Promise Me

3.3K 416 34
                                    

Jungkook memasukkan baju kotornya ke dalam mesin cuci. Setelah memasukkan deterjen dan pelemput, pria kelahiran tahun 1997 itu bersandar ke dinding sambil mengecek ponsel. Ada banyak pesan dari grub, tapi isinya random, jadi tidak terlalu penting.

“Hai.”

Jungkook mengangkat wajah. Datar, ia menatap wanita yang berusaha tersenyum ramah itu. Jika Mia di sini, berarti Miku sudah tidur. Anaknya memang pintar.

“Kenapa mencuci setiap malam?” Mia membuka obrolan dan ikut bersandar di samping Jungkook.

“Karena kau tidak terbiasa mencuci.”

Mia diam. Memang benar selama ini dia tidak biasa mencuci—bahkan sejak sebelum mereka menikah. Jungkook selalu mengambil alih tugas itu karena paham bahwa selama ini kebutuhan Mia selalu terpenuhi oleh orang tuanya, termasuk dalam urusan mencuci. Jadi tidak mungkin pula ia seenaknya menyusahkan Mia setelah mereka bersama.

“Jangan lupa setrikakan untukku.” Jungkook buru-buru bicara untuk mengusir rasa tidak enak di hati sang istri karena ucapannya tadi.

“Mm.” Wanita Jeon itu tersenyum dan mengangguk. Memang, ketimbang mencuci, dia lebih suka menyetrika.

Namun, setelah itu hening jadi jembatan bagi waktu yang terus berjalan. Mereka sama-sama diam karena tidak tahu harus membicarakan apa. Sejak kejadian beberapa hari lalu, di antara mereka seperti ada pembatas yang tak terlihat. Jungkook bertingkah masa bodoh dan seperti tak ingin peduli dengan Mia, sedangkan Mia sendiri bingung harus melakukan apa agar kemarahan suaminya mereda. Dia sudah berulang kali ingin meminta maaf, tapi Jungkook selalu menghindar. Bahkan sekarang, jika saja tidak sedang menunggu cucian, pria itu pasti sudah pergi meninggalkannya.

“Jungkook-ah....” Mia memanggil saat tidak tahan lagi dengan kesunyian yang mengurung.

“Hmm?” Jungkook merespon sembari memandang mesin cuci di depannya.

“Aku... minta maaf.”

Si tampan tak bersuara dan itu membuat Mia frustrasi.

“Aku tahu aku salah, aku juga paham dengan kemarahanmu. Tapi, bisakah kau memaafkanku?”Mia bicara dengan rasa sakit yang berusaha ia tahan kuat-kuat. Diabaikan Jungkook bukan hal baik, itu menyakitinya secara lahiriah.

“Jika aku tidak mau?”

“Jung....”

Mia hampir menyerah untuk membujuk Jungkook. Namun, pria tampan itu menoleh ke arahnya dengan pandangan terluka.

“Apa kau tahu sesakit dan semarah apa diriku saat tahu kau bertemu dengannya?” tanya Jungkook perih. “Aku terus bertanya-tanya, apa yang jadi penyebab kau melakukan itu semua? Apa yang kurang dariku? Apa kau tidak mencintaiku lagi? Apa kau tidak memikirkanku dan Miku?” sambungnya emosi.

“Jung....”

“Aku hampir gila karena memikirkan semua itu, Jeon Areum! Karenamu! Orang yang paling kucinta di dunia!” Jungkook menatap nanar dengan setitik liquid bening yang jatuh dari matanya.

“Jung... aku benar-benar minta maaf.” Mia tersendat dan agak panik karena suaminya seperti hilang kendali. “Kau harus tenang,” katanya memohon.

“Bagaimana aku bisa tenang jika tahu istri yang kupercaya ternyata bertemu laki-laki lain di luar sana?!”

“Kami hanya sekedar bertemu,”—Mia meneteskan air matanya—“kumohon percaya,” isaknya kemudian.

“Apa kau tidak menghargaiku lagi?”

“Aku menghargaimu....”

“Apa kau masih mencintaiku?”

Mia mengangguk berulang kali. “Aku selalu mencintaimu,” jawabnya diiringi isak pelan.

Jungkook menarik napas dalam-dalam, lantas mendekat dan menarik wanitanya ke dalam pelukan hingga getar tubuh Mia bisa ia rasakan. Diusapnya rambut wanita tersebut, dan beberapa kali dicium lembut. Mia masih menangis, tapi tak seperti tadi. Dia jauh lebih tenang.

“Sayang.”

“Mm?” Mia menjawab dengan ragu karena nada suara Jungkook yang jauh berbeda dari biasanya.

“Jangan pernah bertemu lelaki manapun lagi tanpa izinku, hmm.”

Ancaman yang tidak ada nada bermain-main. Namun, Mia hanya bisa mengangguk setuju dan membiarkan tangan Jungkook terus mengusapi rambut panjangnya. Hingga pelukan itu dilepas, Mia hanya diam ketika Jungkook memandanginya dengan datar.

Pelan, Mia berinisiatif menyentuh pipi sang suami. Ditinggikannya tubuh agar bisa menjangkau material lembut yang tak disentuh selama beberapa hari terakhir.

I love you.” Sempat ia berbisik sebelum menyatukan bibirnya ke Jungkook. Pria itu semula diam, tapi kemudian menarik pinggangnya agar jarak mereka benar-benar terhapuskan. Memiringkan kepalanya ke kiri dan kanan, Jungkook berusaha mencari posisi yang pas untuk merasai material memabukkan milik Mia.

“Kau milikku, dan selamanya jadi milikku.” Kalimat tegas itu terlontar dari Jungkook ketika tautan mereka berhenti. Mia hanya mengerjap, menatap manik indah yang menyeretnya semakin dalam ke lubang perasaan bernama cinta.

“Berjanjilah untuk tidak mengecewakanku lagi,” pinta Jungkook ketika menyatukan keningnya dengan Mia. Pipi wanita itu ditangkup, sedang matanya menutup dan telinganya siap mendengar pernyataan dari yang tercinta.

Namun, Mia tak kunjung bersuara hingga akhirnya Jungkook memilih untuk membuka mata. Segera, matanya berserobok dengan manik cokelat yang disuka. Mia mengedip sekali, kemudian menyatukan pandangannya ke Jungkook.

I will try.”

Jungkook diam menatap Mia hingga mereka semakin kehilangan jarak sebab gerakan yang dilakukan si cantik.

I want you, Jung.” Mia berbisik.

Namun, mendadak Jungkook menjauhkan wajahnya dari Mia hingga wanita itu terlihat sedikit kecewa. “Kenapa?” tanyanya tanpa bisa menyembunyikan perasaan yang tidak nyaman.

“Cucianku sudah selesai.” Jungkook melirik ke belakang, tepatnya ke mesin cuci.

“Yak....”

“Tunggulah di kamar, aku akan menyelesaikan ini dengan—“

Jungkook terdorong mundur saat Mia menciumnya paksa. Lelaki itu tersenyum sumringah, kemudian dengan senang hati melayani keinginan sang istri. Namun, kendali sepenuhnya ada di tangan Mia. Hanya saja, semuanya lagi-lagi berhenti ketika Jungkook memisahkan tautan mereka.

“Aku benar-benar harus menyelesaikan cucianku, Mia.” Jungkook beralasan.

“Kau pilih cucian atau aku?”

“Cucian.” Jungkook menjawab tanpa ragu.

Mia berdecak. Dengan wajah cemberut wanita cantik itu berbalik dan meninggalkan Jungkook begitu saja. Sepanjang jalan menuju kamar ia menggerutu, setengah karena malu karena sudah bertingkah seagresif tadi.

Di depan mesin cuci, Jungkook hanya menarik napas dalam dan mendongakkan kepala sebentar. Jujur, masih ada rasa takut di hatinya. Khawatir jika saja kejadian itu terulang lagi dikemudian hari. Dia takut Mia berpaling darinya. Sungguh, ia sangat mencintai wanita sipit tersebut.

Sedangkan di kamar, Mia duduk bersandar di headboard ranjang. Pandangannya kosong, sebab terpikirkan permintaan Jungkook tadi. Namun tak dipungkiri bahwa ia sedikit tenang karena Jungkook sudah tidak terlalu marah padanya lagi. Hanya saja dia merasa agak bersalah saat teringat si tampan sampai menjatuhkan air mata karenanya.

“Jungkook-ah, mianhae. Saranghae.”

—FIN—

[Jungkook x Mia]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang