TCV 117 | Mau Bertaruh?

75 22 2
                                    

TCV 117 | Mau Bertaruh?

Hubungan antara Brunswick dan Wolfenbuttel memang sempat merenggang. Terlebih saat ikatan pertunangan yang terjalin diputus secara sepihak hanya dalam waktu tiga hari. Namun, pengepungan benteng Tylisseiros membuat hubungan diplomat kedua bangsawan itu akhirnya kembali terjadi.

Terlebih, tuan muda Wolfenbuttel sendiri, Peter Denzel Wolfenbuttel yang meminta ikatan diplomatik kepada Duke Brunswick dengan mengirim surat secara pribadi. Serta fakta bahwa benteng akan segera dihancurkan.

Memang pada awalnya Harald mengabaikan, tidak peduli bahkan jika pemuda itu mati dalam pengepungan yang dia katakan akan segera terjadi. Namun, sang duke tetap mengecek fakta tersebut dan mendapati pergerakan tidak biasa di perbatasan.

Terlebih dirinya sendiri yang memang tidak menyelesaikan tugas dengan baik dan kembali sebelum memastikan pertahanan perbatasan karena berita persidangan Sophia.

Selain itu, potensi mengenai terjadinya serangan sudah pria itu duga sebelumnya. Hal ini lah yang membuat ikatan pertunangan antara Brunswick dan Wolfenbuttel sebelumnya dimana sang duke bahkan melipatkan pasukan dalam kesepakatan sebagai tindakan pencegahan kalau-kalau tunangan Sophia mengalami kesulitan dalam pertempuran.

Tentu ia tidak ingin putrinya kehilangan pasangannya begitu saja.

Sayangnya tuan muda Wolfenbuttel malah memutuskan pertunangan secara sepihak dan langsung pergi menuju benteng setelahnya.

Rupanya...

Apa yang diperkirakan oleh Harald dan Peter benar adanya. Setelah mendapatkan informasi dari mata-mata pribadi keluarga Brunswick yang tersebar di dalam maupun luar kerajaan, Harald akhirnya memutuskan untuk mengirim pasukan menuju benteng. Meski datang terlambat setidaknya mereka bisa bertahan dan tidak mengalami kekalahan berkat pasukan yang dikirimkan oleh Brunswick.

Mengirim pasukan dari wilayah Wolfenbuttel tidak akan berhasil, dikarenakan persiapan yang mendadak dan jarak tempuh yang jauh. Pasukan Brunswick yang memang tersedia di duchy menjadi penyelamat dalam krisis itu.

Sejak itu, Wolfenbuttel berhutang budi dan menjalin hubungan politik dalam dunia militer bersama Brunswick. Pada dasarnya Wolfenbuttel memiliki kualitas kuda perang yang sangat baik. Bisnis pun terjalin di antara keluarga tersebut, dimana Brunswick menyediakan senjata dan Wolfenbuttel menyediakan kuda perang.

Kalau-kalau situasi kembali tidak terduga.

Tampaknya ikatan Wolfenbuttel yang sempat terjalin dengan Hannover menjadi terputus dan kembali mempertahankan netralitas mereka.

Harald sempat menanyakan perihal informan yang memberi tahu mengenai pertempuran itu kepada Peter. Namun, pria itu mengaku kepada kepala keluarga Brunswick bahwa dirinya tidak mengetahui identitas dan alasan dibalik tujuan dari informan yang menyelamatkan benteng dan semua pasukan di sana.

"Pengirimannya akan sedikit terlambat. Tapi saya akan tetap melakukan pengecekan rutin pada kuda-kuda di kediaman Brinswick bulan ini, saya juga sudah mengirim orang ke wilayah Brunswick. Beberapa dari kuda mungkin saja mengalami penurunan stamina, dokter hewan kami akan mengecek semuanya minggu ini." Peter memberi penjelasan sambil berjalan di samping Khaled. Keduanya berbincang ditemani oleh Evans, menuju kandang kuda yang tidak jauh dari pusat pelatihan.

"Apa? Ulangi perkataanmu?" Suara seorang lady yang tidak terdengar asing dan terdengar penuh penekanan itu menarik perhatian rombongan kesatria Wolfenbuttel, beserta Khaled dan Evans.

Seorang kesatria muda menggaruk kepala belakangnya tampak bingung. "Apa saya salah bicara? Bukankah perkataan saya benar bahwa Anda yang sudah tidak sehebat dulu? Anda lihat saja tangan Anda Nona. Tangan itu terlihat hanya mengangkat cangkir teh selama lima tahun terakhir, lagipula bukankah kegiatan Anda selama ini hanya bermalas-malasan? Jadi, segeralah lakukan debutante, bukankah Anda sudah harus menikah? Mau sampai kapan Anda hidup tanpa tujuan seperti ini?" Kata kesatria bertubuh kurus dan wajah datar itu. Sophia yang mendengarnya terlihat diam, menahan kekesalan yang mulai memuncak tidak terkendali.

"Jika tidak segera melakukan debutante, bagaimana jika Anda membusuk di tempat ini?" Kesatria itu masih terus mengoceh hal tidak penting. Membuat Sophia masih diam menatapnya. Mengira-ngira kalimat apa lagi yang akan di dengarnya setelah ini.

Kesatria lain menengahi, "hey perkataanmu tidak sopan, hentikan!" Tegur salah seorang kesatria sambil berusaha menarik lengan kesatria yang berkata tidak sopan kepada Sophia.

"Nona sebaiknya kembali. Sepertinya Zoe masih mabuk tolong jangan dipikirkan dan Anda bisa menghukumnya setelah anak ini mendapatkan kewarasannya. Kami akan menangani ini untuk sementara." Kesatria lain menengahi sambil membungkuk di samping Sophia.

"Anda tidak akan melakukan debutante? Kalau begitu, apa rumor mengenai Anda yang tidak menyukai laki-laki dan cenderung menyukai perempuan adalah suatu kebenaran? Bahkan jika hal itu benar, Anda bisa menunjuk salah satu pria untuk melindungi kehormatan Brunswick." Kesatria itu masih memasang wajah datar.

"Sikap tidak sopan apa itu!" Khaled hendak maju, namun ditahan oleh Evans. "Memang terdengar sedikit kejam. Tapi mereka bisa dibilang cukup akrab dengan nona, para kesatria muda itu bahkan menganggap nona sebagai teman baik mereka. Beberapa hari lalu beberapa kesatria berselisih dengan kesatria lain mengenai rumor ini. Mungkin tidak terdengar baik, tapi pada dasarnya mereka mengkhawatirkan nona yang mungkin saja terlibat rumor tidak berdasar lagi untuk kedua kalinya. Mohon jangan hukum mereka Tuan." Evansa sedikit menunduk.

Chris memandangi Sophia yang jauh di depan sana. Kesatria bersurai merah itu bersemangat, begitu pula dengan Peter yang masih terus menatap sosok Sophia di kejauhan.

"Seorang lady bisa akrab dan berteman dengan kesatria? Itu sedikit tidak biasa." Komentar Chris tanpa memalingkan pandangannya dari Sophia.

"Seperti yang Anda tahu, rumor yang mengikuti nona membuat lady lain mengucilkan nona. Nona kesulitan berkomunikasi dengan lady sebayanya. Lagipula, suatu hari dia tiba-tiba menjadi gila belajar dan bahkan ingin berlatih pedang. Itu membuat nona tidak begitu mengikuti pergaulan kelas atas dan membuat nona jadi berteman dengan kesatria pelatihan saat itu. Pada dasarnya mereka hanya takut hal buruk menimpah nona karena rumor aneh yang mulai beredar lagi." Evans menghela nafas.

"Pasti karena lady tidak berdansa dengan siapapun selain keluarganya saat di pesta." Tebakan Peter langsung di angguki oleh Evans.

"Nona tidak suka ketika harus berinteraksi dengan orang asing. Saya saja butuh waktu lama agar bisa akrab dengan nona. Hanya karena hal sepele itu, rumor buruk kembali beredar. Diam-diam menyebar, karena mereka takut membicarakan hal buruk soal nona di permukaan." Evans terus menatap Sophia.

Sang komandan pasukan Brunswick itu mengerjapkan matanya saat melihat Sophia mengangkat surainya, dan mengikat erat surai panjangnya itu sambil terus menatap kesatria yang sebelumnya bersikap tidak sopan kepadanya.

"Sebuah taman akan dibuat di depan kediamanku. Tiba-tiba aku ingin punya taman pribadi yang luas." Sophia melepaskan lapisan luar jubahnya dan menghentakan sepatu bootsnya.

"Aku belum menentukan siapa tukang kebunnya." Sophia kini membuka kancing lengannya. "Padahal aku pakai celana hari ini karena ingin berkuda," keluh Sophia sambil menghela nafas.

Evans tersenyum senang. "Akhirnya, dia benar-benar kembali," pria itu terdengar begitu bersemangat. "Apa maksudnya? Bukankah lady sudah kembali ke kediaman Brunswick sejak lama?" Mendengar pertanyaan Chris, Evans langsung menggeleng.

"Nona sepertinya sudah bosan dengan pedang. Dia terlihat sudah lama tidak mengangkat pedangnya." Evans semakin kegirangan senang.

"Dan saat ini, ia jelas kelihatan sangat kesal," Evans maju lebih dekat, diikuti oleh yang lainnya.

"Mau bertaruh?" Tanya Sophia kepada Zoe, kesatria yang bersikap lancang terhadapnya. "Apa yang akan saya dapatkan?" Mendengar pertanyaan itu Sophia tampak berpikir dan tersenyum.

"Apa lima peti emas cukup?" Tanyanya dengan riang. "Anda bahkan tidak punya sebanyak itu," jawab sang kesatria sambil memalingkan wajah.

"Aku tidak perlu memikirkannya. Karena aku akan mengalahkanmu." Sophia memasang senyuman manis yang mengejek.

"Dengan tangan yang sudah lama tidak Anda gunakan untuk mengangkat pedang?" Tanya Zoe yang langsung di angguki oleh Sophia tanpa ragu.

"Sepakat?"

~
Jangan lupa tinggalkan jejak, agar saya semakin semangat up yah ;)

Vote + Comment + Follow

The Crowned Villain'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang