Jungkook termundur beberapa tindak ke belakang saat Mia menubruk dadanya. Wanita yang merupakan pasangan jiwanya itu tak bersuara, hanya terus mengeratkan pelukan ditubuh sang adam yang baru selesai mandi setelah konser beberapa jam lalu.
Menghela napas, Jungkook pun mengusap rambut hitam sang ratu dan menutup pintu kamar agar sasaeng gila tidak melihat kegiatannya.
"It's okay. Everything will be fine," ucapnya menenangkan meski belum tahu apa alasan Mia berbuat seperti ini.
"I know." Lemah nada suara wanita yang melepas status kesendiriannya sejak Mei 2017 lalu itu. Namun, dia terus menenggelamkan wajah di antara dada bidang yang menguarkan aroma maskulin yang jadi favorite-nya.
"Ada masalah di sekolah?" Jungkook bertanya sambil melirik.
Sebuah gelengan jadi jawaban.
"Eum... sini dulu."
Mendudukkan diri, Jungkook pun jadi memangku Mia. Diusapnya wajah kuyu sang jelita, lantas dikecup sayang di bagian pipi. Meski tak mendapat respon, lelaki berpostur gagah itu tetap tersenyum dan malah mencubit gemas hidung sang istri.
"Jadi, apa masalahnya, hmm?" tanyanya ulang dengan sabar. Bagaimana pun juga, dia paham Mia sedang lelah—hari ini sepulang sekolah, dia langsung menyusul Jungkook ke Jepang.
"Besok sore Ami seminar. Hari Senin pagi aku bertugas membeli makanan untuk para guru, sorenya Shin Ya Eonni seminar. Hari Selasa aku praktik mengajar lagi, dan Rabu sore seminar. Tapi rencana pembelajaranku belum selesai, padahal aku harus menghapal proposal yang kuseminarkan dan materi pelajaran."
Jungkook diam mendengarkan sambil terus mengusapi rambut istrinya tersayang.
"Aku tidak tahu... tapi rasanya semua itu sangat berat. Aku takut—"
Tanpa terduga Jungkook bergerak menyentuhkan material manisnya ke bibir yang jadi objek khayalannya belakangan ini. Disesapnya lembut dan hati-hati, menyebarkan rindu yang tak sempat terucap.
"Don't be affraid, Majesty," bisiknya di sela ciuman yang semakin memabukkan.
Mia membalas, bahkan tangannya sudah melingkari leher sang suami. Seminggu berpisah dengan Jungkook karena sekarang dia tinggal bersama adik ibunya, rindu itu terkumpul sangat banyak.
"Jung...." Mia menarik napas dalam-dalam saat tautan mereka terpisah.
Tersenyum, Jungkook pun merapikan rambut berantakan istrinya. Terakhir, bibir basah yang menjadi hasil perbuatannya diusap lembut dengan ibu jari. Mia hanya diam, paham bahwa ada yang ingin disampaikan oleh sang suami.
"Kau ingat berapa kali kau merasa berat dengan semua hal yang terjadi?" Jungkook membuka pembicaraan. "Tapi semuanya bisa kau lewati. Tidak terhitung berapa kali kau menangis dan ingin menyerah, kau tetap bisa melaluinya. Kali ini pun sama, Sayang. Kau hanya perlu bertahan dan semuanya akan terlewati dengan baik," nasihatnya dengan lembut.
"Tapi—"
"Aku tahu kau pesimis, Mia. Aku juga tahu kau tidak percaya diri. Aku paham itu semua. Tetapi, aku juga paham bahwa kau akan melalui semua ini dengan baik. Memang berat, tapi yakinlah saja semuanya akan baik-baik saja."
Wanita ber-jeans biru itu diam, menyerap setiap kalimat yang suaminya ucapkan.
"Fighting, Bae." Jungkook tersenyum indah.
"Mm, semoga."
Tidak ada jawaban. Jungkook hanya menarik wanitanya ke dalam pelukan yang menghangatkan.
"Jung," panggil Mia tiba-tiba.
"Mm?"
"Miku mana?"
"Jalan-jalan dengan Jimin."
"Aku mau—"
Ucapan itu terhenti saat Jungkook mengeratkan pelukan. Mia diam sejenak, tapi kemudian paham kenapa suaminya melakukan hal tersebut.
"Jung... aku merindukan Miku," mohon Mia meminta pengertian.
"Aku lebih merindukanmu."
"Kookie...."
"Miku akan baik-baik saja dengan Jimin."
"Iya, tapi—"
Mia menggigit bibir saat Jungkook mengecup kulit lehernya. Jujur, tubuhnya tak menolak, bahkan cenderung menerima dan meminta lebih. Satu minggu lebih tak disentuh jemari panjang sang suami, wajar jika dia menginginkan hal yang sama dengan yang diingini oleh Jungkook.
"Kau mau?" tanya Jungkook meminta persetujuan sebelum bertindak lebih.
"Heum...."
"Maaf aku merepotkan. Padahal kau baru datang, tapi langsung melayaniku."
"Itu hakmu."
"Aku pasti dicap mesum oleh para readers. Tidak kenal situasi jika sudah ingin."
Mereka berdua tertawa karena ucapan Jungkook yang mungkin benar adanya. Namun, tawa itu berhenti kemudian meski tanpa dikomando. Hazel indah dua insan tersebut beradu, menyampaikan apa yang diingini masing-masing. Dan tanpa perlu persetujuan dari satu sama lain, mereka sudah larut dalam manisnya hasrat yang menggebu.
Jungkook bergerak, mendominasi wanita di bawahnya yang terkurung pasrah. Napas menderu. Jungkook menjilat bibir.
"Jangan ragu menyentuhku."
Mia mengangguk. Jungkook menarik napas, siap melakukan apa yang ia inginkan.
"You're mine, Jeon Areum."
—FIN—
~♥~
Yap! Kayak yang kubilang di atas, gitu jadwalku buat empat hari ke depan :')
Jujur, pusing :') Takut ada yang kebengkalai—tapi semoga enggak.
Doakan semoga semuanya lancar yaa :')
Sebelumnya makasih 💜
KAMU SEDANG MEMBACA
[Jungkook x Mia]
FanfictionWork kedua dari series [Jungkook x Mia]. Enjoy read my fanfiction~ ❤