Feeling Better

420 38 4
                                    

Aku menarik napas panjang sambil menyandarkan kepala ke sandaran sofa. Mataku terpejam, coba mengusir beragam pikiran yang mengganggu ketenanganku dalam beberapa jam terakhir, selepas kepulangan dari rumah orangtuaku.

"Sayang."

Oleh panggilan Jungkook, akupun membuka mata. Dia datang membawa secangkir teh. "Jasmine Tea," katanya memberitahu sambil menyerahkan gelas porselen tersebut.

"Thank you." Aku tersenyum hangat menyambut perhatiannya. Walau tak cerita, tapi sepertinya dia tahu suasana hatiku sedang tak begitu baik. "Miku sudah tidur?" tanyaku lebih lanjut sambil menghirup aroma teh melati yang menenangkan.

"Iya, baru saja." Dia duduk di sampingku, menatap lembut dari balik kacamata bulat yang membuat wajahnya jadi makin menggemaskan. "Mia... Sayang... kau tahu kau bisa cerita apapun padaku, 'kan?" Tambahnya sembari menyentuh rambutku dan mengusapnya penuh kasih.

Aku diam sebab kalimatnya. Dan dia, dia malah beringsut mendekat dan mengambil teh di tanganku sebelum membawaku ke pelukannya.

"Istriku Sayang. Cintaku, Kasihku... everything will be okay," katanya lembut sambil mengusap rambutku.

Sungguh, aku tak berniat untuk menangis, tapi karena pelukan dan sikapnya yang sebaik ini, air mataku tumpah, membasahi lengannya yang memelukku. Aku menangis dengan sendirinya. Pun dia, tak memprotes sedikitpun dan hanya memelukku dengan hangat.

"Aigoo... manisnya Sayangku." Dia terkekeh kecil dan mengeratkan pelukan, membuatku ikut tertawa sambil tetap menangis. Jungkook selalu tahu cara untuk menghibur dan membuat suasana hatiku menjadi lebih baik.

"Miku pasti bingung jika melihat Mamanya menangis seperti ini," katanya lagi sambil menatapku. "Tapi syukurnya hanya aku yang melihatmu begini." Tambahnya, kali ini tangannya ikut-ikutan mencubit pelan hidungku. "Imutnya...."

Sebab pujiannya, aku jadi merasa pipiku memanas dan ya, aku malah menangis lagi. Kali ini bukan karena sedih, tapi senang karena dia begitu baik. Juga sedikit malu karena disaat jelek seperti ini dia malah memuji.

"Aigoo, aigoo, Miku bisa bangun kalau kau menangis sekeras ini. Sini-sini, menangis di sini saja." Dia membawaku ke dadanya, meredam tangisanku dengan cara yang hangat.

Sepanjang waktu ini pula, dia tak bertanya apa yang terjadi saat aku di rumah Papa dan Mama. Dia benar-benar fokus menenangkanku.

Setelah beberapa menit dan tangisku mereda, akupun melepaskan diri dari pelukannya. Dia menurut, dan tetap menatap penuh cinta.

"Feeling better?" tanyanya sambil mengusap pipiku yang basah. Senyumnya tak lepas, begitu tulus dan indah.

Aku mengangguk. "Terima kasih."

"Jadi, mau cerita atau tetap begini saja?" Tangan hangatnya menangkup kedua pipiku, tak sedikitpun memaksa untuk bercerita.

Aku menggeleng. "Cuma masalah kecil, kok. Lagipula rasanya sudah lebih baik sekarang."

"Yakin cuma masalah kecil? Terus kenapa sampai menangis seperti tadi?" Godanya sambil tersenyum jahil.

"Habisnya kau langsung memelukku."

"Benar?" Dia terkekeh. "Sedang sensitif ya?" Lanjutnya dengan nada riang.

Aku mengangguk dan dia kembali tersenyum lebar. Aku yakin, dia sedang menyiapkan kata-kata manis yang bisa membuatku salah tingkah.

"Kalau begitu, minum ini dulu." Dia mengambil gelas teh di meja. Aku menurut, meminum sedikit teh dengan aroma melati tersebut.

"Sekarang, ayo kita beli tas yang kau mau."

Aku hampir menyemburkan teh yang kuminum karena kalimatnya yang sangat enteng. Buru-buru aku menoleh ke arahnya, tapi dia hanya tersenyum polos tanpa dosa.

"Tidak, jangan buang-buang uang--"

"Aih, membelikan Sayangku satu tas tidak akan mengurangi nilai kekayaanku." Dia menyombongkan diri, tapi dengan cara yang menggemaskan. "Boleh ya?" katanya meminta izin dengan senyuman lembut yang membuat hatiku melemah.

"Satu saja ya." Pintaku. Sebab jika tidak begini, dia pasti akan membeli macam-macam untuk menyenangkanku.

"Oke." Dia tersenyum lebar, indah sekali.

"Koo...."

"Iya, Sayang?"

"Terima kasih."

Senyum lembutnya kembali terpatri di bibir. "Anything for my Majesty."

Ah... rasanya aku sangat beruntung memiliki dia.

--FIN--

BISMILLAH DAPAT SUAMI YANG SIFATNYA KAYAK JUNGKOOK DI FANFIC INI. AAMIIN.

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang