BAB 68

154 19 49
                                    

Hansung menyetir mobilnya tanpa banyak bicara. Taehyung yang memiliki sifat yang lebih cerewet daripada kembarannya itu pun ikut terdiam. Mereka berdua sibuk dengan pikiran dan isi hati masing-masing.

"Terimakasih kamu sudah mau mengantarku ke Busan." Akhirnya Taehyung menyeletuk. Ia memang tidak bisa berdiam lama-lama di dalam sebuah mobil tanpa berbicara sepatah katapun.

Hansung tak menyahut. Ia tampak berkonsentrasi penuh mengendarai mobilnya. Sejak meninggalkan area dalam kota Seoul, cuaca mulai berubah mendung. Kendaraan-kendaraan di sekitar mereka melaju dengan kecepatan yang saling bersaing seolah-olah khawatir hari yang mendung itu akan berubah penuh air hujan.

"Hansung," panggil Taehyung, "bisa berhenti di rest area dulu? Aku mau beli makanan dan rokok." Kepalanya sedikit pusing karena perutnya kosong belum diisi sejak pagi.

Hansung atak menoleh, "rest area masih jauh." Sebenarnya ia juga lapar dan ingin gegares sesuatu. Berbeda dari mobil Yoona, di mobilnya sama sekali tidak tersimpan persediaan cemilan. Hansung sangat menjaga kebersihan mobilnya sehingga ia sengaja tidak menyimpan makanan apapun karena tidak suka jika ada sisa remeh atau bekas bungkus makanan yang tertinggal di mobilnya. Tapi sekarang ia menjadi sedikit menyesal karena tidak ada apapun yang bisa mereka cemil di sepanjang perjalanan.

"Nanti kalau ada rest area, kita berhenti dulu, ya." Pesan Taehyung. Ia memang paling tidak bisa menahan rasa lapar. Porsi makannya pun cenderung lebih banyak daripada orang lain. Sejak tadi ia tak sabar menunggu-nunggu kemunculan sebuah rest area di depan mereka.

"Ya." Jawab Hansung pendek.

"Hansung," Taehyung menoleh kembarannya. Baru kali ini ia merasa takjub melihat kemiripan di antara mereka berdua. Bukan cuma muka, bahkan gaya rambut merekapun sama persis. Ditambah lagi hari ini kebetulan mereka berdua memakai pakaian yang benar-benar serupa----membuat Taehyung merasa seperti tengah bercermin saat memandang Hansung seperti sekarang ini.

"Apa?" Suara Hansung sama sekali tidak melunak. Walaupun rasa bencinya sudah banyak berkurang, ia masih tetap marah dan jengkel kepada Taehyung.

"Aku mau minta maaf sekali lagi."

"Maaf untuk apa?" Dengus Handung. "Jangan kamu kira aku mau repot-repot mengantarmu ke Busan agar kamu dan Yoona bisa bersatu lagi."

"Lho, aku kira...," Taehyung melongo.

"Enggak usah mengira-ngira sendiri." Cemooh Hansung. "Aku juga perlu menegaskan pada Yoona kalau pernikahan kami bukanlah sesuatu yang bisa dia permainkan dengan seenaknya."

Taehyung menyilangkan kedua lengannya, "kamu masih mau bersikukuh mempertahankan Yoona walaupun kamu tahu kalau yang dia cintai adalah aku?"

"Jangan terlalu percaya diri, Tae. Hati manusia bisa berubah setiap saat. Mungkin saja saat ini Yoona sudah jatuh cinta padaku. Buktinya dia lebih memilih untuk menghadiri misa requiem untuk mendiang Paman Seung-Ryong daripada menemui kamu di Seoul." Hansung melirik sekilas. "Atau jangan-jangan, kalian sudah membuat janji untuk bertemu di lain hari?"

Taehyung tertawa. "Kamu memang enggak kenal Yoona. Kamu enggak pernah yakin kan bagaimana sebenarnya perasaan Yoona terhadapmu?"

"Tak usah terlalu besar kepala." Tegur Hansung. "Kamu mungkin pernah menjadi pacar Yoona dan menghamilinya, tapi yang menjadi suaminya sekarang tetaplah aku. Statusku dilindungi oleh Hukum dan agama."

"Apa gunanya itu semua kalau di hati Yoona hanya ada aku?" Sebenarnya Taehyung hanya bermaksud untuk mencandai saudara kembarnya, tapi ia lupa kalau Hansung bukan orang yang bisa diajak berkelakar tentang hal sesensitif itu.

LOVE THAT COULD NEVER BE [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang