Gyan emang jadi agak lebih mellow. Setelah tadi kita makan siang dulu di soto Lombok yang bikin Gyan makan dua mangkok, kami langsung ke hotel dan istirahat dulu. Gyan ngambek makannya banyak, mellow juga makannya banyak. Intinya Gyan makannya banyak.
Padahal soto Lombok ini porsinya guede. Tapi yang kedua Gyan mesen separo sih. Bahkan aku aja nyaris menyerah di putaran pertama.
Nanti rencananya mau makan malam keluar sambil hunting angsle, minuman hangat khas kota ini yang biasanya di jual barengan sama wedang ronde. Aku sudah membayangkan cemilan – cemilan hangat itu, karena jujurly aku agak masuk angin ini.
"Mas." Panggilku ke Gyan yang baru aja melepas sepatunya dan duduk di sofa sambil memejamkan mata. Dia merentangkan tangannya di sandaran sofa sambil menepuk – nepuk punggung sofanya, yang artinya 'sini'.
"Udah mau mandi ya?" Tanyaku dan Gyan menggeleng "Entar lagi. Masih pingin duduk gini dulu." Kata dia dan aku menarik Gyan untuk dia tiduran di pangkuanku. Aku mengusap – usap kepalanya sambil memberikan pijatan ringan di keningnya, yang sedari tadi kelihatan sedikit berkerut.
"Aku mau cerita." Kataku dan Gyan yang lagi merem cuman ketawa aja. Dia mah gitu, kalau aku mau cerita pasti ketawa duluan. Padahal belum jelas aku mau cerita apaan. Tahu – tahunya hantu kuntilanak gimana? Apa kuntilakan kalah serem sama istrinya?
"Mas percaya gak? Walau aku model, aku tuh bukan anak gaul?" Tanyaku dan Gyan ketawa doang. "Percaya. Soalnya kalau kamu anak gaul, gak bakalan suka nyasar kemana – mana." Jawabnya yang aku hadiahi cubitan di hidung mancungnya. Aku melepas kaca matanya dan melipatnya, lalu meletakannya di meja depan sofa dulu.
"Dulu aku suka sebel, kalau teman – teman di izinin sama orang tuanya untuk buka kamar rame – rame. Liburan keluar kota rame – rame. Terus mereka pamer foto – fotonya. Aku ngerasa, kontras banget ya aku sama mas Arya? Dia bebas kemana aja, sementara aku enggak?" Gyan padahal gak bilang aku boleh cerita, tapi aku tetap cerita juga.
Ingat 20.000 : 7.000. Anggap aja 20.000 ku belum met quota.
"Terus, aku suka iri teman – teman pacarannya bebas kemana – mana. Kayak banyak memory gitu. Tapi papa selalu bilang 'Anak perempuan gak bisa di umbar. Sekali kembali rusak, gak bakalan bisa di perbaiki lagi.' Bahkan waktu mama bersikukuh aku dampingin Miko kampanye, papa cuman bilang 'Pikirkan sendiri ya dek. Apa pantas kamu di geret – geret kesana kemari, sama laki – laki yang bukan siapa – siapa kamu? di publikasikan sebagai apa kamu? Gimana nanti kalau gak jadi?'. Yah mungkin karena aku sudah 28 tahun waktu itu, jadi papa gak kayak waktu aku SMA banget ngelarangnya. Lebih kayak nyuruh mikir sendiri.,
Tapi memang karena gak terbiasa juga bebas – bebasan sama pacar, aku jadi suka merasa risih sama interaksiku dan Miko yang terlalu dekat.,
Sedangkan orang tuaku, bukan tipe yang rajin liburan. Papa kan orangnya kaku banget, jadi suka gak kepikiran bawa kita liburan. Kalau keluar negri kan memang susah, ya? Karena papa kan tentara, izinnya ribet. Tapi keluar kota juga jarang.,
KAMU SEDANG MEMBACA
OLAGYAN ( BE US AGAINST THE WORLD )
RomansaWARNING! ADULT CONTENT. 21+ READERS ONLY! Setelah kamu ketemu dengan Perfect Match, terus apa? Dear Viola Kirana Salasabila, will you keep dancing with me, you and me, be us against the world. Karena menikah itu, adalah selamat menempuh hidup baru...