BAB 5

144 25 12
                                    

Ketika Yoona bangun, Taehyung baru saja mandi. Harum sabun yang lelaki itu pakai membuat Yoona membuka kedua matanya. Heran, mengapa jika seorang lelaki yang mandi, harumnya bisa tercium sampai ke seluruh ruangan?

"Baru bangun, Yoong?" Taehyung berdiri di depan lemari bercermin sambil menggosok rambutnya yang basah menggunakan selembar handuk. "Mau mandi dulu apa langsung siap-siap?"

"Mandi dululah." Yoona beringsut dari atas ranjang. Ia merapihkan selimut dan tempat tidur.

"Kamu mesti antri kalau begitu. Kamar mandi cuma dua, sedang yang mau pakai ada sembilan orang." Taehyung mengalungkan handuk di lehernya dan mengenakan deodorant.

Yoona mesti menjaga pandangannya karena saat ini Taehyung cuma mengenakan selembar celana boxer. Tubuh bagian atasnya tak mengenakan apa-apa. Meskipun tidak sengaja memandang, Yoona sempat melihat betapa lebar punggung Taehyung dan betapa kokohnya kedua lengan lelaki itu. Dengan postur yang menjulang tinggi dan wajah yang begitu tampan, Yoona tidak akan heran jika Taehyung digilai oleh para wanita. Bahkan mungkin saat ini pacarnya ada belasan. Lelaki seperti Taehyung pasti sangat mudah menggaet dan mencampakkan perempuan manapun yang dia mau.

Yoona melangkah keluar dari dalam kamar tidur saat Taehyung mengobrak-abrik ranselnya untuk mengambil pakaian ganti.

Udara pagi di Manthali ternyata cukup dingin dan segar. Yoona melakukan sedikit peregangan di lorong depan kamarnya sambil menarik nafas dalam-dalam. Jika penerbangan hari ini tidak kembali dibatalkan, ia akan tiba di Lukla jam setengah sepuluh nanti. Saat itu ia akan langsung mencari seorang guide dan melanjutkan perjalanan ke desa berikutnya. Maka dari itu sebaiknya ia melakukan pemanasan agar tubuhnya tidak kaku dipakai berjalan kaki dan mendaki lereng gunung.

"Hai, Yoona. Sedang menunggu kamar mandi kosong?" Franz keluar dari dalam kamarnya sambil menenteng cangkir yang berisi kopi. Bule asal Jerman itu terlihat belum mandi. Ia masih mengenakan kaus rasta warna-warni dengan sablonan muka Bob Marley yang dipakainya tadi malam.

"Tidak juga. Saya baru selesai melakukan pemanasan." Yoona meregangkan kedua lengannya.

"Mau kopi? Kopi Nepal ternyata enak juga." Franz menyeruput isi cangkir yang terbuat dari bahan logam itu.

"Nanti saja sekalian sarapan. Saya tidak terbiasa minum kopi sebelum makan." Jawab Yoona.

"Yoona, mandi, gih." Tiba-tiba Taehyung membuka pintu dan melemparkan sebuah handuk kepadanya.

"Ini bukan handukku." Yoona spontan menangkap handuk berwarna putih yang dilemparkan Taehyung.

"Tahu." Cengir Taehyung. "Itu handukku. Masih baru."

Yoona melemparkan kembali handuk tadi kepada Taehyung. "Aku tidak terbiasa memakai handuk orang lain."

"Takut kena penyakit kulit, ya?" Ejek Taehyung. "Tapi itu handuk baru. Baru kubeli. Kamu enggak akan terkena panu, kudis, atau kurap."

"Bodoh amat." Jawab Yoona enteng.

Taehyung tertawa.

Lelaki ini mudah sekali tertawa. Pikir Yoona.

"Kopi darimana?" Tanya Taehyung pada Franz melihat lelaki bule itu sedang asyik menyeruput minumannya.

"Minta ke resto. Mau?"

"Tidak. Saya tidak suka minum kopi." Kata Taehyung. Ia lalu bertanya tentang hal lain kepada Franz.

Entah mengapa, Yoona mendapat kesan kalau Taehyung selalu muncul dan menyela setiap kali ia mengobrol dengan Franz----seperti orang yang tidak mau kalah.

Karena kedua lelaki itu sudah melupakan kehadirannya, Yoona menuju kamar mandi. Di depan sana hanya ada Eva dan Meylin yang sedang menunggu giliran untuk menggunakan kamar kecil. Mereka menoleh dan tersenyum tipis kepada Yoona lalu lanjut mengobrol berdua tanpa berniat untuk mengajaknya ikut bergabung.

LOVE THAT COULD NEVER BE [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang