"RUMAH?!"
Jungkook memejamkan mata saat Mia tiba-tiba berteriak. Jantungnya mencelos, dan buru-buru membalikkan ponsel yang menampilkan berita yang tengah ia baca.
"KAU TIDAK MENGIZINKANKU MEMBELI ES KRIM SEHARGA DUA RIBU WON! TAPI KENAPA KAU MALAH MENGHABISKAN UANG SEMBILAN PULUH DELAPAN MILIAR?!"
Jungkook berusaha tersenyum, langsung menggenggam lengan istri yang sejak tadi duduk di sebelah. "Aku--"
"KENAPA KAU TIDAK MENGATAKANNYA KEPADAKU?! KENAPA AKU HARUS TAHU DARI MEDIA?!"
Lagi-lagi Jungkook terdiam. Iya, dia tahu dia salah. Tetapi, harusnya Mia mendengar alasannya dulu, bukan? Bukannya langsung marah-marah.
"Mia...."
"Berhenti merahasiakan banyak hal denganku, Jung!"
Lelaki berkulit putih itu membeku. Bahkan, ketika Mia beranjak pergi meninggalkannya pun, dia tak berbuat apapun. Ya, salahnya memang tidak mendiskusikannya dengan Mia. Dan salahnya juga tidak lagi menceritakan apapun kepada wanita cantik itu belakangan ini. Jadi, pantas rasanya jika Mia marah dengannya.
Tapi... ah, sudahlah. Mungkin Mia perlu waktu untuk menerima.
—♪
Siang berlalu, berganti malam yang dingin di bulan Januari. Miku yang sudah tertidur sejak sore memudahkan Jungkook untuk mendekati Mia yang duduk di tempat tidur dan tak bicara sejak siang.
"Mia... aku--eh? Kau kenapa, Sayang?" Spontan Jungkook menangkup wajah istrinya yang putih, memastikan bahwa memang air mata lah yang tadi dihapus oleh sang hawa.
"Aku baik-baik saja, Jung." Mia melepas tangan Jungkook dari wajahnya, kemudian mengambil tisu dan membersihkan sisa air mata.
"Mia, aku benar-benar--"
"Aku tidak menangis karenamu, Kelinci." Mia langsung memotong kalimat Jungkook. "Ada komentar yang terlalu jahat tentang rumah barumu."
Pelan-pelan Jungkook duduk di tepi tempat tidur. Jemarinya mengusap lembut rambut Mia. Pun matanya, menatap teduh ke wanita yang ia puja sejak pertama jumpa.
"Ada yang mengkhawatirkan kau akan melakukan pesta narkoba di rumah baru. Aku tidak tahu dia sedang khawatir, bercanda, asal berkomentar atau bagaimana, tapi aku benar-benar terluka karenanya."
Usapan Jungkook berhenti ketika Mia bicara dengan nada dingin. Pelan tapi pasti, ada rasa bersalah yang merasuk di hati. Sebab itulah, gerakannya turun jadi menggenggam jemari lentik sang kasih.
"Setelah semua cinta yang kau tunjukkan, kenapa masih ada orang yang tega berfikir negatif seperti itu?" Mia berkata dengan suara bergetar. "Apa karena tato? Jadi mereka pikir kau sudah jadi manusia paling kotor dan apapun yang kau lakukan akan selalu jadi sumber masalah?!"
Jungkook buru-buru memeluk Mia erat, menenangkan pujaannya yang dikuasai emosi. Bagaimanapun juga, berpikir dalam keadaan emosi bukanlah hal yang baik. Tetapi, Mia malah melepas pelukan dan menatap tajam ke Jungkook. "Satu dua kali aku masih bisa maklumi, tapi kali ini tidak lagi. Jika kebiasaan mereka adalah berpikir buruk, maka akan kuberi hal yang sama ke mereka!"
"Mia--"
"Caraku mungkin salah. Tapi aku hanya ingin mereka sadar; apapun yang dilakukan, pasti akan berbalik ke diri sendiri. Dan jika kau tidak diperlakukan buruk, maka jangan memperlakukan orang lain dengan buruk!"
"Mia, hei! Kau sudah berjanji tidak akan melakukan hal-hal seperti ini lagi!" Jungkook menegur tegas istrinya yang benar-benar dikendalikan emosi. "Orang-orang akan memandangmu buruk, Sayang...." Intonasi Jungkook melembut, coba memberi perhatian ke Mia.
"Aku tidak peduli, Jung!"--Mia membantah tegas--"toh, selama ini tidak berusaha bersikap baik. Aku hanya memperlakukan orang lain sebagaimana mereka memperlakukanku. Mereka baik, aku akan lebih baik. Mereka jahat, aku akan lebih jahat!"
"Mia! Hey! Dengarkan aku!" Jungkook menekan bahu istrinya sedikit kuat. "Dengarkan aku, oke?" katanya melunak.
Mata sipit sang hawa yang berkilat karena kemarahan menatap lurus ke netra kelinci Jungkook. Dia tidak terpengaruh meski Jungkook terus berusaha menenangkan. "Jika kau memintaku tidak membuat keributan, maka aku tidak bisa mengabulkan. Aku akan biarkan teman-temanku yang menilai bagaimana komentar mereka, terlepas apapun alasannya! Itu supaya mereka belajar lebih berhati-hati lagi dalam berkomentar!"
Jungkook kehabisan kata. Dia paham bagaimana Mia. Jarang membuat onar di sosial media, tapi sekali ia berbuat, maka akan ribut.
Soft stan? Oh. Mia jauh dari kata itu sebenarnya.
"Tapi tenang saja. Aku akan tutupi informasi tentang mereka. Jadi teman-temanku hanya bisa berkomentar di postingan yang kubuat. Kubuat publik, biar mereka yang bersangkutan bisa membacanya." Mia sedikit lembut dari sebelumnya, tapi Jungkook tetap was-was.
"Tidak ada niat untuk membicarakannya secara baik-baik?" Jungkook coba memberi solusi lain; solusi yang lebih baik.
Namun, sebuah gelengan dan juga kalimat sudah menjadi penegas. "Mereka pasti punya banyak alasan. Dan aku yakin, tidak lama setelah aku mempostingnya, akan ada dari mereka yang mengirim pesan atau bahkan membalas postinganku. Berlaku paling tersakiti tanpa mengintrospeksi kesalahan diri sendiri."
Jungkook hendak bicara, tapi lebih dulu dipotong oleh Mia. "Aku tidak akan memperpanjang masalah, Jung. Aku akan cukup dengan mempostingnya sekali. Dan semua pesan atau komentar mereka, aku akan abaikan. Percayalah."
"Tetap saja--"
"Bisakah kau mempercayaiku?" Mia mengintimidasi. "Soal image-ku yang mungkin akan buruk di mata mereka, aku tidak peduli. Tapi sebelum itu harusnya mereka sadar, senegatif apa pikiran mereka sampai ada orang yang tersakiti sampai tidak ingin membaca penjelasan apapun!"
Jungkook diam, bimbang harus mendukung atau melarang.
"Jung... aku minta maaf jika kali ini mengecewakanmu. Dan semoga kejadian seperti ini tidak terulang di masa depan."
Jungkook mengalah. Coba memahami sesakit apa perasaan wanitanya karena komentar yang terlontar. Mia sejauh ini sebenarnya sudah banyak berubah, jauh lebih tenang dari tahun-tahun sebelumnya. Tetapi, kali ini pasti sangat menyakitkan sampai tidak bisa ditahan.
Yah, semoga. Semoga tidak ada masalah yang timbul karena hal ini. Tetapi, sayang sekali moment bahagia tentang rumah baru mereka harus dirusak dengan komentar buruk yang bahkan tak dipikir dua kali.
--FIN--
•
•
•--Yang berteman di FB, pasti paham postingan yang kumaksud. Tapi masalah udah clear (mungkin), dan ini murni karena aku pengen sharing ke kalian. Hati-hati komen jelek di sosmed, kalian gak tau bakal ada yang tersakiti sama komentar itu atau enggak. Mungkin ini agak berlebihan karena aku marah-marah demi bias (like what she said), tapi di sini, gak ada yang tau seberharga apa seorang Jeon Jungkook dan BTS buatku.--
KAMU SEDANG MEMBACA
[Jungkook x Mia]
FanficWork kedua dari series [Jungkook x Mia]. Enjoy read my fanfiction~ ❤