[160519]

2.2K 367 43
                                    

Jimin mengerutkan kening saat hendak melintasi kamar Jungkook dan Mia. Pasalnya, wanita Jeon itu barusan keluar sambil memijat kening, membuat Jimin serta merta mengurungkan niat untuk membeli minuman. Toh, Nana sudah tidur. Jadi, tidak masalah jika dia kembali agak lama, kan?

"Hai."

Mia yang berdiri di tepi balkon menoleh. Senyumnya muncul, meski simpul. Jimin mengambil posisi di samping wanita bersuami tersebut, ikut memandang hamparan lampu gedung yang bermacam warna.

"Ada apa?" Jimin bertanya langsung.

"I don't know." Mia mengangkat bahu.

"Ceritakan saja."

Senyum tipis hadir di bibir Mia. "Nana mana?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.

"Baru saja tidur." Jimin memandang ke kamarnya yang tertutup.

"Kapan kalian akan menikah?"

"Kapan dia siap."

"Hmm...."

Jimin mendekat, lantas melepas jaketnya dan memakaikan ke Mia. Perlakuan yang sangat manis, bukan?

"Kau tidak boleh sampai sakit," katanya.

"Terima kasih."

"Mm."

Hening kembali menjadi jembatan bagi sang waktu.

"Jadi, ada apa?" Jimin kembali ke pokok masalah.

Mia menghela napas panjang. "Entahlah," jawabnya lirih.

"Ceritakan saja hal yang mengganjal di hati. Tentang Jungkook, 'kan?"

Sejenak wanita cantik itu menunduk, tapi kemudian ia mengangguk. "Selalu tentang dia," gumamnya pelan.

"Kali ini dia kenapa lagi?"

"Tidak ada. Hanya saja aku terlalu takut dengan pikiranku sendiri."

Jimin diam menunggu lanjutan cerita Mia.

"Aku tidak bisa membayangkan jika ternyata semua postingan suamiku selama ini ditujukan untuk wanita lain." Mia memandang Jimin dengan senyumnya yang miris. "Pemikiran yang bodoh, 'kan?" ungkapnya kemudian.

"Kau hanya terlalu takut dengan rumor tak berdasar itu." Jimin coba menenangkan

Namun, Mia malah mendongak dan menyeka air mata yang sempat turun.

"Jangan menangis...." Jimin mendekat, lantas mengusap pipi yang halus.

"Aku takut, Jim...." Mia tertunduk. Berusaha keras ditahannya tangis, tapi gagal. Entah kenapa, akhir-akhir ini rumor tentang Jungkook dan mantan selingkuhannya dulu kembali menganggu pikiran.

"Iya, aku paham perasaanmu."

Mia diam, terus mencoba menahan tangis.

"Coba lihat aku," perintah Jimin sembari mendongakkan dagu wanita yang sempat mengisi hari-harinya di masa lalu. "Kau hanya terlalu mencintai Jungkook, sampai hal sekecil itupun membuatmu gelisah. Kau takut dia akan berpaling, kau takut dia akan pergi. Kau takut itu semua. Benar?"

Mia mengangguk.

"Min Areum, kuberitahu satu hal dan ingatlah baik-baik." Jimin menatap serius mata cokelat di hadapannya. "Jeon Jungkook, suamimu itu, dia mencintaimu lebih dari yang kau kira. Di manapun dan kapan pun, di hati dan pikirannya hanya ada kau," sambungnya kemudian.

Mia diam, hanya matanya saja yang sembab menatap Jimin.

"Kau percaya itu, 'kan?" tegas Jimin.

"Mm."

Ada senyum yang muncul di wajah Jimin.

"Jim," panggil Mia kemudian.

"Ya?"

"Apa kau pernah merasa ingin menangis saat melihat senyum dari orang yang kau cinta?"

Ada jeda sebelum akhirnya Jimin menjawab, "Sepertinya tidak. Kenapa?"

"Aku merasakan itu saat melihat Jungkook."

Bulir bening itu kembali turun, menyampaikan bagaimana sesaknya perasaan yang terkumpul di hati.

"Aku tidak tahu kenapa. Tapi aku merasa dia akan menjauh," ucap Mia getir.

"Itu perasaanmu saja." Jimin coba menenangkan.

"Tapi—"

"Beberapa hari lagi anniversary kalian. Jadi jangan memikirkan yang macam-macam," tegur Jimin cepat.

Mia tak menyahut, tapi tak pula mengangguk. Membuat Jimin menghela napas dan mengusap pipi Mia untuk yang kedua kalinya.

"Ayo, kuantar kembali ke kamar. Nana juga pasti sudah menungguku," putus Jimin.

Tak ada bantahan. Mereka berjalan bersisian menuju kamar.

"Masuklah, dan bicarakan masalah ini baik-baik dengan Jungkook," nasihat Jimin setelah mereka sampai di depan kamar.

"Mm, terima kasih."

Hanya senyum yang diberi oleh Jimin. Dan setelah Mia masuk, baru kekasih Nana itu pergi menuju kamarnya sendiri.

—FIN—

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang