Trashy Mouth!

2.2K 373 92
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Sejujurnya, gue banyak merasa bersalah sama Ola belakangan ini. Tapi, gue gak bisa berbuat banyak karena memang pekerjaan sedang banjir-banjirnya. Gue yang mendatangkan proyek-proyek ini, jadi harusnya gue siap mengatasi banjir kerjaan ini.

Sebagai boss, bukan berarti gue justru bisa ongkang-ongkang kaki. Sebagai boss dari biro yang masih kecil begini, justru gue harus bisa memotivasi team gue untuk kerjasama. Termasuk gue tentunya di dalamnya.

Gue yang ngidein untuk kami masuk ke proyek besar ini, jadi gue juga yang harus bertanggung jawab. Gak mungkin gue cuman asal tuding proyek dan biarin team gue yang kerjain. Gue selalu menganggap diri gue adalah bagian dari team di banding boss. Jadi, gue selalu menghitung tenaga gue juga di dalam setiap pekerjaan yang masuk.

Memang anak-anak ini juga pada jalan cari proyek. Dan setiap mereka dapat proyek ya mereka dapat fee juga. Tapi gak jarang juga, klien request minta konsulnya sama gue. Ya gak apa-apa, konsul sama gue bukan berarti nanti yang ngerjain juga gue. Ngerjainnya ya gue bagi-bagi kerjaan lah ke team gue.

Kalau semua ke gue? Ya sekalian aja gue jalanin sendiri biro ini. Cuman, kalau sudah ada permintaan khusus dan dia adalah klien lama, kadang mau gak mau harus gue entertain. Demi maintain pelanggan.

Seperti siang ini, gue terpaksa weekend gini ninggalin Ola di rumah karena gue memang udah janjian kerja. Sebenarnya kemarin itu harusnya gue ngelembur lagi, tapi karena gue udah ngecewain Ola banget di malam sebelumnya, gue putuskan Jumat kemarin gue pulangin cepet semuanya.

Kebetulan juga gue jalan keluar, jadi gue deal sama team buat ketemuan aja Sabtu siang ini di kantor. Monik di tungguin suaminya di coffee shop seberang kantor dan David udah dandan ganteng siap ngapelin cewe nya habis ini.

Sebenarnya gak tega ninggalin Ola, yang habis gue bikin gak enak juga mood nya semalam. Harusnya, sebagai suami yang baik, gue pelukin dia seharian ini di rumah dan sayang-sayangin dia. Tapi masalahnya, gue juga disini punya tanggung jawab sama karyawan.

Gue kemarin memang buru-buru pulang ke rumah ambil Vespa. Gue pingin ajak Ola jalan-jalan, muter-muter Vespaan ceritanya, tapi ternyata gagal total. Entahlah, gue kenapa juga ngomong kayak semalam gitu ke Ola. Padahal harusnya cukup gue pikirin sendiri aja.

Gak perlu gue sampaikan ke Ola, kalau gue kembali diserang kepanikan itu. Kepanikan, kalau Ola tuh jadi harus downgrading ekspektasi dia ke pasangan. Apalagi Ola selalu ngebahas dapur si mamitoko yang memang pas gue lihat, super waaah dan berdiri di atas lahan yang waaah waaah waaah banget.

Duit gue jelas... waaaah.... jauh bener mameeeen.

Makanya, gue jadi kepikiran, apa gue sudah ngasih dia hal yang pantas?

Ola benar. Toh dia gak nunjukin tanda-tanda dia protes sedikitpun. Dia kelihatan happy-happy aja lihat rumah kami yang udah jadi akhirnya. Gak pernah bilang 'Kok begini?' atau 'Sebenarnya sih aku maunya gak segini.' Satu-satunya permintaan Ola adalah 'Dapurnya bisa di gedein dikit gak?' itu doang. Itu juga karena gue yang nanya, ada yang mau di rubah gak?

OLAGYAN ( BE US AGAINST THE WORLD )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang