WARNING! ADULT CONTENT. 21+ READERS ONLY!
Setelah kamu ketemu dengan Perfect Match, terus apa?
Dear Viola Kirana Salasabila, will you keep dancing with me, you and me, be us against the world.
Karena menikah itu, adalah selamat menempuh hidup baru...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Setelah menuntaskan makan entah apa, apa siang, apa sore dan minum obat. Gyan gak langsung jalan memastikan aku sudah nyaman dulu. Aku minum penurun panas dan obat flu yang udah aku siapkan, sesuai titah Gyan.
Untung dia gak suruh aku siapkan obat cacing sekalian.
Tapi aku akuin, Gyan well prepared banget dalam menyiapkan perjalanan ini. Terutama dari aspek keselamatan dan kesehatanku. Mama sih sebenarnya yang banyak cerewetin Gyan dengan kalimat 'Tapi Yan, Ola gampang sakit lho? Ola lambungnya gampang kambuh. Hujan dikit demam terus pilek. Ola kan ada asma juga, hati – hati sama ....' panjang lah pokoknya.
Macem melepas anak SMA karyawisata keluar kota pertama kali.
Tapi aku gak heran. Selama aku di London, pertanyaan rutin mama adalah 'Adek gak sesak napas kan?' dan aku hanya ketawa. Karena aku alhamdulillah selama di London justru hampir gak pernah sesak napas. Pernah tapi gak bisa di bilang sesak juga, cuman agak berat aja, karena ternyata belum makan. Jadi asam lambungnya serasa menekan ke pernapasan.
Tapi Gyan patuh banget sama nasihat mama, makanya dia langsung bikin list obat – obatan yang harus aku bawa. Mulai dari paracetamol, obat flu yang biasa aku pakai, obat diare, obat maag, ventolin, sampai nyaris ngangkut nebulizer. Untung dia gak sampai beneran beli oxycan. Yang ada aku bingung, ini liburan apa ngangkut pasien?
Aku gak sepenyakitan itu.
Tapi Gyan memang kayaknya berusaha hati – hati banget sama titah orang tuaku. Mungkin dia takut restu nya di anulir kali ya? Padahal mah gak mungkin juga. Mama udah mingkem soal siapa Gyan. Sedih amat udah cetak undangan, di anulir restunya, cuman gara – gara Gyan ngajak bulan madu.
Aku sebenarnya dari tadi tertegun dengan satu omongan Gyan. Jangan sampai merasa kehadiran kita gak di perlukan lagi.
Bukan soal Gyan being nice selama masih soft opening jadi suami ini ya? Eh udah gak soft opening lagi deng ya? Udah opening banget ini sih. hahahaha.
Tapi aku tertegun sama pengakuan Gyan soal 'ada enggak ada rasanya sama aja.' Dari sisi wanitanya.
Kalau mengutip kata – kata mama 'Suami itu gak usah nunggu minta di perhatiin. Namanya menikah yah sudah berkomitmen untuk melayani.' Cuman kalau mama itu kan pahamnya, selalu dari sisi si istrinya yang harus all out memperhatikan suami.
Aku tuh pas di jelasin kayak begitu sama mama, bayangannya si suami duduk – duduk gagah, sementara si istri mengabdi gila – gilaan. Terus udah segitu ngabdinya, ujung – ujungnya datang perempuan muda yang dengan santainya duduk di pangkuan suami kita, sementara kita posisi tetap duduk di lantai penuh pengabdian.
Jiwa girl power ku meronta – ronta waktu itu. Masak iya, harkat dan martabat wanita serendah itu? Ngabdi, melayani, memuaskan sambil gak ada timbal balik? Minimal penghormatan?
