Do

895 163 7
                                    

"Sudah sembuh?"

Jungkook mengecup kening istrinya yang tengah berbaring dengan headset terpasang sebelah, ditatapnya Mia sebentar sambil mengusap anak rambut sang hawa, kemudian baru menuju lemari untuk mengambil pakaian. Tadi, Mia sempat mengeluhkan perutnya perih dan badan lemas. Diagnosa awal darinya adalah karena cappucino yang diminum sebagaimana yang dilaporkan si cantik tentang apa saja yang dikonsumsi hari ini. Dan karena Mia menolak pergi ke dokter, jadi Jungkook yang mengomel dan tidak mengizinkan lagi untuk meminum minuman yang terbuat dari campuran espresso dan susu tersebut.

"Minum susu cokelat dan stroberi saja. Nanti kubelikan yang banyak." Jungkook duduk di samping Mia setelah mengganti pakaian. "Jangan sampai sakit lagi," pesannya lembut meski masih menyiratkan kekhawatiran. Pun tangannya, sekarang sudah berpindah ke rambut sang hawa dan membelai pelan memberi rasa nyaman.

"Maaf sudah membuatmu khawatir...." Mia menatap bersalah ke Jungkook. "Tapi aku sudah baik-baik saja," lanjutnya menenangkan.

"Mm, aku tahu."

Suasana menjadi hening setelah kalimat terakhir diucap Jungkook. Keduanya hanya saling pandang, bicara dari mata ke mata dan sibuk mengagumi keindahan sang pencipta; meski faktanya mereka hampir selalu bersama kapanpun dan di manapun.

"Sayang." Mia membuka obrolan baru, memutus fokus Jungkook yang terus memandang sambil membelai lembut. "File Decalcomania benar kau hapus?" tanyanya, mewakili semua penggemar yang pasti juga memiliki pertanyaan sama.

"Kenapa?"

"Tidak... hanya saja sayang sekali lagu seindah itu tidak pernah dirilis dan malah dihapus."

Jungkook bergumam panjang. "Kau melupakan lagu itu, jadi kupikir itu bukan lagu yang bagus."

"Bagaimana?" Mia mengerutkan kening, kebingungan. Masa iya gara-gara dia?

"Jujur saja. Kau hanya tahu judulnya tanpa pernah mendengarkannya lagi, 'kan?"

"Itu...." Mia kehilangan kata, tapi perlahan mengangguk. "Maaf...," katanya pelan.

Lengkung indah hadir di bibir sang adam. "It's okay. Lagipula lagu itu memang belum sempurna dan ada kemiripan dengan lagu-lagu lain. Nanti kubuatkan lagi yang lebih indah."

"Benarkah?"

"Mm, aku janji."

"Thank you."

Sekali lagi, Jungkook memberi kecupan kecil di kening sang dara untuk menunjukkan rasa cinta. "Miku di rumah Aera, 'kan?" tanyanya membuka pembicaraan baru.

Mia bergerak naik, mensejajarkan diri dengan sang kasih lalu menyandarkan kepala ke dada yang bidang. "Kenapa anak kita sering menginap di rumah orang lain, hm? Nanti dikira tetangga kita bukan orang tua yang baik," gumamnya seraya menyentuh pelan perut ber-ABS Jungkook.

"Miku memberi kita kesempatan untuk menghabiskan waktu berduaan saja." Demikian jawaban singkat dari Jungkook.

"Heol...."

"Tapi... apa mereka baik-baik saja terus-terusan menjaga Miku? Aera, Sunhee Noona, Appa, Eomma, mereka pasti punya kesibukan, 'kan?"

Mia mendongak, memandang Jungkook yang nampak ingin tahu dengan tatapan polos. Saking gemasnya, Mia sampai menangkup wajah yang dihias hidung mancung tersebut dan menjawab, "Mereka sibuk, tapi mereka juga yang menawarkan diri untuk membawa Miku."

"Benarkah? Bukannya cuma basa-basi?" Jungkook menyelipkan helaian rambut Mia ke belakang telinga, kemudian tersenyum puas melihat rambut istrinya jadi lebih rapi.

"Sejauh yang kulihat, itu bukan basa-basi. Lagipula Aera Eonni dan Sunhee Eonni perlu Miku supaya Taehyung dan Suga Oppa juga menemani mereka."

"Hah?"

"Jika ada Miku yang harus dijaga, mereka bisa beralasan untuk minta ditemani semalaman. Bagus bukan caranya?" jelas Mia sambil tersenyum lebar. Tangkupan tangannya di wajah Jungkook sudah dilepas, gantinya ya kembali melingkari pinggang sang adam.

"Kau menjerumuskan mereka." Jungkook sarkas, lengkap dengan ekspresi menyebalkan dan sedikit mendorong kening sang istri.

"Tidak ish!" bantah Mia tak terima.

"Iya. Menjerumuskan itu namanya!"

"Tidak!"

"Iya."

"Tidak."

"Iya."

"Tidak!"

"Sekali lagi menjawab, awas bibirmu!"

Bukannya takut dengan ancaman si kelinci, Mia malah semakin menantang dengan tatapan berbinar riang. "Mau menciumi Hamba, Pangeran? Silahkan. Dengan senang hati Hamba menerima."

Laki-laki bermarga Jeon itu berdecak dan malah mendorong kening istrinya. "Sana tidur," suruhnya sambil melepas pelukan.

"Jung... come on... kiss me."

"No."

"Just one kiss please...."

"One?"

Mia mengangguk cepat seperti anak kecil yang polos. Tetapi, dia memekik tertahan saat Jungkook tiba-tiba menjatuhkannya ke tempat tidur dan menarik kakinya agar wajah mereka sejajar.

"You mean one round?"

Hilang sudah Jungkook yang beberapa menit lalu sangat polos menggemaskan, diganti dengan Jungkook yang menggoda dengan semua tatapan, gerak jari hingga tarikan napas. Memang, dari awal sejak Mia bersandar ke dadanya tadi, dia memang sudah berusaha menahan agar tidak langsung 'menyerang' wanita nakalnya ini. Tetapi, siapa sangka Mia malah menggoda dan memancing.

"Aku belum mengambil jatahku minggu ini," kata Jungkook dengan senyum, menyebutkan alasan tingkahnya barusan.

"Salah siapa selalu pulang larut?" Mia membalas dengan senyum yang sama.

Jungkook membasahi bibir yang kering, lalu memandang ke bawah sebentar sebelum kembali menatap wajah elok sang pujaan. "Jika tidak ingin melakukannya denganku, berhenti menggoda," tegasnya merujuk pada kelakuan kaki Mia yang menyentuh nakal.

"Karena aku mau, makanya menggoda. One round, two round, do what you want, Bunny."

Mantra mana lagi yang lebih ampuh daripada ini coba? Mia memang yang paling bisa jika sudah memancing suaminya.

"Good girl. I hope you scream well."

••FIN••

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang