Liar (1)

1K 193 34
                                    

Jum'at, dua hari sebelum konser.

Mia menarik napas panjang saat menjejakkan kaki di bandar udara internasional Los Angeles. Matanya menyapu orang-orang yang ada di sekitar, berusaha menemukan seseorang yang berjanji akan menjemput. Tangan kanannya menahan Miku yang masih tertidur lelap di gendongan, sedangkan tangan kiri menarik koper yang berisi keperluannya dan si kecil.

"Mia!"

Wanita berusia dua puluh dua tahun itu tersenyum cerah menyambut Aera yang melambai-lambaikan tangan di antara orang-orang yang menunggu kedatangan penumpang pesawat. Tak menunggu lama, ia pun mendekati gadis yang sudah dianggapnya kakak tersebut. Selain Aera, memang tidak ada yang mengetahui kedatangannya. Dia memang sengaja ingin memberi kejutan, terutama ke Jungkook yang terus merengek agar dia menyusul.

"Eonni... maaf sudah merepotkan...." Mereka berpelukan, membuat Miku terbangun dan sambil mengucek mata ia memandang ke Aera.

"Annyeong, Imo." Gadis kecil itu mengangguk sopan, membuat Aera langsung mencubit gemas pipinya yang gembul.

"Miku mau Imo gendong?" tawar Aera, tapi ditolak oleh Miku yang malah memeluk leher sang ibu.

"Miku agak demam." Mia memberitahu, serta ada sedikit tatapan menyesal ketika memandang wajah lesu sang buah hati. Padahal waktu mereka berangkat semuanya baik-baik saja, sampai akhirnya di tengah perjalan Miku tiba-tiba mengatakan bahwa ia mual. Jadi dari situlah awal mula demamnya.

"Aigoo... Miku Sayang. Ayo, kita harus segera pulang." Aera buru-buru ingin membawakan koper Mia, tapi ditolak halus oleh wanita Jeon tersebut. Alhasil, Aera pun hanya bisa segera menunjukkan jalan menuju mobil yang tadi ia parkir di luar airport.

Hanya perlu beberapa menit hingga kendaraan beroda empat itu melaju membelah jalanan malam kota California. Aera lincah mengemudi, mendahului beberapa mobil dan sesekali mengajak Mia mengobrol, menceritakan tentang Taehyung dan juga Jungkook tentu saja.

"Jungkook terlihat kesal saat aku datang. Dia bahkan mengomel karena aku tidak mengajakmu." Aera tertawa di sela ia melirik Mia yang tersenyum simpul di kursi penumpang. Sedangkan Miku hanya diam memperhatikan pemandangan kota. "Sekarang dia pasti senang karena kau memberinya kejutan," sambungnya lagi dengan antusias.

Namun, gadis di sebelahnya justru mengangkat bahu meski senyumnya masih ada. "Kuharap begitu." Ia menjawab singkat.

Satu dua obrolan kembali terjalin di antara mereka, hingga akhirnya mobil berwarna hitam itu sampai di sebuah hotel berbintang tempat pasangan mereka menginap selama kegiatan di LA berlangsung.

"Pergilah duluan. Aku harus mengembalikan kunci mobil." Aera memberitahu Mia, sekaligus menyebutkan di mana kamar Jungkook.

"Terima kasih, Eonni."

Aera hanya melambaikan tangan, lantas pergi ke arah yang berbeda dari Mia.

"Mommy, Miku mau turun." Miku tiba-tiba bicara ketika mereka sudah berada di lift.

"Miku yakin mau turun? Masih pusing, tidak?" tanya Mia lembut sambil menyentuh kening si kecil yang menggeleng. Sudah tidak panas ternyata. Sebab itulah ia menurunkan Miku dan hanya menggenggam tangannya.

Pintu lift terbuka, tepat di lantai tempat kamar Jungkook berada. Sambil menarik koper dan menggandeng Miku, Mia mulai mencari kamar si tampan Jeon.

Tak lama kemudian, mereka pun sampai di kamar yang disebutkan Aera. Mia menarik napas, lantas mulai mengetuk pintu. Dan di sela menunggu, otaknya mulai merangkai beragam hal yang kira-kira akan dilakukannya ketika Jungkook muncul nanti.

Tak disangka, Miku iseng ikut mengetuk, membuat Mia tertawa kecil. Si kecil sama bersemangatnya seperti dia.

Tiba-tiba pintu yang terbuka mengejukan mereka. Mia spontan ingin mengatakan 'surprise', tapi kata-katanya berhenti tepat di tenggorokan ketika menyadari yang membuka pintu adalah seorang gadis muda dengan rambut basah. Raut gembiranya langsung terganti dengan kebingungan yang sangat.

"Maaf, kalian siapa?" Si gadis bersurai blonde bertanya heran, sedikit ada rasa tak senang di tatapannya.

Mia buru-buru menunduk sopan, diikuti oleh Miku yang tak paham apa yang terjadi  "Temanku pasti sedang mengerjaiku, jadi memberikan nomor kamar ini. Maaf sekali, Nona," jelasnya dengan wajah yang sulit diartikan.

"Mm, baiklah."

Sebuah senyum simpul nan terpaksa hadir di bibir Mia. Dan sebelum ia berbalik, tanpa disangka ada satu kejutan yang muncul.

"Siapa yang datang?"

Itu Jungkook, baru keluar dari kamar mandi dengan bathrobe. Tetapi, langkahnya berhenti ketika tatapannya bersirobok dengan Mia yang jelas terlihat kecewa. Sayangnya sebelum ia sempat melakukan apa-apa, pintu lebih dulu ditutup.

"Dia salah kamar karena dikerjai temannya."

Jungkook merutuk. Mia tidak salah kamar. Ah... sialan! Kenapa semuanya harus terjadi di saat seperti ini?!

Meninggalkan Jungkook dahulu, kita kembali ke Mia yang berjalan dengan tatapan datar. Kepalanya panas dan ia ingin menangis, tapi harus ditahan demi Miku. Apalagi ketika si kecil terus-terusan bertanya kenapa mereka malah pergi padahal sang ayah ada di sana. Ah... makin remuklah hati Mia.

Mereka berhenti di depan lift. Mia mengambil ponselnya, lalu dengan tangan bergetar menghubungi satu-satunya orang yang ia ingat untuk saat ini.

"Oppa... boleh beritahu di mana kamarmu."

Adalah Yoongi, pria yang mendedikasikan diri sebagai kakak angkatnya. Pria itu cepat tanggap menjawab pertanyaan saat mendengar suara adiknya yang bergetar menahan tangis.

"Nanti langsung masuk saja."

Mia menutup ponsel lipatnya dan menyeka kasar tetes air mata yang sempat jatuh. Lantas dengan senyum yang dibuat-buat, ia menatap ke Miku yang memandanginya heran.

"Kita ke kamar Yoongi Samchon dulu, oke? Baru bertemu Daddy."

Begitu polosnya Miku mengangguk, membuat Mia harus berusaha keras menahan tangisnya agar tidak pecah. Bukan, bukan dia cemburu buta, tapi istri mana yang tidak berpikiran negatif jika suaminya sekamar dengan wanita lain. Dan bisa jadi mereka juga baru saja mandi bersama.

Gila. Mia rasa kepalanya akan pecah sekarang jika dia tidak cepat-cepat bertemu dengan Yoongi. Satu-satunya orang yang bisa menenangkannya.

Miku diam di sepanjang perjalan menuju kamar Yoongi. Pun ketika mereka baru sampai dan ibunya langsung memeluk pamannya dengan tangis yang keras, dia hanya menatap diam. Dia masih kecil, masih tidak mengerti apa-apa, tapi paham bahwa ibunya sedang tidak baik-baik saja. Dan karena itulah, tanpa diminta ia langsung ikut memeluk Mia dan berkata jangan menangis.

Di sisi lain, Yoongi juga diam, membiarkan Mia menumpahkan sakitnya. Namun, dengan perlahan ia balas memeluk Mia dan juga Miku.

"Ini gara-gara Jungkook, 'kan?"

--TBC--

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang