Mia melepas earphone yang terpasang di telinganya sejak setengah jam lalu. Film yang ditontonnya sudah selesai, dan sekarang dia rindu Jungkook, si tampan yang sibuk bermain game di sampingnya.
"Koo...."
"Hm? Ya?" Buru-buru Jungkook mematikan ponsel dan melepas headset yang terpasang sebelah. "Kenapa, Sayang?" tanyanya cepat.
"Aa... tidak... hanya memanggil." Mia merasa tidak enak karena membuat Jungkook berhenti bermain game. Laki-lakinya itu pasti jarang mendapat waktu senggang seperti sekarang.
Jungkook memandang sejenak, tapi kemudian menaruh perlengkapannya ke meja. "Bagaimana filmnya? Seru?" Ia bertanya, sambil menyandarkan punggung.
"Eum... ya, sangat seru."
"Mau menceritakan padaku tentang apa?" Jungkook membelai rambut lurus istrinya yang dijepit asal.
Mia bergumam. Jungkook yang memandangi tersenyum, senang melihat binar mata sang hawa yang menandakan semangat.
"Tentang Divergent, orang-orang yang tidak termasuk dalam faksi manapun ketika dunia di ambang kehancuran." Mia mulai menjelaskan. "Alurnya keren, seru, action-nya juga bagus. Tapi tahu tidak apa yang paling membuatku terkesan dengan film ini?" Ditatapnya Jungkook, sengaja berteka-teki memancing penasaran.
"Caranya berkelahi? Atau ada adegan yang luar biasa? Dengan pistol? Panah?" Jungkook menebak setiap kemungkinan, tapi wanitanya malah menggeleng menggemaskan. Membuatnya segera menyerah dan meminta jawaban sambil sedikit menggoda.
"Romance-nya." Mia menjawab singkat.
"Romance-nya? Bukannya filmnya action?" Jungkook mengangkat kaki sang hawa untuk ditumpangkan ke pahanya. Lantas, dengan pelan dipijat.
"Romance tipis-tipis." Mia menjelaskan seraya merapikan rambut ungu suaminya. "Romance-nya manis, sederhana, dewasa. Membuatku meleleh. Like a butter."
Mata kelinci si tampan melirik. "Bagaimana memang?"
Mia mengangkat bahu. "Klasik. Pelatih dan murid yang jatuh cinta, seperti itulah."
"Mm, lalu?"
"Nothing. Hanya si lelaki perhatian diam-diam dengan perempuannya, sebelum akhirnya mereka benar-benar saling mengungkapkan perasaan. Tapi caranya itulah yang membuat manis. Membantu latihan, memberitahu teknik bertarung, melindunginya dari senior lain, mempercayainya, sampai memberitahu cara agar si perempuan bisa lulus tes."
Selama Mia berbicara dengan nada riang, Jungkook tak sedikitpun melepas pandangannya dari si cantik Jeon. Selalu, waktu-waktu seperti inilah yang ia suka.
"Ah iya, ada satu adegan yang paling aku ingat!" Mia berkata antusias. "Saat mereka pertama bertemu, si perempuan terpana melihat si pria sampai sulit berkata-kata. Dan aku langsung mengingatmu, Jung."
"Oh, ya? Kenapa?"
"Karena aku selalu terpesona setiap kali memandangmu. Jadi aku tahu pasti bagaimana rasanya terpikat oleh ketampanan seorang laki-laki hingga rasanya sulit bicara."
Jungkook mengerjap dengan jantung berdebar lebih kencang. Bahkan, gerak memijatnya di kaki Mia sempat berhenti beberapa saat. Sungguh, perasaannya menghangat karena kalimat barusan.
"Bahkan sekarang, kadang-kadang aku masih tidak percaya bahwa kau milikku. Jadi setiap melihatmu aku selalu berpikir; ah... Tuhan pasti sangat menyayangiku hingga memberikan laki-laki ini untuk kujaga sepenuh jiwa."
Sungguh, Jungkook sulit mengekspresikan perasaan bahagianya sekarang. Dibasahinya bibir yang mendadak kering, lantas berdehem dengan wajah memerah. "Bukannya harusnya laki-laki yang terpana dengan kecantikan perempuan?" Ia berusaha bersikap biasa, walau dalam hati girang bukan main.

KAMU SEDANG MEMBACA
[Jungkook x Mia]
Fiksi PenggemarWork kedua dari series [Jungkook x Mia]. Enjoy read my fanfiction~ ❤