Muster di Jepang hari pertama.
Selesai konser, makan, minum, berkumpul, Jungkook akhirnya mulai merasa sunyi. Euphoria, senang sesaat, memang benar adanya. Sekarang, dia mulai merindukan Mia, wanitanya yang masih merajuk karena ditinggal tanpa pamit; padahal itu bukan salah Jungkook sepenuhnya, melainkan karena si manis pergi ke rumah Shin Ya untuk mengurus pesanan, jadi Jungkook tidak sempat berpamitan. Tetapi, Mia merajuknya malah sampai sekarang.
Diembusnya napas panjang. Sekeliling ruangan dipandang, lantas dipuji karena selera pemilik hotel sangat bagus. Namun, otaknya mulai berkhayal bagaimana jika istrinya ada di sini. Ah... pasti wanita itu suka.
Memikirkan hal tersebut, pemilik marga Jeon itu pun segera mengambil ponsel dan membuka aplikasi yang paling sering dikunjungi. Pesan dari Mia ada paling atas. Dan tanpa pikir panjang, ia langsung menekan ikon panggilan video.
Dua kali nada sambungan terdengar, tapi yang ketiga tiba-tiba panggilan ditolak. Sukses membuat kerut heran hadir di kening si tampan berkaos putih kebesaran. Dicobanya menghubungi ulang, tapi kejadiannya lagi-lagi sama.
"Apa dia semarah itu?" gumamnya bingung.
Mendesis seraya memiringkan kepala, jarinya pun menekan ikon panggilan biasa. Tetapi, yang menjawab malah operator, mengatakan bahwa nomor tersebut tak bisa dihubungi.
"Wah... nomorku diblokir lagi jangan-jangan." Digeleng-gelengkannya kepala, teringat kebiasaan Mia akhir-akhir ini yang akan memblokir semua hal mengganggu, termasuk semua kontak suaminya yang sangat penting. Membuat Jungkook beberapa kali gelabakan karena hal tersebut.
Ketika ingin menghubungi lagi, sebuah panggilan melalui aplikasi dari Mia lebih dulu masuk. Jungkook mengerjap, tapi buru-buru mengangkat.
"Kau dari mana? Kenapa panggilanku ditolak?" selorohnya cepat.
"Eum... dari jalan-jalan dengan Ahjussi tampan."
Mata bulat si tampan menyipit tajam, apalagi ketika telinganya menangkap riuh rendah keramaian. "Kau di mana?" tegasnya ingin tahu.
"Di jalan. Eh, di pinggir jalan. Aduh! Oyurushi kudasai."
Hmm, Jungkook tidak salah dengar, 'kan? Barusan Mia bicara menggunakan bahasa Jepang?
"Mia?"
"Ya, kenapa?"
"Kau di mana? Jepang?"
"Aku di hati dan pikiranmu."
Jungkook memutar mata dengan malas. Dia sedang tidak ingin dirayu.
"Kau dekat jendela, tidak?" Mia tiba-tiba bertanya.
"Tidak. Kenapa?"
"Coba buka. Langitnya sedang indah."
Awalnya Jungkook ragu, tapi demi menyenangkan sang kekasih, ia pun menurut. Gorden jendela disibak sedikit, berguna untuk mengintip dan memastikan bahwa tidak ada ARMY atau orang yang akan mengenalinya.
"Sudah?" Mia bertanya.
"Mm, langitnya cantik," tuturnya berbohong. Yah, di tengah kota padat seperti ini, mana mungkin dia bisa melihat ke atas dan menikmati bintang yang berhamburan.
"Bohong."
"Aku tidak bohong," bantahnya cepat seraya coba memandang ke langit, tapi ya begitulah, terhalang gedung.
"Baiklah, terima kasih atas usahamu."
Jungkook mengerutkan kening, lagi, saat ia merasa aneh dengan ucapan Mia. "Jangan bilang kau...," gantungnya curiga, lalu mulai menyisiri bagian bawah, tepatnya ke jalanan yang masih ramai oleh para pejalan kaki.
"I got you." Sebuah senyum hadir di bibir si tampan Jeon ketika ia akhirnya menemukan seorang wanita bermantel bulu warna cokelat yang melambaikan tangan dengan wajah tersenyum di bawah sana.
"Boleh aku ke kamarmu?" Mia bertanya, menjurus ke menggoda.
"Silahkan, Nona. Dengan senang hati." Jungkook tak kuasa menahan senyum. Hatinya mendadak begitu gembira dengan fakta bahwa istrinya menyusul.
"Aku ke atas."
Jungkook bergumam, baru memutus panggilan. Bergegas, ia membereskan kekacauan yang sempat dibuatnya di meja dan kursi. Celana dan baju yang berhambur (karena malas merapikan), ia singkirkan ke dalam satu kotak di sudut ruang. Tak lupa, seisi ruangan langsung disemprot dengan parfumnya yang mahal.
Selesai itu semua, pintu kamar akhirnya diketuk. Jungkook tersenyum semakin lebar. Secara tak sabaran, ia pun membukakan akses agar si pengetuk bisa masuk.
"Ann--"
Tanpa ba bi bu, Jungkook langsung menarik istrinya masuk, menutup pintu, lalu segera memeluk dengan erat. Seolah mereka terpisah karena perang yang mempertaruhkan nyawa.
"Aku merindukanmu...," katanya manja.
"Aigoo... lucunya." Mia menangkup pipi Jungkook, kemudian mencubit-cubit gemas. "Nado bogochipo...," jawabnya lucu.
Jungkook tertawa, mengecup kening Mia, baru pipi dan terakhir bibir. "Kenapa tidak bilang mau menyusul, huh?" katanya sambil mengacak-acak rambut lurus sang istri. Senyumnya lebar ketika melakukan itu, gambaran bahwa suasana hatinya sangat baik.
"Surprise." Mia menjauhkan tangan sang suami dari rambutnya. "Sunhee Eonni memaksa aku menyusul, dia bahkan rela jadi babysitter Miku tanpa dibayar." Dirangkulkannya tangan ke leher Jungkook, sengaja bermanja dengan yang terkasih.
"Benarkah?"
"Mm."
Lengan lelaki Jeon itu berpindah ke pinggang sang hawa, menarik agar tak lagi ada ruang di antara mereka berdua. "Aku rindu kalian berdua," bisiknya dengan napas terembus berat.
"Mau video call dengan miku?" tawar Mia sambil menyibak poni suaminya ke atas, sengaja ingin melihat bagaimana tampannya jika lelaki itu dengan kening terbuka.
"Ah... dia pasti sudah tidur."
Mia menoleh, mencari jam. Setelah ketemu, baru ia sadar bahwa sudah jarum jam menunjuk angka sepuluh. Ckck, sudah larut ternyata.
"Kita juga harus tidur," tutur Jungkook di saat Mia masih sibuk melihat jam.
"Mm, benar. Besok kau masih konser, 'kan?" tanya Mia ketika sudah memandang wajah tampan lelaki yang begitu ia sukai.
Jungkook mengangguk. Mia tersenyum, mengusap rambut yang diberi warna cokelat. "Ayo tidur. Aku juga lelah," katanya.
Lelaki itu menurut. Mia tersenyum, melepas kemeja dan menyisakan baju tanpa lengan yang membuat Jungkook melirik. Apa wanita itu sedang menggodanya?
"Melihat apa, hmm?" Mia naik ke samping Jungkook, lantas dengan sengaja langsung memeluk pinggang sang suami dan menaruh dagu ke bahu yang bidang.
"Melihat tubuh yang memanggil untuk disentuh." Jungkook mengangkat dagu si cantik. Bibir yang diberi lipstik pink disesap lembut, sebuah permulaan dari suatu hal yang panas.
"Wanna play with me, huh?" Jungkook berbisik, seduktif menatap wanitanya yang tersenyum. Dadanya berdebar, ingat bahwa dirinya sudah tidak menikmati jatah wajibnya sebagai suami selama dua minggu. Ya... gara-gara Mia banyak alasan ketika diajak 'itu' tentu saja.
"Jika itu bisa membuatmu senang." Mia menyentuh perut ber-ABS sang suami, mengusapnya pelan hingga membuat Jungkook menahan napas.
"Wanna more, My King?"
Hh, sepertinya tidak perlu dijelaskan lebih lanjut apa yang akan terjadi. Jadi, mari kita beri mereka waktu untuk menyalurkan kerinduan masing-masing dengan cara yang panas.
—FIN—
KAMU SEDANG MEMBACA
[Jungkook x Mia]
FanfictionWork kedua dari series [Jungkook x Mia]. Enjoy read my fanfiction~ ❤