Dering panggilan yang berasal dari ponsel di meja mengalihkan perhatian pemiliknya yang sedang menyeduh secangkir susu cokelat. Dengan mug mengepulkan asap hangat, pemuda tampan itu berjalan mengambil si benda canggih. Dengan satu gerakan, wajah istri tercintanya sudah muncul di layar.
"Hai." Mia menyapa, iseng melambaikan tangan pada Jungkook yang mengangkat alis.
"Di sana sudah malam?" Jungkook bertanya, dan tanpa melepas pandangan ia menyeruput susu cokelat.
Mia mengangguk. "Kau minum apa?"
"Minuman legend di fanfiction kita."
Jungkook tersenyum simpul ketika Mia tertawa mendengar jawabannya. Susu cokelat adalah minuman legend yang dimaksud—Jungkook dapat kosa kata itu dari komentar salah satu readers ketika Mia membahas tentang susu cokelat.
"Jung."
"Hmm?"
"Aku baru menonton perform-mu."
"Lalu?"
"Aku benci senyummu ngomong-ngomong."
Kerutan heran terlihat jelas di kening Jungkook. Bukan apa, tapi karena Mia mengucapkan kalimat itu seperti sedang bercanda. Lihatlah, wanita bersurai lurus itu santai memasukkan potongan apel ke mulut, dan dia balas memandang Jungkook dengan tampang tak bersalah.
"Kenapa benci? Aku terlalu tampan, ya?" Jungkook menaruh mugnya ke meja, lantas duduk di tepi tempat tidur dan memfokuskan pandangan ke layar ponsel.
Kekehan ringan terdengar. "Tidak tampan, tapi membuatku merindukanmu tersenyum di depanku."
"Aku sudah di depanmu."
"Aku mau kau secara nyata."
Hening.
Jungkook mengembuskan napas. "Tunggu beberapa waktu lagi, ya," katanya pelan.
Mia mengibaskan tangan, memilih untuk mengabaikan topik saat ini. Diambilnya lagi sebuah jeruk. Sembari mengupas kulitnya, dia lekat memandang Jungkook yang terdiam. "Mau bicara apa?" Mia bertanya, sengaja memutus sunyi sebelum mengakar semakin dalam.
"Em... bagaimana tugas kalian tadi? Sudah selesai?" Jungkook asal mengambil obrolan saat teringat bahwa tadi Mia meminta izin untuk pergi mengerjakan laporan Kuliah Kerja Nyata bersama teman-temannya.
Bahu yang terangkat jadi jawaban secara non-verbal. Jungkook mengembuskan napas, paham bahwa sulit menyelesaikan tugas dalam sekali kerja.
"Jung." Gantian Mia yang memanggil.
"Iya?"
"Hari ini Sunhee Eonni ulang tahun."
"Aku lupa ulang tahunnya sampai notif FB-ku masuk."
Jungkook berdecak. "Adik bandel, ulang tahun kakaknya sendiri dilupakan."
Mia menekuk wajah. "Dia sih! Kenapa juga harus lahir tanggal delapan? Kan bisa di tanggal cantik lainnya, satu misalnya, atau sepuluh, itu lebih mudah diingat."
Mata Jungkook membulat, gemas mendengar ocehan istrinya yang tak masuk di akal. Tahukah Sunhee bahwa ia akan dilahirkan pada tanggal delapan? Dan Mia, dia langsung memasang wajah manis seperti anak kucing yang lucu, berusaha meredam agar Jungkook tidak mengomelinya.
"Jungkook-ah...." Mia memanggil, manja. "Boleh bilang sesuatu, tidak?"
"Apa?"
"Jeon Jungkook semakin tampan bila ada senyum terukir di bibirnya." Mia mengedipkan sebelah mata, lantas menggambar garis lengkung di udara kosong. "Jadi, tersenyumlah. Untukku," ucapnya lembut.
Siapa yang tidak meleleh jika diberi kata-kata semanis itu oleh kekasih hatinya? Diiringi dengan tatapan penuh cinta pula. Mau tidak mau, Jungkook menarik napas dan tersenyum. Mia di Seoul sana balas tersenyum, senang karena sang suami menuruti maunya.
"I love you, My Hushband." Dengan senyum yang masih ada, Mia berkata.
"I love you too."
Mia menarik napas, lalu melirik ke Miku yang di box bayi. Ah, anaknya itu masih terlelap dengan nyaman, seperti tahu ayah dan ibunya perlu waktu berdua-duaan di malam Minggu seperti ini. Anak pintar memang.
"Mia."
"Hmm?"
"Aku mau memelukmu."
Hening kembali merayap seiring dua orang di depan ponsel saling diam.
"Aku juga mau menciummu." Jungkook menghela napas. "Aku merindukan tubuhmu."
Tidak mesum, tapi adalah hal alami yang dialami lelaki dewasa seperti Jungkook, apalagi dia jelas-jelas sudah beristri. Dan beruntung yang senantiasa dirindukannya adalah sang istri, bukan orang lain.
"Jung...."
Helaan napas panjang terdengar dari Jungkook. Sejenak pria tampan itu menunduk, lalu kembali menatap kepada Mia. "Kau pasti jadi terpikirkan hal ini," sesalnya.
Mia tak menjawab.
"Jangan repot-repot datang ke sini hanya untuk memenuhi kebutuhan biologisku, Sayang."
"Lalu?"
Jungkook hanya mengedipkan sebelah mata. Misterius. Tapi sebelum Mia berpikir yang aneh-aneh, dia sudah lebih dulu berkata, "Akan kujelaskan di chat."
Meski penasaran, Mia akhirnya mengangguk. Jungkook tersenyum, mengedipkan sebelah mata untuk sekali lagi, baru mengucap beberapa patah kata sebelum akhirnya mematikan sambungan video call.
Aplikasi chat dibuka. Jemari Jungkook lincah mengetik sederet kalimat, dan senyumnya segera muncul. Isi chat-nya? Oho, rahasia tentu saja. Jadi, selamat penasaran, sayang-sayangku.
-FIN-
**Kuy, jangan kepo yah :P BTW, ucapin happy birthday ke Kak imchoya jangan lupa :D
And... see you again yah :D
KAMU SEDANG MEMBACA
[Jungkook x Mia]
FanfictionWork kedua dari series [Jungkook x Mia]. Enjoy read my fanfiction~ ❤