"Auh...!"
Jungkook yang sedang memeriksa entah apa di ponsel barunya langsung menoleh ke samping, tepatnya ke Mia yang baru saja duduk. Wanita itu memegangi perut, kemudian balas memandang ke Jungkook yang segera membuang pandangan ke arah semula; ponsel.
"Aigoo... kalau khawatir bilang saja." Mia mencibir, lantas meringis saat merasakan perutnya kembali melilit.
"Auh... ini sakit," keluhnya.
Lelaki Jeon itu berdecak. Diambilnya minyak penghangat milik Miku, lantas segera menyerahkan ke Mia yang terus mendesis kesakitan. "Makanya jangan makan sembarangan!" gerutunya.
"Memangnya apa yang kumakan sih?!" Mia balas menggerutu, membuat Jungkook harus banyak-banyak menahan sabar.
"Terserahmu saja."
Wanita cantik itu mencebik. Sedangkan Jungkook kembali memandang ponsel yang baru dibelinya kemarin. Dibukanya sebuah aplikasi chat, lalu mengirim sebuah pesan ke seseorang.
"Dia, ya?"
Jungkook menoleh. "Apa?" tanyanya berlagak tidak tahu.
"Kau menghubunginya lagi."
"Hmm."
Mia mengangkat bahu. "Sesukamu saja," ucapnya sembari bangkit dari sofa.
Pergi ke dapur, Mia pun mengambil sekaleng bir dan membawanya ke ruang tengah. Jungkook yang melihat langsung mengerjap. "Kau mau minum itu?" tanyanya.
"Mm. Kenapa? Mau?"
"Kau masih menyusui Miku, bagaimana mungkin—"
"Sudah dua hari Miku tidak mau meminum ASI dariku."
"Lalu? Dengan begitu kau bisa seenaknya minum-minum?"
"Mm, aku tidak tahu harus bagaimana untuk mengurangi stress."
"Aku, kau anggap apa?"
Mia tertawa kecil. "Kau orang yang sangat sibuk, Jung. Kau baru pulang dari konser. Kau lelah, kau sakit. Lalu, haruskah aku menambahnya?"
Mengeras rahang Jungkook mendengar jawaban lugas dari sang istri. "Memangnya kenapa jika kau menambahnya? Bukannya itu sudah menjadi tugasku sebagai suami?"
Gumam panjang terdengar dari Mia. "Aku tidak ingin menambahnya," ungkapnya kemudian.
"Areum...."
"Aku mau kau beristirahat saat sudah pulang, bukan mengurusi urusanku."
"Jeon Areum!"
"Maaf jika egois. Tetapi, aku benar-benar tidak ingin kau terbebani lebih dari ini. Membaca berita bahwa kau kesakitan selama konser sudah cukup menjadi alasanku untuk tidak bertingkah manja. Aku hanya mau kau beristirahat dengan baik."
Jungkook berdecak marah. Tetapi, Mia malah tersenyum dan mendekat ke Jungkook. "Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan tentangku. Tapi di pikiranku, kau harus sehat seperti semula. Aku tidak suka melihatmu sakit."
"Begitu juga aku."
Mia mengerjap.
"Semalam kau pulang dengan wajah pucat seperti vampir dan hari ini kau sakit perut. Haruskah aku bersikap tenang?" Jungkook mengungkit kejadian semalam sore, saat Mia pulang dari acara keagamaan dengan wajah pucat, yang mana membuat kemarahannya tempo hari seketika menghilang. Ibunya bilang, anemia Mia kambuh saat acara berlangsung. Beruntung, wanita Jeon itu bisa menahan hingga pulang. Hal itulah yang menjadi alasan Jungkook tidak membolehkan Mia pulang ke rumah bibinya—bahkan lelaki itu merelakan waktu untuk mengantar dan menjemput sang istri ke sekolah.
Lagi, Mia bergumam. "Itu...."
"Diamlah. Atau kucium bibirmu!"
Entah tersugesti atau bagaimana, Mia langsung mengatupkan bibir. Jungkook berdecak, mengambil paper bag kecil yang disimpan sejak tadi di bawah meja.
"Obatmu. Makanlah dengan rutin," perintahnya tegas.
"Aku tidak suka obat."
Tak!
Mia mengaduh saat Jungkook menyentil keningnya cukup keras.
"Sakit...," desisnya tidak suka.
"Kau seperti anak kecil!"
"Memang aku masih kecil!"
"Kecil apanya?! Kau sudah berkepala dua, tahu!"
"Yak, itu—"
"Lagipula mana ada anak kecil yang pintar memuaskan lelaki di ranjang."
"JEON JUNGKOOK!"
"Apa? Mau marah? Ayo marah, sini."
"Jungkook bodoh!"
"Tidak."
"Kelinci bodoh!"
"Aku manusia."
"Sinting!"
"Aku waras."
"Jungkook bodoh! Kelinci sialan! Berengsek! Mesum! Jahat! Jelek! Aku benci Jungkook!"
"Benci saja. Sudah kubawa ke ranjang juga kau akan mendesah minta gerakan dipercepat."
"Berengsek!"
"Sini kubuktikan!"
Jungkook menangkap tangan Mia yang sejak tadi memukulinya tanpa ampun. Wanita itu jelas berontak, tapi geraknya kalah kuat hingga yang terjadi adalah dia terbaring di bawah kungkungan sang adam. Dia mengerang, coba melepas tangan yang dipegangi Jungkook. Tetapi, hanya kegagalan yang didapat.
"Sudah?" tanya Jungkook dengan napas terengah. Sudah lama dia tidak seperti ini dengan Mia.
"Lepas!"
"Janji tidak akan memakiku lagi."
"Iya."
Jungkook melonggarkan pegangannya di lengan Mia. "Ah, aku lupa sesuatu!" katanya tiba-tiba.
"Apa yang—"
Mengabaikan perkataan Mia, Jungkook malah sibuk dengan kegiatan barunya di bibir wanita itu. Dia melumat, menyesap dan menelusupkan lidahnya dengan tak sabaran. Sedikit liar, tapi menggoda. Mia mengerang saat Jungkook kembali menekan pergelangan tangannya.
"Kau sudah gila, huh?!" protes Mia saat Jungkook melepas tautan mereka.
"O, aku gila karenamu. Kenapa?"
Mia berdecak. Didorongnya Jungkook, tapi gagal. "Menjauh sana...!" erangnya frustrasi.
Alih-alih mematuhi permintaan Mia, Jungkook malah memeluk wanita tersebut dengan erat.
"Berat...!" Mia memprotes.
Tidak ada jawaban, membuat Mia ikut terdiam karena menyadari sikap suaminya agak berbeda. Jika biasanya Jungkook terus bergerak saat memeluk, maka kali ini tidak. Dia hanya diam, lantas menyurukkan kepala di antara leher.
"Jung...."
"Sebentar saja."
Jika sudah begini, apa lagi yang bisa dilakukan Mia selain menuruti permintaan sang suami tercinta?
"Aku menyayangimu."
Satu kecupan diberi Jungkook ke kening Mia, kemudian ke pipi, mata dan terakhir hidung.
"I love you, My Majesty."
Perlakuan yang sangat manis, bukan?
—FIN—
♥
Yaaa, begitulah. Kayaknya emang gak diizinkan buat marah lama-lama sama JK 😒
KAMU SEDANG MEMBACA
[Jungkook x Mia]
FanficWork kedua dari series [Jungkook x Mia]. Enjoy read my fanfiction~ ❤