Affraid

958 162 4
                                    

"Oh? Kau sudah pulang?" Jungkook menyapa wanita kesayangannya yang duduk di sofa. Rencananya yang semula ingin menuju kamar Miku--memastikan gadis kecilnya masih tertidur pulas--batal. Langkahnya malah menuju ke Mia yang tersenyum menyambut. "Welcome home, Baby." Satu kecupan mendarat di kening Mia, membuat wanita itu tertawa kecil.

"Here." Mia menawarkan diri untuk membantu Jungkook mengeringkan rambut--dan tentu saja disambut cepat oleh si tampan Jeon yang langsung duduk di depannya. "Miku tidak rewel, 'kan?" tanyanya setelah mengambil alih handuk yang digunakan Jungkook.

Si tampan yang memunggungi Mia menggeleng. Seharian ini si kecil Miku sangat pintar di dorm. Tidak mengganggu dan tidak peduli dengan kesibukan sang ayah dan enam member lainnya. Hanya sesekali saja dia memanggil; saat ingin makan atau mengambil sesuatu di tempat tinggi contohnya. Walau beberapa kali ia menanyakan tentang Mia yang berada di rumah Shin Ya, tapi Jungkook bisa mengatasinya dengan baik.

"Kau sendiri, bagaimana?" Jungkook sedikit menolehkan kepala. "Semuanya baik-baik saja, 'kan?"

Gerakan Mia mengusap rambut Jungkook berhenti, dan gumam panjang terdengar. "Kau tahu... kami bahkan tidak ada membahas itu sedikitpun," jawabnya.

Jungkook mengangguk-angguk. "Pasti berat, ya?" desisnya.

"Tidak tahu...."

Suasana ruangan mendadak sunyi, menyisakan suara pelan dari televisi yang volumenya diatur menjadi paling rendah. Hingga helaan napas dari Mia terdengar, baru kesunyian itu terputus.

"Mungkin kami sama-sama takut membahasnya." Mia berkata, lirih. "Terutama aku. Aku benar-benar takut tak mampu mengontrol emosi dan berujung harus menangis berkepanjangan."

Jungkook tak menjawab. Dia paham sepenuhnya masalah Mia setelah semalam membaca pesan dari Shin Ya. Ah... teringat semalam membuat Jungkook kembali merasakan nyeri di lubuk hati. Kesayangannya tengah menangis saat ia datang, membahas tentang perkuliahannya bersama Shin Ya di telepon. Awalnya Jungkook tak ingin mengganggu, tapi ketika panggilan itu selesai, Mia justru mengeluarkan kata-kata yang membuatnya langsung memeluk di cantik erat-erat.

"Kau boleh memarahi dan menyalahkanku sekarang, Jung."

Tidak. Tentu saja Jungkook tidak akan memarahi Mia terkait kuliahnya yang berantakan. Dia paham, sangat paham malah, kenapa semuanya terjadi. Tindakan Mia memang tidak benar hingga mengakibatkan kekacauan seperti sekarang, tapi juga tidak benar jika harus memojokkannya.

"Jung?"

Laki-laki itu kembali ke alam sadarnya akibat panggilan sang istri. Cepat-cepat dia menoleh, lalu tersenyum lembut.

"Everything will be okay," katanya menguatkan, membuat lengkung indah hadir di bibir sang hawa.

"Terima kasih sudah menyemangatiku." Tanpa terduga, lengan Mia melingkari tubuh Jungkook dan sekaligus juga ia menyandarkan kepalanya ke bahu bidang sang suami. "Dan maaf sudah mengecewakanmu untuk yang kesekian kalinya."

Jungkook tak menjawab. Hanya saja ia balas menyentuh tangan Mia yang jauh lebih kecil. "Semangatlah untuk mengerjakannya, oke?"

"Mm." Mia memejamkan mata. "Walau tak yakin, tapi aku harus lulus dari universitas itu."

Lagi, tidak ada jawaban dan penggantinya adalah tepukan-tepukan pelan di lengan sang hawa.

"I trust you, Jeon Mia."

"Thank you, Sir."

Hening kembali datang, tapi kali ini suasanya lebih berwarna dari sebelumnya. Pun Jungkook, tiba-tiba melepas pelukan Mia dan langsung memutar duduk menghadap ke wajah teduh sang hawa.

"Mm, ada apa?" Mia bertanya, dengan senyum yang menemani.

"Kiss me."

Tawa kecil meluncur dari sela bibir sang hawa. Bisa-bisanya Jungkook meminta ciuman di situasi seperti ini. "Jung...."

"Come on. Cium aku sebelum nanti kau berkutat dengan kesibukan tugas akhirmu dan melupakan suamimu ini."

Mia kembali tertawa. Tetapi ketika tawanya berhenti, matanya justru berkaca-kaca. "Terima kasih sudah percaya padaku. Bahkan disaat aku sendiri sudah kehilangan harapan."

Jungkook tersenyum menyentuh pipi Mia. Kemudian, dengan perlahan ia menyatukan kening mereka. "Kau boleh merasakan takut atas kemungkinan terburuk, Sayang. Tapi aku akan mempercayaimu hingga. Bahkan jika semua orang memojokkanmu, aku akan berada di sisimu, menemanimu hingga semuanya berakhir."

Mia menggigit bibir, lantas menutup mata saat liquid-nya jatuh begitu saja. "Terima kasih...," katanya dengan suara hampir menghilang.

Satu kecupan lembut yang menandakan cinta kembali dirasakan Mia di keningnya. Gadis itu tergugu, merasa tak pantas mendapatkan cinta yang sangat besar dan tulus dari siapapun.

Mendengar tangisan kesayangannya, Jungkook tak sedikitpun memprotes. Justru ia membawa Mia ke pelukannya, menepuk-nepuk punggung sang hawa dan berusaha menenangkan.

"Aku percaya kau akan melakukan yang terbaik, Sayang."

--FIN--

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang