Miku sudah tertidur pulas ketika Mia mendekati Jungkook yang terduduk lesu di sofa ruang tengah. Seharian mereka bermain bersama Miku, menjadikannya puteri yang harus bahagia di hari ulang tahun ketiga. Yah... walau beberapa kali si kecil harus merajuk karena kelakuan jahil sang ayah, tapi itu tidak masalah, justru menjadikannya bumbu yang menyenangkan.
"Memikirkan apa?" Mia duduk di samping Jungkook. Harum lembut yang berasal dari parfum yang biasa ia pakai mengudara, mampir ke penciuman Jungkook dan membuat si tampan langsung menunduk penuh rasa bersalah.
"Aku minta maaf sudah mengacaukan hari ini," sesalnya sesak. "Padahal ini hari yang sangat penting," lanjutnya meremas kedua jemari.
"Hei... berhenti menyalahkan diri sendiri...." Mia langsung membawa Jungkook ke pelukan dan mengusap punggung lelaki yang mengayominya empat tahun ini. "Kekacauan ini bukan karenamu," tuturnya lembut.
Jungkook menggeleng, mengusap sudut matanya yang berair dan tak sedikitpun berani mengangkat kepala. "Kau menangis, karenaku," ucapnya bergetar menahan perih.
Mia terpaksa mendongak agar air matanya tak jatuh. Namun, tak lama kemudian dia langsung mengangkat wajah Jungkook agar menghadap ke arahnya. "Look at me," perintahnya tegas.
"Mia...."
"Aku menangis bukan karenamu, tapi karena semua kebencian yang tidak pantas kau terima. Kesalahan yang kau lakukan tidak sebanding dengan semua ujaran kebencian itu. Aku kesal, tapi aku tidak bisa melakukan apa-apa." Di akhir kalimatnya Mia melemah. "Jadi berhenti merasa bersalah denganku...," pintanya sendu.
"Aku mengecewakanmu dan juga banyak ARMY di luar sana."
"Jeon...."
"Aku benar-benar minta maaf sudah mengecewakan kalian. Aku benar-benar minta maaf."
Jungkook tersedu. Bukan hanya karena rasa bersalahnya terhadap penggemar, tapi juga kepada anggota grub-nya dan yang terutama adalah Mia. Ditambah lagi semuanya terjadi di hari penting, makin terpuruk lah dia.
Mia tak lagi bersuara, hanya membiarkan Jungkook menangis di pelukannya, sepuas mungkin. Sesekali, ia mengecup kening dan rambut si tampan. Memastikan bahwa dia akan selalu di sisi lelaki Jeon tersebut.
"I will be here for you."
--♪
Sekitar sepuluh menit hingga akhirnya Jungkook lebih tenang. Mia menuang air ke gelas, lantas menyerahkan agar diminum oleh suami tampannya.
"Jangan sedih lagi," kata Mia sambil mengusap punggung suaminya yang tegap.
"Maaf." Jungkook menyeka hidungnya yang berair. Matanya sembab, tapi sisa air mata di pipi dihapus oleh Mia dengan telaten.
"ARMY yang sungguh-sungguh menyayangimu pasti akan menyemangati, apalagi jika mereka paham kondisi yang membuatmu berani berjalan-jalan, mereka tidak akan marah. Tapi terlepas dari itu semua, kau tetap harus belajar agar lebih hati-hati untuk ke depannya." Mia mencubit pipi Jungkook, lantas tersenyum manis agar suasana hati suaminya menjadi lebih baik. "Hidupmu memang berat, jauh lebih berat dariku atau remaja usia dua puluhan di luar sana. Kau harus kuat, lebih kuat dari kami. Karena seluruh gerakmu terbatas, selalu diawasi dan diatur oleh mereka yang kadang lupa bahwa kau juga manusia. Tapi ini hidupmu, sesuatu yang kau hadapi. Hanya saja kau tidak sendirian, tapi bersamaku,"--Mia diam sejenak--"ingatlah bahwa aku di sini, selalu di sini untukmu. Kau bebas menjadi dirimu sendiri dan melakukan apa saja jika di sampingku."
Jungkook diam, menyeka air matanya yang tersisa dan kembali menunduk. Ia merasa tidak perlu menjawab kalimat Mia. Bukan tidak menghargai, tapi semua yang diucap wanita cantik itu benar adanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Jungkook x Mia]
Fiksi PenggemarWork kedua dari series [Jungkook x Mia]. Enjoy read my fanfiction~ ❤