WARNING! ADULT CONTENT. 21+ READERS ONLY!
Setelah kamu ketemu dengan Perfect Match, terus apa?
Dear Viola Kirana Salasabila, will you keep dancing with me, you and me, be us against the world.
Karena menikah itu, adalah selamat menempuh hidup baru...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*************
Drama – drama persiapan pernikahan memang ada aja. Dan sebenarnya di saat seperti ini, ketegasan sang pemangku hajat itu di perlukan. Kalau dari keluargaku sih, alhamdulillah, mama benar – benar tegas menentukan batasan mana keluarga boleh ikut bicara mana tidak.
Terutama yang berkaitan dengan nanti jadi ada penambahan budget. Budget kan gak bisa di tambahin seenaknya, emangnya pada nyumbang? Kalau di kurangi sih alhamdulillah.
Kalau di bilang keluarga itu harus di istimewakan, harusnya boleh kita balikin lagi, keluarga justru ya jangan merepotkan. Contohnya keluarga dari almarhum papa Gyan.
Sebenanrya ini berlaku sama dengan keluarga besarku yang maha nyinyir itu. Cuman, satu yang aku salut dari mama. Begitu mama memutuskan approve aku menikah dengan Gyan, mama memang melepas segala angan – angannya akan menantu ideal.
Mungkin ini yang Gyan bilang, buah kesabaran minta restu. Gyan memang selalu mengingatkanku, agar berdoa supaya hati mamaku melembut dalam menerima cinta kami. Nyatanya memang perlahan tapi pasti, hati mama melembut untuk Gyan.
Walau mimpi mama punya menantu yang bisa di pamerin harus sedikit padam. Tapi mama menerima Gyan dengan utuh. Terlebih, Gyan itu calon menantu yang sangat berbakti. Seberbakti di ajak kerja bakti sama papa dan mas Arya buat rapihin halaman.
Tapi Gyan memang orangnya entengan membantu. Siapa aja, teman, saudara, keluarga, apalagi Ola.
Makanya, walau beberapa budeku sempat nyindir – nyindir yang intinya 'Makanya cari besan tuh yang kaya.' Karena mama gak mau nambah budget ini dan itu, mama tetap kukuh pada pendiriannya. Mama malah bilang 'Yang bilang besanku gak kaya itu siapa? Gyan itu biro arsitektur nya sedang berkembang, itu masa depannya Ola, kalau duitnya di kuras habis buat pesta satu malam, bertahun hidup anakku yang susah. Pokoknya konsep acaranya begini, jadi aku mohon ke ikhlasan mbak – mbak dan mas – mas semua untuk hadir. Yang keberatan, aku gak memaksakan, tetap tak bagi seragamnya sebagai kenang – kenangan.'
Kalian bisa bayangkan, gimana settingan kejudesan wajah mamaku waktu mengatakan itu dan membuat mereka semua kicep. Iya, I got it from my mom soal judes – judesan sama lawan ribut – ribut.
Sayangnya, keahlian sekaligus bakat alamiku itu harus aku pendam di mata keluarga besar Gyan.
Kenapa?
Karena calon mertuaku diam gak melawan. Ya masa sini yang notabene statusnya sebagai orang luar, malah mencak – mencak?
Memang ada keributan apa lagi sih? Yah biasalah, sistim patrilineal yang berlebihan di budaya kita. Dimana pihak keluarga laki – laki selalu merasa harus paling di hormati. Padahal di agama saja gak di ajarkan seperti itu.
Jadi pihak keluarga Gyan dari almarhum papanya, merasa mereka di anak tirikan dalam perlehatan ini. Padahal, sudah bolak – balik di jelaskan, memang sebagian besar biaya itu dari pihak keluargaku. Makanya kenapa, jatah undangan dan list VIP keluarga Gyan juga gak sebanyak keluargaku.