Urip Sing Apik!

3.4K 490 91
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Sampai jumpa lagi Jogja....

Setelah tiga malam kami menikmati di Jogja dan segala kenangannya, Gyan memutuskan kami akan melanjutkan perjalanan ke Solo.

Sebelum perjalanan ke Solo Gyan memutuskan untuk ketemu pak Giman lagi, untuk berpamitan. Jadi, kami kembali ke guest house itu dan mencari pak Giman. Untung beliau sedang ada di penginapan.

Gyan mencium tangan pak Giman dengan takdzim dan pak Giman menepuk dan mengusap lembut bahu Gyan "Sing apik yo, Le? Urip sing apik. Jadi orang yang baik, jadi orang yang taat sama agama, jaga amanah yang baik. Jangan takut apa – apa, ada Gusti Allah sing jaga. Jangan lupa, almarhum di doakan terus. Sing shaleh yo, Le?"

Deret kalimat sederhana yang malah membuatku jadi ikutan nangis lihatnya. Aku menyeka air mata yang mengalir di sudut mata sementara Gyan sudah menangis dari tadi sambil mencium punggung tangan pak Giman. "Maafin papa ya pak? Maafin mama. Maafin Gyan juga." Ucapnya lirih dan aku melihat betapa tulusnya senyuman pak Giman memandang Gyan yang masih mencium tangannya sambil berlutut sementara pak Giman duduk di sebuah kursi rotan khas rumah jaman kolonial.

"Tidak ada yang perlu di maafkan, karena kalian semua orang – orang yang baik. Den Gyan juga cilikane yo apik. Nurut sama orang tua. Pak Giman tuh seneng kalau den Gyan main. Maafkan pak Giman juga yo, Le? Pak Giman sudah tua, entah kapan di panggil Allah. Selagi ada kesempatan saling memaafkan, pak Giman mohon maaf."

Dan aku semakin ambrol menangis sambil menggenggam erat tas belanja di tanganku. Gyang menggeleng sambil ngomong ke pak Giman "Jangan ngomong gitu dong, pak. Pak Giman pasti panjang umur dan sehat." Rengek Gyan.

Aku benar – benar lihat Gyan seolah dia adalah anak kecil rewel dua puluh sekian tahun yang lalu. Pak Giman tertawa sambil mengusap – usap kepala Gyan penuh sayang "Aamiin... Insha Allah yo Le? Bonusnya pak Giman ini sudah banyak. Kita berpasrah pada gusti Allah. Wis...wis... udah tangis – tangisannya. Nanti kamu ndak bisa nyetir sing genah.,

Sekarang den Gyan sudah jadi suami, jadi imam. Di emban yang baik yo Le, amanahnya? Insha Allah pahalanya luar biasa, janjinya surga, kalau den Gyan bisa menjalankan amanah ini dengan baik.,

Non Ola di jaga yang benar. Dia perhiasan hidupmu sekarang. Permata hati mu sekarang."

Duh aku semakin nangis kaaaan... perpaduan antara haru sama GR ini nangisnya.

Gyan akhirnya bangkit dan menyeka air matanya. Aku menyodorkan tissue dan dia membesit ingusnya sambil malu – malu menatap pak Giman yang tertawa "Kok ya ndak berubah cah bagus iki? Masih cengeng sama pak Giman?" Candanya sambil menepuk pundak Gyan.

Aku juga jadi ikutan ketawa walau masih sesenggukan. "Kalau Gyan ke Jogja, janji pasti nginap sini ya pak?" Dan pak Giman mengangguk menanggapi kata – kata Gyan. "Harus. Harus itu mampir sini."

OLAGYAN ( BE US AGAINST THE WORLD )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang