BAB 15

116 23 13
                                    

Tapi ternyata Taehyung sama sekali tidak mencoba untuk memeluk apalagi menciumnya. Begitu mereka masuk ke dalam kamar, hal pertama yang Taehyung katakan adalah, "main kartu, yuk!"

"Kartu?" Yoona duduk di tepi ranjang tanpa ada keinginan untuk melepas jaket dan juga kedua sepatunya.

"Aku bawa kartu poker. Kamu bisa main poker?"

Yoona menggeleng. Sejak kecil, ia memang tidak begitu tertarik dengan permainan kartu.

"Akan aku ajari." Taehyung mengeluarkan satu pak kartu dari dalam kantung ranselnya. Sambil mengocok tumpukan kartu tersebut ia duduk di tepi ranjang yang sama dengan Yoona.

"Listrik enggak akan dimatikan, kan?" Yoona refleks menatap lampu di langit-langit kamar.

"Untuk ukuran penginapan sebagus ini, sepertinya enggak." Taehyung mulai membagikan kartu.

Selama sepuluh menit Taehyung mengajarkan permainan poker sederhana kepada Yoona. Ia tersenyum melihat usaha Yoona untuk menghafalkan nama serta urutan ranking kombinasi dan jenis pasangan kartu. Taehyung merasa senang karena meskipun Yoona bukan penggemar poker, gadis itu menunjukkan usaha yang serius untuk mengimbangi permainannya.

"Yoong,"

"Hmm?" Yoona menatap lekat-lekat kartu-kartu yang ia pegang.

"Siapa nama lengkapmu?"

Dari balik tumpukan kartu yang hampir menutupi wajahnya, Yoona menoleh, "Lim Yoona."

"Nama yang bagus. Sangat sempurna untuk wajahmu yang begitu menawan dan sangat cantik." Puji Taehyung. "Aku suka. Sangat suka." Senyumnya manis.

Derr. Lagi-lagi jantung Yoona berdebar-debar tak karuan melihat senyum nakal Taehyung. Rasanya nikmat sekali dibuai oleh perasaan cinta yang bersambut.

Yoona berdehem dan terbatuk kecil. "Namamu sendiri siapa?"

"Kim Taehyung."

"Kamu enggak seperti orang Korea tulen." Kali ini giliran Yoona yang mengomentari Taehyung. Apa kamu ada keturunan luar?"

"Luar angkasa?" Taehyung tergelak. Ia menggeleng. "Aku enggak tahu. Ayah dan ibuku berwajah Korea. Tapi siapa yang bisa jamin kalau darah mereka tidak tercampur dengan darah bangsa lain?" Ia kembali tersenyum, namun kali ini Yoona menangkap sebuah rasa sendu di dalam senyuman yang manis itu.

"Yoona,"

"Hmm?"

"Jadilah pacarku." Taehyung menelungkupkan kartu-kartu yang ia pegang di atas kasur. "Aku serius suka dan cinta sama kamu."

Yoona merasa panas dan dingin di saat yang bersamaan. "Apa enggak terlalu cepat, Tae?"

"Kamu mau tunggu berapa lama lagi?" Taehyung balas bertanya.

Yoona mengangkat bahu. Ia merasa tiga hari terlalu singkat untuk memutuskan apakah ia ingin punya pacar baru atau tidak.

"Aku ganti deh pertanyaanku." Taehyung menatap Yoona sungguh-sungguh, "bagaimana  perasaanmu untukku?"

Ditembak dengan pertanyaan seperti itu, Yoona menjadi blingsatan.

"Aku tahu kamu gadis jujur, Yoong. Kamu enggak akan berbohong agar aku enggak merasa kecewa." Taehyung menggigit bibir, "kalau kamu suka, bilang suka. Kalau kamu enggak suka, aku lebih senang kalau kamu berkata terus terang. Aku enggak mau salah paham atas sikapmu selama ini."

"Tae," wajah Yoona semakin bertambah hangat.

Taehyung menatap Yoona tanpa berkedip.

Raut wajah Taehyung yang sedang jatuh cinta membuat hati Yoona mencetus jujur. Ya, ia juga suka pada Taehyung. Dan bukan cuma rasa suka biasa, ini rasa suka yang sudah terlanjur mengakar dalam. Tapi bagaimana mungkin ia bisa jatuh cinta hanya dalam waktu tiga hari? Dulu hatinya tidak selemah ini.

LOVE THAT COULD NEVER BE [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang