[171218]

2.7K 366 95
                                    

"Aku pulang."

Mia menaruh tas punggungnya ke sofa setelah melepas sepatu. Fotocopy buku untuk bahan proposal skrispsinya di simpan ke meja, berikut dengan tugas bahasa asing milik Ami yang ia pinjam. Tubuhnya penat, ingin istirahat meski pada nyatanya dia sudah tidur selama lebih kurang dua jam. Tetapi rasanya kurang. Dia masih lemas.

"Baru pulang?"

Ditolehkannya kepala ke samping, tempat Jungkook berdiri dengan raut datar. "Hai," sapanya sembari tersenyum kecil.

"Sudah puas bersantainya?"

Mia baru saja ingin duduk ketika Jungkook mengatakan hal tersebut, alhasil membuat wanita Jeon itu menyipitkan mata dan memandang tidak mengerti pada sang suami. "Bersantai?" ulangnya meminta penjelasan.

"Kenapa pulang sesore ini?"

"Aku di rumah Ami setelah pulang dari perpustakaan."

"Lalu?"

Sebentar Mia terdiam. "Aku tertidur di sana."

"Memangnya tadi malam apa yang kau kerjakan di rumah Shin Ya Noona?"

Lagi, Mia terdiam.

"Mia."

"Tidak ada," jawab wanita Jeon itu pelan. Sungguh, dia seperti sedang diintrogasi dan itu sangat tidak nyaman.

Jungkook mengembuskan napas kencang. "Eomma sedang sibuk menyiapkan acara peringatan tujuh hari meninggalnya kakek, dan anak perempuan satu-satunya malah sibuk tidur di rumah orang lain."

Tidak ada kata yang dijadikan jawaban oleh Mia. Dia sempurna membisu.

"Eomma sampai menghubungiku karena Miku tidak ada yang menjaga." Jungkook memberitahu dengan raut datar. "Padahal ibunya sangat banyak memiliki waktu luang," sindirnya secara langsung.

Mia tertohok sangat keras, membuat wanita cantik itu membeku. Bukan dia tak punya alasan, tapi alasan itu tak akan cukup untuk memberi bukti bahwa dia tidak bermain-main. Sebagaimana yang dikatakan Jungkook, dia punya banyak waktu luang sejak kemarin sore. Hanya saja dia lebih memilih untuk menggunakannya menginap di rumah Shin Ya, padahal tidak ada yang mereka kerjakan sama sekali. Tadi, baru dia sibuk ke perpustakaan, mencari bahan proposal, tapi itupun hanya sekitar tiga atau empat jam, setelahnya dia tertidur di rumah Ami dan baru pulang ketika menjelang jam empat.

Mia tertunduk sebentar, baru memadang wajah Jungkook dengan tatapan menyesal. "Aku—"

"Tidak perlu meminta maaf. Sekarang bersiap saja, kita ke rumah Eomma." Jungkook memerintah tanpa peduli ekspresi Mia. Dia berbalik, lantas masuk ke kamar untuk bersiap.

Wanita Jeon itu menarik napas panjang sembari mendongak. Matanya panas, dan rasa lelah menambah kacau. Emosinya turun naik tak stabil. Tetapi dia memaksakan diri untuk menuruti perintah Jungkook. Mandi, lalu bersiap untuk pergi ke rumah ibunya.

∞•∞

Acara selesai jam setengah sembilan malam. Mia, meski penat, dia berusaha untuk tampil sebaik mungkin melayani para tamu. Miku dijaga oleh Jungkook. Dan seperti biasa, gadis kecil itu tidak terlalu rewel, cenderung pintar malah. Salah satu hal yang paling disyukuri oleh Mia.

"Hai...." Mia tersenyum pada Miku yang terlihat mengantuk. Jungkook sedang makan di luar. Sedang tamu sudah pulang semua, dan urusan dapur juga sudah selesai. Waktu untuknya istirahat.

"Maaf, Eomma mengabaikanmu," katanya pelan, lantas mengecup kening sang buah hati. Miku mengerjap, tapi kemudian tertawa saat coba meraih wajah sang ibu. Berhasil membuat Mia meneteskan air mata karena tingkah polos sang anak.

"Eomma tidak bermaksud membiarkanmu sendirian." Mia tersendat, merasa sangat bersalah dengan Miku. "Eomma juga tidak menyangka akan tertidur dan pulang sesore itu," katanya lagi tanpa peduli bahwa Miku tidak mengerti dengan apa yang ia ucapkan.

"Eomma akan berusaha hal ini tidak akan terulang lagi," janjinya sambil menyeka air mata.

Miku menjawab dengan bahasanya sendiri, namun itu membuat Mia tersenyum dan menggenggam lengan si kecil. "Eomma beruntung memilikimu," ucapnya tulus sembari mengecup tangan Miku.

"Miku harus tidur sekarang."

Mia menoleh ketika mendengar Jungkook yang menegurnya. "Aku tahu," jawabnya dan mengembalikan pandangan ke gadis kecilnya yang menguap.

"Besok Miku aku saja yang menjaga di dorm."

Kening Mia berkerut. "Besok aku di rumah," protesnya sambil memandang Jungkook.

Jungkook menggeleng. "Kau lebih sibuk dengan tugas kuliah."

"Itu karena—"

"Miku perlu ada yang menjaga."

"Aku bisa menjaganya."

Tarikan napas panjang terdengar dari Jungkook. "Mia—"

"Kau tidak percaya denganku?" tukas Mia dengan tatapan nanar.

"Bukan begitu."

"Lalu kenapa tidak membolehkanku menjaganya? Apa kau kira aku akan bersantai? Bermain-main? Tidak mempedulikannya? Begitu?" tuntut Mia. Pun matanya, sudah berkabut karena letupan emosi yang tak mampu ditahan.

"Aku tidak berkata begitu, Areum!" tegas Jungkook.

Mia sempurna meneteskan setitik air mata meski tanpa suara.

"Aku hanya membebaskanmu untuk mengerjakan tugas! Karena itu yang penting untukmu, 'kan?!"

"Kau kira Miku tidak kuanggap penting, hah?!"

Si kecil yang semula mengantuk seketika menangis ketika sang ibu meninggikan suara. Bergegas Mia mengambil Miku dan menenangkannya ke pelukan meski dengan mata yang sama sembabnya dengan sang anak.

Jungkook menarik napas kencang. "Yang jelas besok Miku bersamaku," putusnya tanpa bisa diganggu gugat.

Andai tak mengingat Miku yang masih terisak di gendongan, mungkin Mia sudah menjawab perkataan Jungkook. Sayangnya dia harus menurunkan ego agar Miku bisa tenang. Mengabaikan Jungkook, Mia pun mendekat ke jendela dan berceloteh apa saja ke Miku hingga gadis kecil itu akhirnya terlelap di pelukan.

Malam ini, malam yang sangat berbeda dari biasa. Jika pada sebelumnya mereka saling bertukar cerita lantas tertawa, maka malam ini semuanya hilang seolah tanpa bekas. Yang ada hanya kekesalan satu sama lain yang entah kapan akan mereda.

—FIN—

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang