BAB 6

112 26 18
                                    

Perjalanan menuju Phakding tidak sesulit yang Yoona bayangkan. Jika di Lukla ia bisa melihat deretan gunung dengan salju abadi, ternyata sepanjang rute menuju Phakding ia tidak melihat salju secuilpun. Bahkan fisik geografis di sana tidak jauh berbeda dari gunung, lereng, dan lembah yang ada di Korea Selatan saat musim panas.

"Capek, Sayangku?" Sesekali Taehyung menoleh Yoona.

"Belum." Jawab Yoona sambil menancapkan trekking polenya ke tangga batu di depannya. "Dan enggak usah panggil-panggil 'sayang' segala."

Taehyung menyeringai tanpa menghiraukan gerutuan Yoona. "Kalau capek bilang padaku, ok?" Ia segera melompat untuk menyusul Bhisnu yang begitu lincah melewati beberapa anak tangga sekaligus. Porter yang satu itu sama sekali tidak kekurangan energi biarpun ia menggotong ransel milik Yoona dan miliknya sendiri.

Yoona memang tidak terlalu lelah karena beban ranselnya sudah dialihkan kepada Bhisnu. Dengan santai ia bisa melihat-lihat pemandangan di sekitarnya meski yang dilihatnya sejak tadi cuma lereng gunung dan pepohonan. Tapi beberapa kali mereka melewati penginapan atau rumah warga yang bentuknya cukup unik.

Franz sengaja berjalan lebih pelan agar ia bisa mengobrol dengan Yoona. Daripada mendaki bersama Taehyung dan Bhisnu, Franz lebih suka berjalan menemani gadis cantik seperti Yoona. Gadis yang satu itu sangat menarik, tidak genit atau suka main mata. Mungkin karena pacarnya ada di situ, tapi Franz merasa kepribadian Yoona memang sebaik kesan yang gadis itu berikan kepadanya.

"Kling! Kling! Kling!"

Yoona menoleh kiri-kanan. Sejak tadi ia mendengar rentetan bunyi lonceng yang semakin lama semakin keras. Tapi ia tak tahu darimana sumber bunyi lonceng itu berasal.

Taehyung yang sudah berada jauh di depan tiba-tiba saja menoleh ke belakang. Dengan lincah, ia melompat dan menuruni anak tangga untuk menghampiri Yoona.

"Ke sini, Yoong." Ia naik ke atas sebuah batu besar dan mengulurkan tangannya.

"Ada apa?" Yoona menengadah bingung.

"Kamu dengar bunyi lonceng, kan?"

"Iya, dengar. Memangnya itu apa?"

"Itu rombongan yak." Taehyung menjulurkan tangannya. "Cepat naik, kalau enggak, kamu bisa diseruduk yak."

Dari kejauhan Yoona melihat serombongan binatang berkaki empat berbulu hitam lebat yang menyerupai banteng. Jika sampai ditabrak apalagi terinjak-injak oleh mereka, bisa-bisa badannya akan hancur lebur. Minimal patah tulang.

Yoona sontak menggapai tangan Taehyung.

Hap. Dengan sekali tarikan, Taehyung membuat tubuh Yoona terangkat ke atas batu raksasa yang ia pijak.

Karena batu itu tidak begitu lebar, Taehyung mendekap pinggang Yoona agar sang gadis tidak terpeleset dan terjatuh.

Yoona sendiri terlalu takjub melihat selusin yak yang berlari melewati jalur yang sama yang tadi mereka tempuh. Masing-masing yak itu dibebani oleh dua buah jerigen di setiap sisinya. Binatang-binatang tersebut berlari tanpa melihat kanan dan kiri mereka. Jika tidak cepat-cepat melompat ke pinggir, Franz dan Bhisnu pasti sudah akan dilumat oleh kaki-kaki yak yang begitu kokoh.

"Sampai Everest Base Camp nanti, kita akan selalu bertemu dengan rombongan yak." Taehyung menjelaskan tanpa melonggarkan pelukannya di pinggang Yoona. "Itulah sebabnya mereka semua dipasangi kalung berlonceng, agar para pendaki bisa cepat-cepat menyingkir jika kebetulan berpapasan dengan mereka. Soalnya yak enggak punya rem." Tawanya.

Yoona menatap Taehyung selama pemuda itu menjelaskan. Baru kali ini mereka berdiri dengan begitu dekat. Ujung hidung mereka bahkan hampir saling bersentuhan. Berada sedekat ini dengan Taehyung, Yoona baru menyadari bahwa bola mata lelaki itu ternyata begitu bening. Dan warna matanya tidak begitu hitam, melainkan cokelat tua. Sungguh sangat menarik.

LOVE THAT COULD NEVER BE [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang