281217

11K 605 24
                                    

Malam sudah larut. Namun, sepasang manik kembar berwarna kecokelatan tak kunjung terpejam. Pemiliknya gelisah, berbalik ke kiri dan kanan, berulang-ulang dengan desah berat karena gundah yang terpendam.

"Jungkook sialan ... kau di mana, Sayang?" gumamnya dengan pergelangan tangan menutupi mata. "Kau janji pulang jam setengah sepuluh," keluhnya lagi.

Bukan tidak ada usaha untuk menanyakan keberadaan suami, tapi semuanya sudah dilakukan Mia; dari mengirim pesan hingga menelfon, tapi ... ya begitulah. Entah apa yang sedang dilakukan pria Jeon itu hingga tidak menyentuh ponselnya.

Mia berdecak untuk yang kesekian kali. Dia beralih posisi jadi memiringkan tubuh. Wajah cantiknya bertekuk sebal. Jungkook mengingkari janjinya. Lagi, untuk yang ketiga kalinya dalam minggu ini.

Di sisi lain.

Yang dicemaskan ternyata tengah kerepotan dengan sebuah boneka beruang berukuran besar. Beberapa kali dia menggerutu saat tiga bonekanya yang saling berbelakangan tak sengaja bersenggolan dengan benda-benda yang dilewati saat menuju ke mobil. Tentu saja dia tak mau benda berharganya itu kotor. Bisa-bisa yang ingin diberi hadiah malah mengamuk. Iuh, menyeramkan.

"Cha! Duduklah dengan baik!" ucap Jungkook pada boneka yang baru dimasukkannya ke kursi belakang mobil. Well ... anggap saja Jungkook sedang kesepian, jadi menyuruh seperti itu pada bonekanya.

Setelah duduk di kursi pengemudi, Jungkook menarik napas dalam-dalam, berdoa dengan kesungguhan agar Mia tak merajuk. Apalagi saat dia memandang jam yang sudah menunjuk angka sepuluh. Oh, sial! Dia harus bergegas jika tak ingin pikiran buruknya jadi kenyataan.

Memacu dengan cepat mobilnya yang melewati jalanan sepi, Jungkook pun akhirnya sampai dalam tempo sepuluh menit. Terburu-buru, dia menurunkan boneka dan mengunci mobil sebelum akhirnya menghambur ke rumah yang jadi tempat kediamannya bersama Mia dalam beberapa bulan terakhir. Beruntung, pintu depan belum dikunci, jadi dia bisa langsung masuk dan menuju kamar yang pasti jadi tempat Mia berdiam diri.

"Mi—Mia?"

Jungkook kebingungan saat sampai di kamar. Tidak ada Mia di tempat tidur. Ke mana wanitanya? Apa jangan-jangan ... dia benar pergi ke rumah teman lelakinya?

Tergesa, pria Jeon itu mengeluarkan ponsel. Namun, saat baru saja ingin menghubungi, yang dicari lebih dulu muncul di ambang dapur. Wajah yang datar, lengkap dengan piyama putih dan segelas susu khusus ibu hamil, tak sedikit pun menggoyahkan kelegaan di hati Jungkook. Justru Jungkook tersenyum simpul dan menghampiri si wanita.

"Kukira kau tidak di rumah," ungkap Jungkook jujur sembari memberi kecupan di kening.

"Pintu depan belum dikunci, bagaimana mungkin kau bisa berpikir aku tidak di rumah?" Mia berjalan tanpa peduli Jungkook yang mengekori. Tapi, langkahnya berhenti saat di depan pintu kamar. "Boneka siapa?" dia bertanya dengan kening berkerut. Heran dengan boneka beruang pink yang menghalangi jalan.

"Bonekamu."

"Oh."

Jungkook menggaruk kepalanya yang tak gatal. Apa Mia tak suka?

"Mi ... marah, ya?" Jungkook bertanya, takut-takut.

"Kenapa aku harus marah? Aku suka, kok. Cuma warnanya saja yang tidak sesuai. Aku suka biru muda, bukan pink." Mia mengelus bonekanya. Ada segurat senyum saat ia memandang benda yang disukai sebagian besar wanita di seluruh dunia itu. Kesalnya sedikit terobati dengan hadiah tak terduga.

"Belakangan ini kau selalu membeli barang-barang berbau pink, jadi bonekanya ... kubelikan pink juga." Jungkook menggantung ucapan, bingung ingin meneruskan apa; tapi dia tahu, Mia pasti paham maksudnya.

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang