BAB 58

83 18 5
                                    

Langkah Hansung di lorong kampus terhenti saat ia melihat keramaian di sana. "Ada apa ini?" Cenungnya heran. Sekarang bukan akhir semester, tidak ada yang harus dirayakan. Universitasnya juga tidak sedang bermasalah, tidak perlu ada demonstrasi untuk menuntut sesuatu.

"Hei, Hansung!" Tiba-tiba saja seorang perempuan muda berwajah cantik melambaikan tangan tinggi-tinggi kepadanya dari ujung lorong.

Awalnya Hansung tidak mengenali wanita yang berjalan cepat ke arahnya itu. Tapi ketika jarak di antara mereka berdua hanya tinggal tiga meter saja, ia sontak berseru, "Wonnie!"

Si wanita mengangguk dan tertawa. "Kamu masih ingat padaku, rupanya."

"Mana mungkin aku lupa!" Hansung tersenyum riang. Ia tidak bohong. Ia memang tidak pernah melupakan Kim Jiwon. Ia dan Jiwon merupakan teman satu SMA. Bahkan dulu, getar-getar asmara sempat mengisi relung-relung hati mereka berdua dengan begitu intensnya. Jiwon adalah cinta pertamanya. Ciuman pertamanya. Dan juga pelukan pertamanya. Sayang sekali, gadis itu tak pernah ia miliki. Sejak masih SMP, Jiwon sudah aktif menjadi seorang model di berbagai majalah remaja. Posturnya yang tinggi dan wajahnya yang sangat cantik membuat karir Jiwon di ibukota melejit dengan begitu cepat. Setelah puas berlenggak-lenggok di depan kamera dan wara-wiri di layar kaca, akhirnya Jiwon menjajal peruntungannya di dunia film. Namanya pun semakin berkibar tanpa ada satupun yang bisa menyaingi popularitasnya. Namun ketika Hansung duduk di tingkat tiga, tahu-tahu ia mendengar berita kalau Kim Jiwon mengundurkan diri dari panggung hiburan Korea Selatan untuk menikah.

Jantung Hansung serasa terbelah dua saat ia membaca kabar pernikahan Jiwon dengan seorang pengusaha kaya raya yang lebih tua sebelas tahun dari umur mereka berdua. Suami Jiwon---Son Sukku----adalah seorang eksportir hasil laut dengan kekayaan yang lebih dari cukup untuk menjadikannya seorang raja kecil di Korea Selatan. Wajah Sukku tidak jelek-jelek amat, tapi masih kalah jauh jika dibandingkan dengan wajah Hansung. Namun jumlah uang di dalam rekening lelaki itu memukul telak kepercayaan diri Hansung untuk terus memimpikan Jiwon.

"Kamu makin ganteng saja, Sung." Puji Jiwon terkagum-kagum. Kedua matanya berbinar-binar indah saat menatap Hansung dari ujung rambut hingga ujung kaki.

"Ah, biasa saja. Aktor-aktor lawan main kamu jauh lebih cakep." Balas Hansung.

Jiwon tertawa. "Mereka memang ganteng, tapi kalau dibandingkan dengan kamu sih," Jiwon mengacungkan jempolnya ke bawah. "Kamu ini bukan cuma ganteng saja loh, tapi juga pintar sekali. Aku masih ingat, kamu selalu jadi juara umum di sekolah kita. Dan aku sering sekali mencontek sama kamu. Hahahaha!" Jiwon tertawa.

Hansung ikut tertawa. Soal muka, Jiwon memang bintang sekolah mereka.yang tiada tandingannya, tapi soal otak? Hansung cuma bisa tersenyum. Tapi justru karena Jiwon tidak pandai dalam pelajaran Matematika, Fisika, dan Kimia, gadis itu menjadi sangat dekat dengannya. Mula-mula Hansung mengira Jiwon cuma butuh contekan saja darinya, tapi lama-kelamaan, Hansung menyadari bahwa sang fotomodel diam-diam menaruh hati padanya.

"Oh ya, kenapa kamu bisa ada di sini? Keramaian ini bukan gara-gara kamu, kan?" Tanya Hansung heran. Sudah bertahun-tahun mereka tidak saling berkomunikasi, tapi setahu Hansung, Jiwon sudah tidak pernah syuting film atau drama series lagi.

Jiwon tersenyum lebar----memamerkan gigi geliginya yang berderet rapi dan putih bersih. "Bisa dibilang begitu." Ia cekikikan. "Aku sedang syuting film di sini."

"Kamu main film lagi?"

"Ya. Aku bosan terus-terusan jadi ibu rumah tangga." Jiwon menceritakan alasannya kembali terjun ke dunia perfilman. "Makanya, aku iseng-iseng telepon Jang Youngwoo, siapa tahu dia mau membuat film baru." Ujarnya menyebut nama salah satu sutradara kawakan Korea Selatan.

LOVE THAT COULD NEVER BE [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang