Feels Bad

16.5K 931 36
                                    

Hampir jam sepuluh malam saat Jungkook mendengar pintu kamarnya diketuk. Awalnya dia mengira itu adalah Suga, Jimin, Taehyung atau Hyung-nya yang lain. Tapi mata bulatnya justru tak mengedip saat tahu siapa yang berada di depan pintu.

"Mia?"

"Bunny ...."

Wanita Jeon itu menubrukkan diri ke pelukan Jungkook yang masih kebingungan. Hei! Ini kejutan! Mia tak bilang ingin datang, dan penampilannya ....

"Pulang kuliah, aku langsung mengambil penerbangan ke Jepang," lapor Mia tanpa ditanya. Dia mendongak, menatap Jungkook dengan tatapan menggemaskan. Seolah dari sana dia bisa menyampaikan perasaan terdalamnya; rindu.

"Jadi, kau tidak pulang ke rumah dulu?" Jungkook melangkah mundur dengan Mia yang masih menempel di pelukan. Dia menutup pintu, lalu mengangkat wanitanya menuju meja rias yang disediakan. "Mia ... kenapa kau selalu penuh kejutan seperti ini, hmm?" tatapnya penuh godaan.

"Because I miss you, Sweety." Mia tersenyum saat melingkarkan tangan ke leher Jungkook setelah melepas tas yang jadi bebannya sejak tadi.

"Rindu itu hebat, ya?"—Jungkook tertawa—"membuatmu sampai rela ke Jepang setelah pulang kuliah."

"Lalu? Kau terganggu?" Mia mengerutkan kening.

"Aku tidak bilang itu." Jungkook masih tertawa. "Tapi ini benar-benar kejutan," lanjutnya sambil mengusap rambut Mia.

Mia diam, tak merespon apa pun yang dilakukan Jungkook. Hingga beberapa detik hilang tanpa arti, pria Jeon itu pun menarik napas dalam. Disentuhnya pipi Mia, berlanjut dengan retina mereka yang saling bertemu. Jungkook tersenyum lembut; selembut usapannya di pipi yang terkasih.

"Ada apa, hmm?" tanya Jungkook pelan.

"Apa yang ada apa?"

"Kau, kenapa tiba-tiba datang?"

"Memangnya salah jika istri menyusul suaminya?"

"Mia ...."

"Atau kau mau aku pulang saja sekarang?"

"Hei-hei, kenapa emosi seperti ini?" heran Jungkook dengan tatapan bingung. Dia tidak melakukan kesalahan, lalu kenapa Mia menjawab sesinis itu? Ke mana sikap manis yang tadi ditunjukkan? Kenapa cepat sekali semuanya berubah?

Mia mengibaskan tangan, turun dari meja dan menuju tempat tidur. "Good night," ucapnya sambil melepas sepatu dan kaos kaki. Tak peduli dengan Jungkook yang terdiam di tempat, ditariknya selimut saat merebahkan diri.

Untuk satu menit, Jungkook habiskan memandangi Mia yang memejamkan mata di tempat tidur. Sungguh, dia tak habis pikir dengan sikap istrinya. Bawaan bayi mereka, kah?

Tak ingin berpikir terlalu lama, Jungkook pun mengikuti Mia untuk merebahkan diri. Sejenak, dia melirik wanita di sampingnya. Apa Mia benar-benar tidur?

"Good night." Dikecupnya kening Mia dengan lembut. Tentang masalah tadi, ya sudahlah. Jungkook berusaha memaklumi, mungkin Mia terlalu kelelahan setelah pulang kuliah langsung menyusulnya; dan itu menyebabkan segalanya jadi sensitif.

"Hariku buruk."

Jungkook yang baru memejamkan mata, segera memandang ke Mia yang sekarang menatap langit-langit. Dia tak paham, tapi tertarik dengan hal yang menyebabkan istrinya mengatakan hal demikian. Itulah alasan yang membuat Pria Jeon itu memiringkan tubuh dan memandangi Mia.

"Aku hampir terlambat masuk kelas, gugup saat presentasi, praktek mengajar kacau, hasil cerita tak sesuai dengan yang diharap, dua orang kesal denganku dan ... entahlah. Terlalu banyak kejadian tidak menyenangkan hari ini." Mia masih memandang langit-langit, tapi air mata mulai meleleh di pelipisnya. "Aku merasa benar-benar buruk," lanjutnya sambil menutup mata dengan pergelangan tangan.

"Hei ... kenapa berpikir seperti itu?" Jungkook memainkan anak rambut istrinya tanpa mengganggu pergelangan tangan yang menutupi mata.

"Tidak tahu. Mungkin aku terlalu lelah, jadi hanya terfokus pada diri sendiri dan tidak memikirkan yang lain. Jadi wajar jika mereka kesal denganku."

Jungkook menarik napas. Jadi itu masalahnya.

Ditariknya Mia ke dalam pelukan. Tak lupa kecupan sayang juga diberi. Untuk saat ini, hanya perhatian yang diperlukan oleh Mia. Karena ya ... Jungkook paham, Mia hanya memiliki dia untuk dijadikan sandaran; mengingat bagaimana sulitnya wanita itu memercayai orang lain untuk menceritakan masalahnya. "Sudah, ya. Jangan merasa buruk. Kau itu manusia, wajar jika melakukan kesalahan. Yang terpenting jadikan hari ini sebagai pelajaran agar ke depannya bisa lebih baik lagi, oke?" ucapnya menenangkan.

"Tapi aku lelah. Sesulit itukah memahamiku? Sesekali, aku mau jadi pihak yang dipahami. Bukan jadi pihak yang selalu memahami." Mia membenamkan wajahnya ke dada Jungkook. Isaknya terdengar, membuat Jungkook harus menelan ludah dan memutar otak sebelum memilih kata-kata.

"Aku tahu kau lelah, aku juga tahu kau ingin dimengerti. Tapi kau 'kan sudah punya aku, aku selalu siap memahamimu."

"Jeon ...."

"Stt ... aku tidak mau mendengar protes. Abaikan hal lain dan fokuslah pada diri sendiri. Kau bebas bertingkah egois di sini, aku tidak akan melarang. Kau bisa memakiku, memarahiku, memerintahku, atau melalukan apa pun yang bisa membuat perasaan tidak nyamanmu itu hilang. Paham?" tutur Jungkook sambil tersenyum manis pada istrinya yang masih sesegukan.

"Hei, paham, tidak?" Jungkook coba tertawa sambil mencubit pelan pipi Mia. Dia tak suka berlama-lama melihat istrinya bersedih seperti ini. Karena ya ... dia sekuat mungkin membuat Mia bahagia, lalu orang lain dengan gampangnya membuat Mia menangis? Heol, mau diapakan oleh Jeon Jungkook?

Beberapa detik menunggu, tidak juga ada jawaban yang diharap. Jungkook menarik napas, lalu mengembalikan Mia ke dalam pelukannya yang menghangatkan. "Ya sudah kalau tidak mau menjawab. Yang penting sekarang kau harus tidur," ungkapnya sambil menepuk-nepuk punggung Mia pelan.

"Good night, Honey. Don't worry, I'm here to you."


-FIN-


**Perdana di-work baru :3 Jangan lupa tinggalkan jejak :)

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang