The Bridezilla!

7.1K 633 237
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*******************


Setelah aku merenung dan berpikir tentang izinnya Gyan buat nobar, juga aku berkonsultasi dengan teman – teman tentang ini, akhirnya aku membulatkan tekat untuk ngizinin Gyan nobar nonton bola di sebuah cafe di Citos. Tadinya aku lebih sreg kalau di coffeecoustic aja, tapi kata Gyan kasihan nanti anak – anak cafe jadi harus tutup telat, karena nobarnya bisa sampai jam 1 pagi.

Gyan sebenarnya sempat nanya apa aku mau ikut? Tapi aku ingat kata – kata teman – teman yang bilang Gyan juga butuh rehat. 'Dia kan udah jadi sansaknya lo sejak kalian ngurus pernikahan. Entah udah berapa kali kalian berantem sejak ngurus pernikahan. Lo juga sih, bridezilla banget.' Itu kata mbak Mentari yang kusambut dengan isakan tangis.

Isakan tangis yang terjawab karena hari ini aku datang bulan.

"Beneran gak mau ikut, yang?" Tanya Gyan sekali lagi lewat sambungan telepon dan aku menggeleng walau dia gak bisa lihat "Nope. Just enjoy your time. Have fun." Jawabku serius dan Gyan diam.

"Have fun yang keluar dari mulut perempuan itu, ngeri loh yang. Aku mending di larang aja deh. Aku gak mau malam ini aku nobar sama anak – anak dan nanti aku ketemu kamu kena amuk." Jawabnya dan aku meringis. Iya sih, sebenarnya aku masih agak seperempat ikhlas bayangin dia happy – happy yea yea sama teman – temannya.

Tapi aku ikut juga ngapain? Bakalan jadi perawan di sarang penyamun. Mas Andra aja aku yakin gak ajak Nana.

"Enggak mas." Jawabku berusaha selembut pantat bayi "Beneran ini. Aku Mau tidur cepat aja. Aku kebetulan gak enak badan ini, baru datang bulan." Jawabku dan Gyan diam lagi "Beneran gak apa – apa aku tinggal? Atau aku gak usah aja deh yang nobar, gak tahu perasaanku gak enak." Jawabnya dan aku ketawa.

"Kamu kayak nenek – nenek, suka mainan firasat. Apa kayak marchel?" Tanyaku dan Gyan terkekeh pelan. "Beneran, mas. Udah sana nobar deh. Maaf yah kalau kemarin – kemarin aku ngamukan." Ucapku tulus dan Gyan diam lagi. Dia gak lagi nyangkain aku kesambet kan?

"Sayang. Ini bukan jebakan batman kan?" Tanyanya dan aku terbelalak dong "Astagfirullah. Suudzon amat sih, mas?" Pekikku dan Gyan terkekeh pelan "Emang kamu minta di jebak apa sih? Aku pergokin kamu di sana ternyata lagi mangku – mangku cewe seksi? Kalau sampai kejadian kayak gitu sih, lehermu ku tebas, mas."

"Astagfirullah, sayang. Mulutnya." Tegurnya dan aku cuman ketawa "Kamu nanya sekali lagi, aku tarik ya izinku. Di kasih izin bukannya makasih, malah aku di suudzonin." Jawabku dan Gyan terkekeh lagi.

"Iya, makasih ya sayang. Habis nobar aku langsung pulang kok. Yah? I love you banget deh yang." Jawabnya dan aku mencebik "Gimbal." Jawabku dan Gyan ketawa dengan suaranya yang malah kedengaran seksi banget.

"Kok gimbal?" Tanyanya. "Karena keseringan, sampai gombalnya jadi gimbal." Jawabku dan Gyan akhirnya menyudahi panggilan telepon karena ada klien yang datang.

OLAGYAN ( BE US AGAINST THE WORLD )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang