Mia hampir tertidur dalam posisi duduk ketika lelaki yang ia tunggu akhirnya datang. Mia bergegas menghampiri, tapi Jungkook tak acuh dengan keberadaannya dan langsung masuk ke kamar untuk kemudian merebahkan diri di ranjang yang empuk.
“Kau perlu sesuatu?” tanya Mia hati-hati.
“Tidak.”
Wanita dengan obsidian cokelat gelap itu terdiam mendengar jawaban singkat dari suaminya yang sekarang menarik selimut dan bersiap tidur. Miku belum datang—ditunda besok—jadi dia bisa langsung mengistirahatkan diri.
“Kenapa?”
Jungkook yang baru saja menutup kelopak mata pun harus membukanya lagi karena pertanyaan Mia. Si cantik mematung dengan sorot sendu. Sungguh, dia ingin tahu lebih banyak tentang penyakit Jungkook.
“Kenapa tidak bilang bahwa kau sakit?” lanjutnya menuntut.
“Memangnya kau akan peduli?” Jungkook bergumam sembari menyamankan posisi, tak memikirkan bahwa kata-katanya menusuk perasaan sang istri. “Seharian ini kau hanya sibuk membahas mantanmu,” lanjutnya kemudian.
Mia meneguk ludah pahit. “Aku tahu aku salah. Aku—“
“Memasang fotonya sebagai profil. Membicarakannya. Sedangkan aku? Pesanku saja sangat lama kau balas.”
“Jung....”
“Apa aku bukan prioritasmu lagi, Nona Min?”
Mia berusaha keras menahan air matanya yang bersiap untuk jatuh. Jungkook bangun dan menyandarkan setengah badannya ke headboard ranjang. “Kenapa? Apa kalimatku menyakitimu?” tanyanya seperti tak bersalah.
“Tidak.” Mia mendongak dan menyeka sudut mata. “Aku tahu sakit hatimu lebih dari ini,” sambungnya berusaha baik-baik saja.
“Mm. Hatiku terbakar saat tahu wanita yang sangat kucinta ternyata berani pergi menemui mantan selingkuhannya.”
Suara pendingin ruangan jadi pengisi sunyi di antara dua orang yang terhubung dalam ikatan pernikahan tersebut. Jungkook menarik napas dalam-dalam, lalu menatap wajah cantik wanita yang ia sayang.
“Ada lagi yang ingin dibicarakan? Aku harus istirahat seperti perintahmu.”
Mia sejenak membuang pandangan ke jendela, lantas kembali memandangkan Jungkook yang bersiap untuk berbaring.
“Hukum aku.”
Jungkook menghentikan gerakan. Ditatapnya Mia, tapi yang ia temukan hanya raut kacau seorang wanita bersurai lurus.
“Silahkan menghukumku, memarahiku, mengecamku. Tapi kumohon... beritahu aku tentang sakitmu.” Mia menjatuhkan kristal beningnya ke lantai. Namun, berusaha keras agar ia tidak terisak.
“Aku tidak akan melakukannya.” Jungkook tiba-tiba mengambil keputusan. “Aku akan biarkan rasa bersalah itu yang melakukan tugasnya.”
“Jungkook....”
“Aku harus tidur sekarang. Badanku benar-benar sakit.”
Mia tak mampu membantah. Dibiarkannya Jungkook merebahkan diri dan berselimut dengan nyaman. Mata kelinci pria yang disayangnya terkatup rapat seiring tarikan nafas yang teratur. Pelan ia mendekat, berniat menyentuh Jungkook namun urung karena perasaan aneh di hati.
“Jallja,” gumamnya pelan tanpa semangat sama sekali.
Setelah mengambil ponsel dan earphone, Mia keluar dari kamar dan merebahkan diri ke sofa. Dipasangnya benda tersebut ke telinga untuk mendengarkan lagu Blind versi akustik dari Dia Frampton, sedang matanya mulai terpejam agar pikiran jadi lebih rileks.
Awalnya dia berniat berbaring di sini hanya sebentar—sebab takut jika kehadirannya di samping Jungkook akan mengganggu—dan setelah setengah jam atau lebih, barulah dia akan kembali masuk ke kamar dan tidur di sana. Tapi siapa sangka, dia malah benar-benar tertidur dengan earphone terpasang di telinga.
Entah jam berapa, Mia akhirnya terjaga. Dia mengerang pendek saat merasa tempatnya sangat sempit. Tetapi, segera ia tersadar bahwa ada sosok lain yang tengah memeluknya dengan hangat. Itu Jungkook, lelakinya yang tadi bersikap tak ingin peduli. Namun, ternyata malah tertidur di sampingnya dengan nyenyak tanpa peduli dengan keterbatasan ruang.
“Kau benar-benar bandel, Kook.” Mia tersenyum getir saat air matanya merembes begitu saja ketika ia memandangi wajah tampan sang suami yang terlihat damai dalam tidurnya. “Aku benar-benar mencintaimu, bodoh.” Ia terisak, namun ditahan sebisa mungkin agar tak mengganggu Jungkook.
Kening si pria dikecup lembut, membuat Jungkook menggeliat pelan untuk menyamankan diri. Mia pelan-pelan bangun dan pindah duduk ke bawah. Hati-hati dia memperbaiki posisi tidur Jungkook, baru setelahnya menyelimuti pria tampan tersebut.
“Tidur dengan nyenyak, Sayang.” Mia mengecup punggung tangan ia pegang, lalu menempelkannya ke pipi. “Semoga cepat sembuh. Maaf karena aku tidak menjadi istri yang baik, tapi aku benar-benar menyayangimu.” Sekali lagi, dia mengecup punggung tangan Jungkook.
“I love you, Bae.”~♡~
Jungkook terbangun saat cahaya lembut matahari pagi menerobos tirai jendela dan mengenai mukanya. Ia mengerang pelan, tapi langsung berhenti saat menyadari sebelah tangannya ada yang memegang.
Itu Mia. Wanita Jeon itu tertidur dengan posisi duduk sambil memegangi tangan Jungkook, membuat lelaki itu menarik lalu mengembuskan napas berat.
“Dasar ceroboh. Tubuhmu akan sakit jika tidur seperti ini,” gumam Jungkook pelan sambil mengusap sayang rambut lurus Mia yang baru disampo semalam sore.
Disebabkan usapan Jungkook, Mia pun terjaga. Hal pertama yang ia lihat adalah si tampan yang sedang menatapnya. “Morning.” Ia menyapa ramah.
“Bisa kau lepas tanganku?” Jungkook melirik tangannya yang masih dijadikan bantal oleh Mia.
“Ah... maaf.”
Jungkook tak menjawab dan malah bergegas masuk ke kamar untuk mandi, meninggalkanmu Mia dengan seribu pikiran di benaknya. Namun, yang terbesar hanya satu; apakah Jungkook masih marah dengannya?—FIN—
🖤
—2:45 AM. I'm sleep now—
KAMU SEDANG MEMBACA
[Jungkook x Mia]
FanfictionWork kedua dari series [Jungkook x Mia]. Enjoy read my fanfiction~ ❤