Setelah apa yang Gyan sampaikan ke aku barusan, memang rasanya gak adil banget, kalau terus mengurung diri di dalam kamar ini dan larut dalam duka. Aku gak butuh orang-orang sedunia untuk mengerti kesedihanku, cukup Allah dan Gyan saja. Gyan benar.
Dan tentang permintaan Gyan agar aku lebih menanggapi dan bersabar menghadapi Mama nya yang memang sulit menyembunyikan kesedihan? Yah memang rasanya aneh, ya? Aku yang lagi sedih, diminta untuk mengerti orang lain yang sedih.
Gimana ceritanya itu?
Tapi, mengingat Gyan juga berbagi air mata denganku, mungkin Gyan gak mau sendirian menghadapi kesedihan Mamanya, disaat dia sendiri juga sedang mengatasi kesedihannya.
Mungkin Gyan bahkan satu-satunya di antara kami semua, yang gak sempet merasakan dukanya sendiri, karena harus sibuk menenangkan sana dan sini. Menenangkanku dan menenangkan Mamanya.
Mungkin Gyan butuh aku bantu dia, meringankan bebannya.
Aku mungkin boleh egois sama orang-orang. Tapi gak boleh begitu sama Gyan.
Orang tuaku bukannya gak sedih, tapi memang begitulah mereka. Kadang hidup orang tuaku saking logisnya jadi kayak gak punya emosi. Di satu kondisi menguntungkan, seperti saat ini karena aku gak melihat suasana emosional sama sekali di rumah ini. Tapi di lain kondisi, memang kadang jadi memaksa aku untuk menahan sesak.
Masih ingat kan gimana Mama menetapkan kriteria jodohku? Serba logis, seolah semuanya memang bisa di rancang begitu dan itu akan bergerak sistematis. Hidup kayak ada pakemnya yang gak bisa di rubah.
Jadi yasudahlah, menuruti sesekali keinginan Mama mertuaku, selama itu meringankan beban Gyan, kenapa tidak? Toh Gyan janji, dia akan selalu ngertiin aku.
Yang terpenting, Gyan akan nemenin aku nemuin Mamanya.
Aku akhirnya meraih hp yang ku letakan di atas meja nakas dan membuka aplikasi chat. Aku menghela nafasku, karena jujur, ini agak bikin snewen. Kenapa snewen? Karena aku takut malah jadi drama baru.
Kalau di tanya, Ola sudah siap belum? Nanti kalau Mama mertua nangis heboh karena kamu keguguran? Jawabannya belum.
Tapi aku gak mau terlihat egois juga di mata Gyan. Gyan aja sanggup berdamai dengan sakit hatinya terhadap Mama dan sekarang menjalin hubungan yang sangat baik sebagai mertua menantu.
Kenapa aku harus gak mau?
Semua demi Gyan. Karena aku sayang sama Gyan.
Ini juga pasti berat buat Gyan, karena dia juga di tanya terus sama Mama nya. Kalau aku sayang Gyan, aku harus bisa menahan diri untuk gak mengutamakan ego ku sendiri.
Ola,
Assalamualaikum, Ma. Sehat Ma? Ma, Ola kangen deh sama soup ayam makaroni nya Mama. Kapan ya Ola bisa ke rumah makan itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
OLAGYAN ( BE US AGAINST THE WORLD )
RomanceWARNING! ADULT CONTENT. 21+ READERS ONLY! Setelah kamu ketemu dengan Perfect Match, terus apa? Dear Viola Kirana Salasabila, will you keep dancing with me, you and me, be us against the world. Karena menikah itu, adalah selamat menempuh hidup baru...