BAB 67

102 18 29
                                    

Lama Hansung duduk terdiam di ruang tamu rumah Yoona. Rumah itu kosong. Yoona, Taeyoo, dan Susi sudah sejak tadi pagi berangkat ke Busan diantar oleh supir toko. Mereka semua pergi ke Busan karena nanti malam akan ada Misa Requiem atau doa bersama untuk arwah mendiang Paman Seung-Ryong di rumah Nenek Moonsook. Rencananya, siang ini Hansung akan ikut menyusul ke sana, ia bahkan sudah sengaja menelepon kampusnya untuk meminta izin tidak masuk kerja. Namun tak tahu mengapa ia belum juga bersiap-siap. Sejak bangun tidur, ia hanya melamun. Sarapan yang disediakan oleh Susi pun belum ia sentuh-sentuh sampai sekarang.

Hansung memeluk kedua lengannya sambil menatap kandelir kristal yang dipasang di langit-langit rumah isterinya. Hatinya terasa begitu tidak menentu.

Hansung sama sekali tidak pernah mengira kalau berpisah dari Jiwon akan terasa menyakitkan seperti ini, bahkan menarik nafaspun menjadi hal yang sangat menyiksa.

Jiwon adalah cinta pertamanya. Konon, cinta pertama tidak akan pernah terlupakan sampai mati. Hansung terpaksa mengakui kebenaran hal tersebut. Sejak berpisah di SMA, ia memang tidak pernah melupakan Jiwon----tak peduli siapapun gadis yang ia pacari. Baru Yoona seorang yang mampu menepikan bayang-bayang Jiwon dari benaknya.

Namun setelah mereka bertemu lagi, setelah menjalin hubungan secara diam-diam, Hansung kembali terjatuh ke dalam pusaran cinta yang dulu pernah tercipta karena Jiwon. Walau seperti apapun status dan keadaan mereka sekarang, ia tetap tidak bisa melupakan Jiwon.

Tapi Hansung sudah berjanji dan bertekad untuk setia kepada Yoona. Pahit memang karena Yoona sendiri tidak mencintainya. Rumah tangga mereka hanyalah sebuah panggung sandiwara. Tapi Yoona adalah isterinya. Isteri yang ia nikahi secara sah. Pilihan apa lagi yang ada untuknya selain menjalani hidup bersama Yoona dan membesarkan Taeyoo sebagai anaknya? Mungkin suatu hari nanti, Yoona akan bisa mencintainya....

Lamunan Hansung terusik kala ia mendengar suara pintu pagar dibuka oleh seseorang. Ia refleks berdiri dan mengintip dari balik gorden.

Hansung spontan melotot gusar begitu melihat siapa yang mendatangi rumahnya. Semula, ia berniat untuk berpura-pura tidak ada di rumah sampai sang tamu yang tak diundang itu pergi sendiri. Keadaan hati dan pikirannya sedang mumet karena baru berpisah dari Jiwon, dan sekarang hatinya malah bertambah jengkel saat teringat bahwa lelaki yang dicintai oleh Yoona---isterinya---bukanlah dirinya. Melainkan si setan busuk yang kini tengah membunyikan bel berulang-ulang kali dan menggedor pintu rumah.

"Klik."

"Mau apa kamu datang ke sini?" Akhirnya Hansung tidak tahan lagi mendengar suara bel dan gedoran pintu yang mengganggu indera pendengarannya.

Taehyung sedikit kaget melihat Hansung yang membukakan pintu untuknya---bukan Susi ataupun Yoona. Tadinya ia mengira saudara kembarnya itu sedang mengajar di kampus dan bukannya berdiam diri di rumah.

"Aku mau bertemu dengan Yoona."

"Dasar tidak tahu malu!" Umpat Hansung. "Kamu sama sekali enggak punya hak untuk bertemu dan mengganggu Yoona lagi. Dia adalah isteriku, Tae. Iparmu sendiri. Tolong hargai aku sebagai suaminya."

Kemarahan Hansung tidak dipedulikan oleh Taehyung. "Aku punya hak untuk bertemu Yoona." Ia berusaha untuk melongok ke dalam ruang tamu. Sebelum mendatangi rumah bekas pacarnya itu, Taehyung sempat mampir ke toko meubel Ryu Furniture, tapi pegawai di sana mengatakan kalau Yoona tidak datang ke toko. Rentetan panggilan telepon darinya pun sama sekali tidak diangkat oleh Yoona. Terpaksa ia mendatangi rumah bekas kekasihnya itu.

"Hak apa?" Pelotot Hansung. "Kamu cuma mengganggu orang saja. Cuma bisa bikin rusak Yoona."

Taehyung menekuk alis---tersinggung mendengar hinaan Hansung. "Enggak usah mengoceh macam-macam, Han. Aku cuma mau bertemu dengan Yoona."

LOVE THAT COULD NEVER BE [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang