[111218]

3K 337 37
                                    

Hampir tengah malam ketika Jungkook menghubungi melalui video call. Mia yang saat itu belum tidur cepat menjawab, membuatnya bisa memandang wajah tampan sang suami meski hanya melalui layar ponsel. Saat itu Jungkook sangat tampan dengan kaos hitam, dan seperti biasa, senyum pria itu menyejukkan hati.

“Belum mengantuk?” tanya Jungkook.

Mia menggeleng. “Mengecek ponsel dulu, baru tidur,” jawabnya.

“Mm.”

Ada kebisuan yang terjalin di antara keduanya.

“Maaf,”—Jungkook bicara—“tidak bisa menghadiri pemakaman kakekmu,” sesalnya.

Senyum simpul hadir di bibir Mia. “Tidak apa,” katanya mengerti.

Jungkook menunduk sejenak, mencoba menetralkan rasa bersalahnya karena tidak ada di sisi Mia ketika sang kakek pergi untuk selamanya. Meski dia tahu hubungan Mia dengan sang kakek tidak semulus orang lain, tapi Jungkook paham sedikit banyak Mia pasti merasa kehilangan.

“Aku hanya menyesal tidak menjadi cucu yang baik.” Mia bertutur pelan, membuat Jungkook mengangkat kepala dan memandang sang istri dengan mata kelincinya. “Saat kakek sakit aku tidak sekalipun menjenguk,” sambungnya dengan sorot penyesalan.

Jungkook diam mendengarkan. Bukan karena dia tidak memiliki jawaban, tapi ingin membuat Mia merasa nyaman menceritakan segala masalahnya.

“Aku cucu yang jahat ya.” Mia tertawa kecil. Namun begitu kentara ada luka yang disebabkan oleh penyesalan di matanya.

Jungkook menarik napas. “Yang berlalu biarlah berlalu. Sekarang kau hanya perlu fokus bersikap baik kepada nenek agar tidak mengalami penyesalan yang sama. Oke?” pintanya.

Ada jeda sebelum akhirnya Mia mengangguk. Jungkook tersenyum lega, setidaknya Mia tidak membantah.

“Ada cerita apa hari ini?” tanya Jungkook mengalihkan pembicaraan.

Mia mengangkat bahu. “Aku harus menemui dosen karena ketidakhadiranku hari ini,” lapornya.

Kening Jungkook mengerut. “Kenapa begitu?”

“Ternyata semua pertemuan dihabiskan hari ini. Dan aku melewati batas absen¹.”

“Lalu?”

“Mungkin ada tugas yang harus kukerjakan.”

“Oh.... Tapi kau baik saja, ‘kan?” Jungkook memastikan.

Mia tersenyum. Itu bukan masalah besar untuknya.

“Oh ya, bagaimana dengan laptop dan ponselmu?” Jungkook lagi-lagi mengalihkan pembicaraan saat teringat tentang laptop dan ponsel Mia yang sama-sama error.

“Ah... itu. Aku tidak ada menyalakan laptop lagi, tapi ponselku masih sama, wifi-nya tidak mau tersambung.” Mia memandang ke samping, tempat ponsel dan laptopnya yang error diletakkan.

“Haruskah kutransferkan uang untuk membeli yang baru?” cemas Jungkook.

Mia menggaruk pipinya dengan satu jari. “Aku tidak tahu. Tapi sepertinya untuk sekarang belum terlalu diperlukan.”

“Tapi—“

“Simpan saja uangmu dulu. Ponselku yang lain masih bisa digunakan.” Buru-buru Mia memutuskan. Pasalnya baru kemarin Jungkook mentransfer sejumlah uang yang katanya harus digunakan Mia untuk membeli apa saja yang diinginkan.

“Lalu laptopmu? Fanfic-mu?”

“Aku bisa menulisnya di HP.” Mia tersenyum, menenangkan Jungkook.

“Mia....”

“Lebih baik pikirkan pidato kemenanganmu untuk besok,” kerling Mia mengingatkan.

Jungkook mengembuskan napas. “Jangan lupa bilang jika ada apa-apa. Ingat, aku selalu ada untukmu,” katanya.

“Aye-aye Kapten Jeon,” ucapnya kemudian dengan mata melengkung karena senyum lebar. Tampak begitu ceria di hari yang cukup banyak masalah di dalamnya.

“Auh... andaikan kau di sini, pasti sudah kepeluk dengan erat.” Jungkook terkekeh.

“Nanti setelah pulang, kau bisa memelukku sepuasmu.”

Mata Jungkook berbinar. “Janji?” tuntutnya.

Mia mengangguk. “Everything for my lovely husband,” janjinya.

“Ah... jadi tidak sabar ingin pulang.” Jungkook menjilat bibir, lantas mengingat kapan waktu kepulangannya ke Korea.

“Dasar bocah.” Mia tertawa kecil.

Jungkook menyipitkan mata. “Bilang apa tadi?” tukasnya.

Mia buru-buru menggeleng. “Tidak ada,” jawabnya dengan senyum lebar menggemaskan.

“Ck, padahal aku dengar.”

“Oh ya? Aku bilang apa memangnya?”

“Mia sayang Jungkook.”

Tawa itu tak mampu ditahan. Mia cantik dengan matanya yang melengkung, dan itu membuat Jungkook tersenyum lega. “Terima kasih sudah tersenyum,” katanya penuh dengan rasa syukur.

Mia mengganti tawanya dengan senyum lembut. “Terima kasih juga untukmu yang membuat senyum ini muncul.”

Ada manis yang tercipta di antara mereka. Getar perasaan itu pasti, begitu pula dengan hati yang selalu membisikkan kata cinta. Jungkook menarik napas, lantas tersenyum, dibalas oleh Mia. Sengaja mencipta keindahan di malam yang beranjak semakin larut.

“Tidurlah sekarang,” suruh Jungkook akhirnya.

“Mm, kau juga.”

“Iya.”

“Malam.”

“Malam.”

Setelah melambaikan tangan, Mia pun memutuskan sambungan, sedang Jungkook mengubah posisi jadi telentang. Pikirannya mengawang, mencari cara agar Mia merasa semakin baik perasaannya. Ya... bagaimana pun juga, wanita itu pasti memikirkan semua yang terjadi padanya hari ini.

Memutuskan hal tersebut, akhirnya Jungkook mengambil sebuah foto dan langsung meng-update ke salah satu sosial media. Caption-nya cukup satu, hati berwarna ungu yang melambangkan cinta selamanya. Cukup untuk mengungkapkan seluruh apa yang ia maksudkan. Hal kecil yang begitu berharga.

Tak lupa, dia juga mengirimkan pesan agar Mia membuka sosial media tersebut. Dan segera, Mia membalas dengan emoticon yang sama. Bedanya, ada kata-kata yang Mia tuliskan. Singkat, tapi membuat Jungkook tersenyum.


Aku bersyukur memilikimu 💜—

FIN

—💜—

¹Jadi batas ketidakhadiran itu tiga, dan kemarin tiga pertemuan dihabisin sekalian sama dosen. Sebenarnya gak masalah kalau cuma itu, tapi ternyata kolom uts juga di ttd, jadi total ada 4 ttd, dan otomatis aku ngelebihin batas. Gitu 😅

Oya, ini bonus selca di abang kemarin malam 😘 Anggap aja selca-nya sehabis vc sama Mia 😂

💜

💜

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💜

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang