January 13th, 2022

848 158 5
                                    

2022, dan Jungkook kembali jarang pulang. Mia paham. Suaminya sibuk rekaman, syuting dan lain-lain untuk persiapan album baru. Tetapi, tetap tak bisa dibohongi bahwa sebenarnya dia kesepian. Ada banyak hal yang ingin diceritakannya pada Jungkook, tapi semuanya tertahan. Entah karena ketidakadaan Jungkook di sisinya, atau karena kasihan melihat Jungkook kelelahan ketika sudah di rumah. Akhirnya, semua yang ingin disampaikan jadi ditelan, disimpan sendiri di dalam hati.

"Mommy."

"Ya?" Di tengah lamunan, Mia dengan cepat menyahut panggilan sang buah hati yang duduk di kursi sampingnya. "Kenapa, Sayang?" tanyanya sembari menghapus sisa saus di sudut bibir Miku. Siang ini, mereka berdua memang memutuskan untuk makan di luar. Lagipula membosankan jika hanya terus berdiam di rumah.

"Kita kapan ke rumah Hyun dan Ra?" Miku menyebut nama keponakan kembar Aera, sambil jarinya memutar garpu di antara spaghetti.

"Kenapa? Miku rindu Hyun dan Ra?"

"Mm. Miku bosan main sendirian."

Ada rasa sesal di hati sang ibunda. Selama ini yang banyak menemani Miku bermain memang Jungkook, sedangkan ketika bersamanya Miku lebih cenderung banyak belajar tentang hal-hal yang menarik perhatian gadis kecil itu. Jadi tidak heran jika Miku sangat kesepian ketika ayahnya tidak ada.

"Nanti Mommy tanya ke Aera Imo, ya? Kapan kita bisa bermain ke sana." Berbanding terbalik dengan hatinya yang gundah, Mia justru mengusap rambut halus Miku sembari tersenyum simpul. "Miku habiskan dulu makanannya, oke?" sambungnya kemudian menutup pembicaraan singkat mereka.

"Ya, Mommy."

Di tengah Miku menyuap spaghetti, Mia menyempatkan diri untuk mengecek ponsel, berharap Jungkook membalas pesan yang dikirimnya tadi pagi. Tapi seperti biasa, jangankan dibalas, dibaca pun tidak.

"Mommy, nanti kita jadi ke perpustakaan, 'kan?"

"Eum, ya, jadi." Mia mengangguk-angguk seraya kembali memasukkan ponsel ke tas kecilnya. "Miku bawa buku-buku yang kemarin dipinjam, 'kan?" tanyanya memastikan.

Dengan gaya tengil, Miku menepuk-nepuk tas punggung yang ditaruh di kursi samping. "Bawa dong, Mommy!" katanya memasang ekspresi bangga, tanpa tahu bahwa wajahnya jadi sangat mirip dengan sang ayah.

Meski dirundung rindu--apalagi ketika memandang Miku--Mia tetap tersenyum dan mengacak pelan rambut si kecil menggemaskan. "Anak pintar," pujinya singkat.

Celotehan Miku berlanjut, dari menceritakan ulang buku yang ia baca, sampai bertanya bagaimana proses pembuatan kertas yang membuat sang ibunda terpaksa mencari video singkat yang bisa menjawab pertanyaan dari si kecil. Untungnya, setelah menonton video Miku langsung mengangguk-angguk paham.

"Miku kenyang."

Mia menarik napas lega. Setelah lebih dari setengah jam, akhirnya mereka selesai juga. Tak membuang waktu, mereka langsung bersiap untuk membayar, lalu pergi menuju perpustakaan kota.

"Mommy, kelinci!"

"Mommy, mau es krim."

"Mommy, nanti kita beli itu, ya."

"Mommy."

"Mommy."

"Mommy."

Tak terhitung berapa kali Miku menyebut 'Mommy' selama perjalanan ke perpustakaan. Mereka memang berjalan kaki, jadi Miku dengan leluasa mengomentari apa saja yang dianggapnya menarik. Dan dari sebanyak celotehan itu, sebagian besar hanya ditanggapi dengan tawa atau anggukan dari sang mama.

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang