BAB 109

54 13 7
                                    

Taehyung terbengong-bengong saat Pengacara Cha tmengatakan bahwa ia diperbolehkan untuk pulang tanpa perlu khawatir akan dipanggil ke kantor polisi lagi.

"Saya bebas?" Dengan ragu, Taehyung menggaruk lehernya yang gatal berkeringat. Ia tidak menyangsikan kecerdikan seorang Cha Kiyoung, pengacaranya itu bukan seorang amatir----itu sebabnya honor lelaki itu jauh lebih tinggi daripada pengacara lainnya----tapi Taehyung merasa ada hal lain yang membuatnya bisa melangkah bebas dari ancaman penjara.

"Pagi tadi, Park Minyoung menarik kembali tuntutannya kepada Anda. Dia berjanji tidak akan pernah mengusik Anda lagi." Cha Kiyoung mengasongkan sehelai kemeja bersih kepada Taehyung. "Tapi apakah Anda ingin menuntut balik?"

Taehyung menggeleng. "Saya cuma mau pulang."

pengacara Cha mengangguk. "Hansol----asisten saya---sudah membereskan berkas-berkas pembebasan Anda. Kita pulang sekarang."

Saat masuk ke dalam mobil milik Pengacara Cha, Taehyung sempat menoleh sebentar ke arah gedung kepolisian. Ia menghela nafas dan menggumamkan kata syukur atas kebebasannya ini.

Tapi sepanjang perjalanan menuju rumahnya, otak Taehyung benar-benar dipenuhi oleh berbagai macam pertanyaan. Pengacara Cha sendiri tidak bisa menjelaskan mengapa Minyoung tiba-tiba saja berubah pikiran padahal hari kemarin kakak angkat Hansung itu masih bersikeras ingin membuatnya mendekam di dalam hotel prodeo.

"Mungkinkah Yoona berhasil membujuk Minyoung? Atau ayah saya----maksudku, ayah Hansung?" Toleh Taehyung kepada Pengacara Cha yang duduk di sampingnya.

Cha Kiyoung menoleh Taehyung. "Saya yakin isteri Anda akan menjelaskan semuanya nanti."

_______________________________________

Saat membuka pintu kamar rawat ibunya, Minyoung tersenyum. Hari ini ibunya sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah. Kedatangannya ke rumah sakit sekarang ini adalah untuk menjemput sang ibu pulang.

Namun sesuatu yang sejak kemarin sore menetap di dalam benaknya membuat senyum Minyoung tampak dipaksakan.

"Kamu kelihatan lelah." Mata tua ibunya tak bisa tertipu oleh seulas senyum Minyoung.

"Ah, tidak juga." Jawab Minyoung seadanya. Ia menghampiri koper milik ibunya yang sudah diberdirikan di samping ranjang rumah sakit. "Barang-barang Eomma sudah semuanya masuk koper?"

Ibunya mengangguk.

"Apa tadi jalanan macet?" Tanya ayahnya yang sedang membantu isterinya memakai selop karet.

"Biasa saja seperti sehari-hari."

Ayah dan ibunya menoleh. Ada sesuatu yang berbeda dari raut wajah dan sikap Minyoung.

Sementara isterinya mengira bahwa air muka aneh puterinya ada hubungannya dengan kematian Hansung yang baru mereka ketahui beberapa hari ini, Tuan Park justru menduga kalau Minyoung mulai menyesal telah melaporkan Taehyung kepada polisi. Tuan Park yang tidak tahu kalau Taehyung baru saja dibebaskan semakin bertekad untuk meminta puteri sulungnya itu agar segera menarik kembali tuntutannya kepada Taehyung atau ia sendiri yang akan menyerahkan diri ke pihak kepolisian. Tapi itu akan ia lakukan nanti setelah membawa isterinya pulang dari rumah sakit.

"Mungkin ada baiknya kalau kamu tinggal di rumah Minyoung untuk sementara waktu." Cetus ayah Hansung kepada isterinya. Ia tidak mungkin membiarkan isterinya berada di rumah hanya berdua dengan pembantu mereka sementara dirinya berada di ruang interogasi kepolisian. Tuan Park tidak mau ancamannya kepada Minyoung hanya dianggap gertak sambal. Minyoung harus tahu kalau ayahnya ini bukanlah seseorang yang akan bermain-main dengan ancamannya.

LOVE THAT COULD NEVER BE [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang