanya Hansung mencoba untuk meruntuhkan dinding batu yang membentengi hati Yoona. Entah ada apa sehingga perasaan gadis itu seolah sudah mati kepada yang namanya lelaki. Namun Hansung tahu, di balik kekerasan hati dan sikapnya, tersembunyi satu sosok gadis yang begitu rapuh. Gadis yang tak bisa membela diri sehingga dia harus membangun tembok yang begitu kuat untuk melindungi sepotong hati miliknya. Hati yang menyimpan satu cinta yang begitu tulus dan suci.

Hansung berharap, sering juga ia berdoa, agar sepotong cinta yang terkubur di dasar hati Yoona bisa menjadi miliknya. Ia tak mau hidup tanpa gadis itu. Ia sudah jatuh cinta sedalam-dalamnya kepada Yoona.

Pada bulan kesepuluh, Yoona melunak padanya. Mau menerima perasaannya yang teramat sangat kepada gadis itu. Kesempatan ini tidak Hansung sia-siakan. Ia segera melamar Yoona untuk menjadi isterinya. Tidak tanggung-tanggung, Hansung menemui nenek Yoona di Busan dan seluruh paman serta bibi gadis itu yang bisa ia datangi satu persatu. Mereka semua menyukainya, mendukungnya untuk menjadi pendamping Yoona.

Disudutkan dan dinasihati oleh semua anggota keluarganya, terutama oleh neneknya, Yoona pun menyerah. Ia menerima lamaran Hansung. Terkadang Yoona sendiri tidak mengerti apa ia menerima Hansung karena desakan keluarganya ataukah karena lelaki itu memiliki wajah yang sama persis dengan Taehyung, wajah yang begitu ia rindukan, wajah lelaki yang ia cintai. Satu-satunya lelaki yang masih setia ia tunggu sampai detik ini. Namun jika Taehyung tidak akan pernah datang menemuinya lagi, bukankah sebaiknya ia berhenti berharap dan hidup dalam kehampaan? Hansung begitu baik, begitu lembut, dan sabar. Dia tidak pernah terburu-buru seperti Taehyung. Hansung tidak pernah kurang ajar, tidak pernah menatapnya penuh nafsu seperti Taehyung. Yoona bisa merasakan cinta Hansung kepadanya. Cinta yang dulu ia kira pernah Taehyung berikan untuknya.

"Iya, Bi. Nanti saya akan kirim meubelnya ke Nyonya Kim. Ini buat apartemen barunya di Seocho, kan?" Sambil berjalan menyusuri pertokoan di dalam mall, Yoona menerima panggilan telepon dari Bibi Hanee. "Paling lambat besok siang barangnya sudah sampai di sana. Ya, Bi."

Yoona menoleh etalase sebuah toko baju di sebelah kirinya. Ia tertarik dengan sebuah gaun putih yang dipajang di jendela etalase. Potongan gaun itu sangat bagus, cocok untuk dipakai di pesta. Tapi tidak mungkin ia memakai gaun berwarna putih di sebuah resepsi pernikahan jika itu bukanlah resepsi pernikahannya sendiri. Hyeyoung pasti akan menegurnya keras.

Tentu bukan Hyeyoung yang hendak menikah. Sepupunya yang tomboi itu belum memiliki keinginan untuk berumah tangga sekalipun sudah tiga orang mantan pacarnya yang datang melamar. 'Aku baru dua puluh tiga tahun. Untuk apa kawin buru-buru? Mau apa aku setelah kawin? Urus anak sementara suamiku enak-enakkan main di luar rumah?'

Yoona tersenyum kecut. Hyeyoung berjiwa bebas. Dia masih bisa berpetualang dan memilih laki-laki manapun yang ingin dijadikan pacar. Tapi bagi Yoona, pilihan itu sudah tidak ada. Empat tahun lalu tangan dan kakinya sudah terbelenggu. Ketika belenggu itu terlepas dengan sendirinya, ia juga tetap tidak bisa memilih. Beberapa bulan lagi ia akan menikah dengan Hansung. Ia akan menghabiskan sisa hidupnya bersama lelaki itu. Berumah tangga dan mengurus anak-cucu mereka kelak. Sebagai seorang dosen di sebuah universitas besar di Seoul, penghasilan Hansung sudah lebih dari cukup untuk membiayai rumah tangga mereka nanti. Ditambah lagi Hansung juga bekerja paruh waktu sebagai anggota tim konsultan finansial di sebuah perusahaan asuransi. Yoona juga bukannya tidak punya pekerjaan. Ia mengelola sebuah toko furnitur yang cukup ternama di Seoul. Keluarga besar dari pihak ibunya pun bisa dibilang kaya raya. Meskipun ia hanya seorang anak yatim piatu, hidupnya tidak pernah kekurangan. Ia yakin rumah tangganya bersama Hansung juga akan berkecukupan secara materi. Namun akan bahagiakah ia bersama Hansung?

LOVE THAT COULD NEVER BE [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang