Jungkook pelan membuka pintu, bertujuan ingin memberi kejutan ke Mia dengan rangkaian buket bunga ia buat sendiri. Ya... wanita itu pasti sudah melihat episode RUN terbaru tentang bagaimana para member merangkai bunga. Episode itu sudah disyuting sejak lama, jadi Jungkook menyengaja membuat baru untuk hari ini. Semoga, kesayangannya itu suka.
"Aku pulang," ucapnya seraya tersenyum riang membayangkan wajah berseri Mia ketika menerima buket bunga yang ia bawa. "Sayang...," panggilnya disela melangkah menelusuri rumah mungil yang sudah ditempati dari sebelum ia menikah. Miku ada di apartemen Taehyung, dan tadi lelaki itu meminta izin agar Jungkook membolehkan si kecil menginap karena gadis yang tengah ia kencani sangat menyukai Miku. Jadi ya... begitulah. Sedikit modus juga dari si Tuan Kim agar malamnya tidak dingin. Ckck, dasar lelaki.
"Mia?"
Di meja makan. Mia langsung mengangkat kepalanya dari meja ketika mendengar suara jernih sang suami. Namun, berbeda dari Jungkook, dia langsung menghambur dan menaruh sembarangan buket bunga dan memilih untuk menangkup pipi kuyu sang pujaan.
"Kau kenapa, Sayang?" cemas Jungkook memandangi wajah lesu istrinya. Masa bodoh dengan bau alkohol yang menyengat, dia lebih mengkhawatirkan keadaan Mia sekarang. "Kau kenapa, Areum??" ulangnya ketika yang ditanya tak kunjung menjawab.
Mia tertawa kecil, menggeleng, lalu balas menangkup wajah suaminya yang terasa hangat. "Aku baik-baik saja, Jungkook-ah," jawabnya dengan ekspresi menggemaskan seperti biasa.
"Mia...."
"Aku hanya terlalu bahagia melihatmu merangkai buket bung--oh! Itu untukku?" Mia tiba-tiba berseru ceria melihat buket bunga yang tergeletak di meja. Mengabaikan Jungkook, dia pun memajukan tubuh untuk menggapai buket yang diinginkan.
Jungkook menghela napas. Menjilat bibir, lantas segera menarik kursi dan duduk berhadapan dengan yang terkasih. Tatapannya serius, membuat Mia yang sibuk mengagumi keindahan rangkaian bunga jadi mengerutkan kening.
"Kenapa?" tanya wanita itu.
"Seharusnya aku yang tanya kenapa," tegas Jungkook. "Kenapa kau minum?" tanyanya tanpa basa-basi.
Wanita yang akan berulang tahun di bulan Juli itu diam. Tetapi, tak lama setelahnya segera tersenyum penuh kepalsuan akan bahagia. "Aku hanya ingin minum," jawabnya.
"Mia...." Jungkook memohon. "Cerita padaku ada apa," bujuknya lembut sambil menyentuh lengan halus yang sering dicium.
Ya Tuhan... Mia rasanya ingin menangis mendengar suara lembut penuh kesabaran milik suaminya, lelaki yang paling ia cinta setelah sang ayah.
"Mia... sayang...." Jungkook melemah, tapi kemudian dengan perlahan memeluk istrinya yang tertunduk. "Tidak apa-apa, aku di sini untukmu," katanya menenangkan sambil mengusap punggung sang kasih. Sesekali pula ia mengecup rambut lurus Mia, memastikan bahwa ia memang di sisi wanita itu dalam keadaan apapun.
Tidak ada jawaban, tapi Jungkook tidak permasalahkan. Justru ia semakin erat memeluk tubuh mungil yang sepertinya bertambah kurus belakangan ini--hal yang diam-diam membuat ia sedih. Hingga akhirnya usaha yang dilakukan tidak sia-sia, sebab Mia dengan perlahan membalas pelukan dan menyandarkan kepala ke dada yang bidang.
"Aku... hanya perlu pelukan ini," gumamnya pelan.
Jungkook, ia langsung mengecup pelipis si cantik. "Maaf karena meninggalkanmu sendirian hari ini," ucapnya bersungguh-sungguh.
Mia menarik napas. Sungguh, dia tidak mempermasalahkan kepergian Jungkook. Hal ini terjadi semata-mata karena ia merasa sedikit lelah akan apa yang terjadi hari ini; dua calon customer-nya membatalkan pesanan. Dan yang lebih melelahkannya lagi, salah satu customer itu sudah menanyai banyak hal (termasuk hal tidak penting) dari dua hari lalu. Tapi di akhir, malah batal. Sedangkan customer yang lain membatalkan karena merasa pengiriman terlalu lama, padahal seminggu adalah waktu standar pengiriman antar kota. Ya kecuali mereka sedaerah, jadi hari ini pesan, besok sudah sampai. Ah... dasar. Resiko berjualan.
"Benar cuma karena itu saja?" Jungkook bertanya lembut setelah mendengar seluruh cerita Mia.
"Memangnya ada yang lain?" Mia balik bertanya dari dada yang ia sandari.
"Orang tuamu? Oppa-mu?"
Mia diam sejenak, mendalami detak jantung yang terdengar indah di telinganya. "Mereka sudah baik-baik saja."
Helaan napas lega terdengar dari Jungkook. Lagi, ia mengecup sayang rambut yang lurus dan membelainya penuh kasih. "Syukurlah," katanya dengan senyuman.
"Maaf, aku hanya lelah dengan semua yang terjadi beberapa hari ini." Mia berucap, menjelaskan alasan utamanya minum hari ini.
"Aku tahu." Jungkook mendesah panjang. Tidak sedikitpun ia marah, apalagi ingin menghakimi apa yang dilakukan Mia hari ini. Dia sepenuhnya paham, ada beban tersendiri yang bersarang di kehidupan istrinya. Dan tugasnya adalah mengurangi beban itu, bukan menambah, apalagi hanya karena masalah kecil seperti ini. Mia berhak minum, kapanpun.
"Jung...." Mia melepas pelukan sang suami. "Terima kasih bunganya." Ia tersenyum, begitu manis dan cantik seperti yang biasa Jungkook lihat.
"Mm, sama-sama. Aku membuatnya sambil memikirkan dirimu." Jungkook mencubit pelan hidung sang hawa. "Jadi hasilnya bisa sebagus itu," sambungnya senang.
"Terima kasih." Tawa kecil meluncur dari bibir si cantik Jeon. Namun perlahan pula, ada semburat merah yang muncul di pipinya, membuat Jungkook langsung tersenyum lebar ingin menggoda.
"Kau suka?" tanyanya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Mia menelisik wajah tampan suaminya yang tak biasa, baru mengangguk dan mencium buket tersebut. Mabuknya sudah menghilang, jadi sekarang dia sudah sadar sepenuhnya.
"Kalau begitu, cium aku." Jungkook bicara tanpa terduga. "Kenapa? Kau tidak mau?" godanya jahil ketika melihat Mia membeku di tempat.
"Bukan begitu...,"--Mia menggigit bibir--"tapi ada banyak yang menginginkan kita membuat adik untuk Miku, jadi... ya... kenapa... kita tidak melakukan itu saja?"
Mata bulat Jungkook mengerjap. Ya Tuhan... ini benar-benar hari keberuntungannya. Setelah lelah berlatih, pulang ke rumah malah diajak ke ranjang. Benar-benar, kurang nikmat apa lagi hidupnya.
"Tapi kalau kau--"
"Aku akan melakukannya di sini jika kau bicara lebih lanjut."
O... ke. Mia diam.
—♪
Extra story :
Mia menarik selimut hingga ke leher, menutupi tubuh polosnya yang lengket oleh keringat dan ya... hal lain. Sedangkan di sebelah, Jungkook memejamkan mata dengan wajah puas. Mia tidak pernah mengecewakan, justru membuat ia ingin melakukan lagi dan lagi.
"Jung... kau minum obat, ya?" Ketika Jungkook masih meresapi sisa-sisa kenikmatan tadi, Mia justru bertanya meski ada nada ragu di suaranya.
Mata bulat Jungkook terbuka. Pun wajah si tampan, langsung menghadap ke cantik yang terlihat begitu memesona. "Tidak. Kenapa?" tanyanya heran seraya ikut menarik selimut.
"Anu... itu... staminamu bertambah dan... dan...."
"Aku semakin kuat, iya?" Jungkook tercengir lucu.
Wajah Mia memerah, tapi hal itu malah membuat Jungkook jadi makin berani menggoda. "Haruskan kita melakukan lagi? Sepertinya aku masih sanggup untuk dua atau tiga ronde."
"Jung...." Mia memelas. Ayolah, badannya sudah cukup lelah karena permainan tadi, mohon jangan ditambah atau besok dia tidak akan bisa bangkit dari tempat tidur.
Jungkook terkekeh. Alih-alih melanjutkan godaan, ia justru mengecup bibir merah basah yang agak membengkak akibat kelakuannya selama permainan berlangsung.
"Cepat hamil, Sayang."
Uh... sebenarnya Mia merinding mendengar ucapan Jungkook. Itu terdengar alay, sungguh. Tapi ya sudahlah. Asal Jungkook bahagia, dia juga bahagia.
"Jung."
"Hmm?"
"Kiss me, again."
Oke, fine. Good night.
—FIN—
•
KAMU SEDANG MEMBACA
[Jungkook x Mia]
FanfictionWork kedua dari series [Jungkook x Mia]. Enjoy read my fanfiction~ ❤