Best Moment

3.7K 405 56
                                    


Jam setengah delapan.

Jungkook tergesa membuka pintu rumah, melempar tasnya ke sofa dan setengah berlari menuju kamar. Napasnya terembus lega ketika memandang Mia duduk di hadapan laptop. Dengan senyum tersampir, pria Jeon itu mendekat. Satu kecupan mendarat di puncak kepala sang istri tercinta. Cukup mengagetkan wanita yang langsung mendongak untuk melihat si pelaku.

"Jangan cium rambutku," tegur Mia sambil kembali memandangi layar laptop.

"Kenapa?" Jungkook membuka jaket, kemudian menarik kursi untuk duduk di samping Mia. "Kau menulis fanfic?" tanyanya kemudian.

"Rambutku belum dicuci. Bau." Mia menjawab tanpa perlu melihat. Dia fokus pada karangannya.

"Tidak bau, kok. Cuma lembab saja."

"Tetap saja jangan dicium."

"Jadi, kau mau kucium di mana?"

Mia menghentikan sejenak kegiatannya. Pandangannya teralihkan pada Jungkook yang sedikit memiringkan kepala dengan senyuman polos. Mau tak mau, Mia ikut tersenyum meski sangat terlihat bahwa ia terpaksa. Tangan wanita itu menggenggam lengan suaminya.

"Aku menulis fanfic dulu, ya. Baru kita bahas yang lain." Dia berkata, lembut, namun penuh penekanan agar Jungkook mengerti.

"Mm, oke,"—Jungkook mengangguk—"aku makan dulu," ucapnya.

Wanita Jeon itu mengangguk, tersenyum, kemudian kembali pada ketikannya yang hampir selesai saat Jungkook keluar dari kamar. Ah ... rasanya sudah lama dia tak mengarang. Hampir dua minggu sepertinya. Lantaran terlalu sibuk dengan tugas perkuliahan yang menguras tenaga dan pikiran. Tapi syukurlah, sekarang bebannya itu sudah sedikit berkurang.

Menit demi menit berlalu tanpa terasa. Tepat setelah Mia benar-benar menyelesaikan ceritanya, Jungkook datang dengan nampan yang berisikan kue cokelat dan susu yang dikhususkan untuk ibu hamil. Pria Jeon itu tersenyum, menaruh nampan di samping laptop, lalu mengambil posisi duduk di samping Mia.

"Bagaimana kuliah hari ini?" Jungkook berbasa-basi untuk membunuh waktu.

"Baik, kok." Mia mengambil susu yang dibuat oleh Jungkook, meneguknya sedikit, lalu tersenyum pada sang suami. "Manisnya selalu pas," pujinya yang membuat Jungkook tersenyum lebar. Senang karena bisa membuat senyuman itu hadir di wajah orang yang dicinta.

"Mia ...."

"Hmm?"

"I love you, Minikuki Mom."

Mia spontan tertawa, namun langsung menangkup pipinya yang menghangat karena ucapan singkat dari Jungkook yang disertai senyuman. Tuhan ... alangkah beruntungnya dia karena bisa memiliki pria seromantis ini. Setiap harinya, selalu ada tingkah Jungkook yang membuatnya tersipu dan merasa bahagia.

"Tidak mau membalas kalimatku, hmm?" goda Jungkook sambil mendekatkan wajahnya pada Mia.

"Memangnya aku harus membalas apa?"

"Apa saja."

Mia menggeleng. Jungkook tertawa kecil, lebih mendekatkan wajah mereka dan berakhir dengan kecupan yang diberikannya di hidung Mia. Sungguh, Jungkook benar-benar tahu bagaimana cara membuat wanitanya bahagia setiap mereka berdekatan. Bahkan sekarang, tanpa ragu dia membelai rambut lurus yang sejak dulu dia senangi untuk disentuh.

"Apa moment terbaikmu bersamaku?"

"Huh?" Mia mengerjap.

"Kau bertanya dengan para readers, apa moment terbaik kita bagi mereka. Sekarang giliranku bertanya, apa moment terbaikmu bersamaku?"

Hening lebih dulu menguasai. Mia terdiam saat memandang wajah tampan di hadapannya. Pikirannya berkecamuk, sibuk memberi jawaban dan bersikeras ingin dipilih. Namun, lidahnya kelu untuk bicara karena terlalu bingung ingin memilih yang mana. Baginya, semua moment yang terjadi dalam kehidupan mereka adalah yang terbaik.

"Mia?"

"Bertemu denganmu ... mungkin."

"Mungkin?"

"Ya ... mungkin,"—Mia mengangguk-angguk—"karena sejak bertemu denganmu lah, moment terbaik terus terjadi di setiap waktu yang kita lalui." Dia tersenyum.

Jungkook ikut tersenyum. Sedikit dia menunduk, lalu dengan perlahan menggenggam lengan halus yang terasa hangat. "Tidak salah jika aku memang mencintaimu," ucapnya dengan pandangan tulus.

"Lalu, bagaimana denganmu? Apa moment terbaikmu denganku?"

"Saat kau tersenyum di pernikahan kita. Seumur hidupku, aku tak akan melupakan hari bersejarah itu. Hari pertamaku menjadi seorang suami dan menjadikanmu milikku seutuhnya. Sampai sekarang, aku tetap berdebar jika mengingatmu yang tersenyum dalam balutan gaun putih."

Mia tertawa kecil, cukup terharu mendengar ucapan Jungkook yang benar-benar dari hati. Binar mata pria Jeon itu tidak berbohong atas apa yang diucapnya barusan. Dia jujur, tanpa dusta meski sekecil debu.

"Tapi tetap saja, best moment-ku adalah setiap bersamamu, saat kita menghabiskan waktu berdua. Bahkan termasuk saat ini, menunggu hari demi hari kelahiran putri pertama kita." Jungkook menyambung ucapannya tadi dengan senyum yang tak lepas dari bibir. "Aku benar-benar tak sabar mendengar tangisan pertamanya saat hadir ke dunia."

Senyum di bibir Mia lenyap. Gantinya, satu tetes air mata jatuh tanpa diminta.

Jungkook panik.

"Mi-Mia, ma-maaf, aku tidak bermaksud membuatmu menangis." Buru-buru pria Jeon itu hendak memeluk istrinya. Tapi tertahan karena gelengan dari Mia.

"Aah! Kenapa aku selalu menangis karena cintamu yang sebesar ini untukku?" Mia mendongak, mengusap air matanya dan menarik napas dalam-dalam.

Tarikan napas lega terdengar dari Jungkook.

"Terima kasih karena sudah mencintaiku, Jungkook-ah." Mia berkata, tulus, tanpa dibuat-dibuat.

"Hei ... aku tidak akan pernah berhenti mencintaimu, Sayang. Yang ada di hati ini hanya Jeon Areum, bukan yang lain. Percayalah."

Mia diam.

"Kemari. Aku akan memelukmu."

Baiklah, sekarang waktunya kita meninggalkan mereka yang siap menjalin tali cinta agar terikat lebih erat. Good night!

-FIN-


**Long time not see :* Apa kabar? 

Ah, jangan lupa tinggalkan jejak, ya ;) Miss you <3

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang