Mungkin?

2.1K 367 66
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Beberapa hari belakangan ini Gyan memang sering pulang malam. Kadang malah malam banget sampai jam delapanan. Sementara aku justru lebih ontime pulangnya, karena mbak Mentari menerapkan smart working bukan hardworking. Dengan pertimbangan sebenarnya, biar team dia yang notabene sebagian besar sudah berumah tangga gak memilih kabur, karena merasa mereka jadi sulit berperan di rumah.

Suka sih boss model beginian, walau aku sempat berpikir, kalau sampai lama aku gak hamil-hamil, mungkin aku harus pertimbangkan buat di rumah aja dan memusatkan pikiran ke program kehamilan.

Mbak mentari baru memperbaiki semua SOP yang dikerjakan Cecile, yang intinya kita merubah urgency level. Jadi orang gak sembarangan taro kerjaan ke kita dan bilang 'ini urgent.'

Jadi kita punya level of urgency sendiri dan kita yang atur SOP pengerjaannya. Ada aturannya juga, proses pengerjaan tiap level urgency itu berapa hari kerja. Karena kalau gak di atur begitu, kata mbak Mentari, mau retain karyawan juga susah.

Bukan dia sexist, tapi pertimbangan dia adalah sebagian besar team adalah ibu rumah tangga, suka gak suka kami ada yang nunggu di rumah. Apalagi Resti juga sudah punya anak. Kadang divisi lain ini suka seenaknya naro kerjaan dan bilang 'Urgent ya buat sore'. Yang akhirnya bikin salah satu dari kami harus pulang larut dan mbak Mentari merasa bersalah.

Karena gimana juga, kami punya peran lain yang gak bisa kami abaikan.

Dan peraturan baru mbak Mentari ini sudah di approve sampai level BOD dan di umumkan di weekly meeting yang di gelar di townhall. Banyak yang protes, tapi bodo amat. Hidup kami gak hanya di kantor.

Jadilah aku hampir selalu pulang ontime, sementara Gyan yang malah jadi lembur terus. Aku memang gak banyak mencampuri pekerjaan Gyan, yang jelas dia lagi ngerjain proyek pemprov DKI tapi juga lagi mau join tender besar buat pemprov lain.

Dia eager banget mau ikutan, untuk naikin kredibilitas bironya. Gyan mulai main proyek besar, tapi yang aku heran dan sebenarnya pingin sarankan, harusnya dia nambah staff. Tapi nanti saja lah, takut Gyan tambah pusing.

Kalau Gyan belum nambah, berarti logikanya, Gyan memang masih merasa yang sekarang efisien kan?

Walau Gyan galau karena aku jadi banyak berangkat pulang sendiri. Iya belakangan aku banyak nyetir sendiri dan Gyan jadi agak gloomy. Tiap kita pisahan di parkiran dia menatapku gak rela.

Kayak anak SD di taro di gerbang sekolah dan di dadah-dadahin Mamanya, sambil di bilang 'Belajar yang pintar ya, Nak.' Kalau ini bedanya 'Cari duit yang pinter ya, Suami.'

Katanya belakangan kita jadi jarang ngobrol. Iya sih memang, belakangan kami jadi jarang ngobrol karena aku kalau Gyan pulang, lebih fokus ke minta dia istirahat. Aku takut Gyan sakit terlalu keras bekerja.

OLAGYAN ( BE US AGAINST THE WORLD )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang