Ada aku!

2.2K 332 85
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Aku gak ingat apa – apa. Hal terakhir yang aku ingat, adalah Gyan mencium keningku lama dan merapalkan doa di ubun – ubunku lalu mengecupnya. "Mas Gy tunggu di luar ya? I love you Oyang." Lirihnya di telingaku dan dia sudah gak menyebut dirinya Papa lagi.

Aku hanya bisa mengangguk lemah. Seperti kata Mas Arya tadi 'Kita lewati dulu semua ini. Baru habis itu boleh nangis lagi.' Gyan juga gak putus membimbingku istigfar supaya aku selalu bisa memelihara kesadaran dan kekuatanku.

Setelah mencium keningku, dia harus melepasku seorang diri masuk ke dalam ruang operasi. Setelahnya aku gak ingat apa – apa, karena semua di lakukan dengan methode bius total.

Semua hanya gelap dan aku gak mengingat satu hal pun yang terjadi di ruang operasi itu.

Ketika aku sadar, Gyan sudah ada di sampingku dengan jubah khusus penunggu pasien di ruang observasi pasca operasi. Lengkap dengan penutup kepala dan masker. Dia menggenggam tanganku dan aku mendengarnya bersholawat dengan lirih, dengan kepalanya yang tertunduk dalam. Tenggorokanku rasanya kering dan mataku berkunang – kunang, waktu pertama kali membuka mata.

Sempat merasa disorientasi sesaat, sampai akhirnya aku ingat. Aku baru saja di kuret.

"Mas Gy..." Panggilku dan Gyan yang sedang menunduk sambil kedua tangannya menggenggam tangan kiriku, dengan kepalanya tertunduk dan dia menempelkan tanganku di keningnya, akhirnya mengangkat kepalanya. Disitulah aku lihat wajah terkacau Gyan, dengan mata yang bengkak entah berapa lama dia menangis.

Gyan terlihat sembab dan matanya merah banget. Sorot matanya menunjukan kalau dia sendiri..... gak baik-baik saja.

Dia menurunkan maskernya, antara tersenyum tapi juga tergugu ingin kembali menangis. Dia merapalkan Hamdallah berkali – kali sambil menciumi tanganku. Dia berdiri, mengusap kepalaku lembut dan mencium keningku. "Alhamdulillah, akhirnya kamu sadar juga, Sayang." Lirihnya. Gyan mengecup keningku beberapa kali dan mengucap hamdallah gak putus-putus.

Aku gak ngerti, memang berapa lama aku tertidur karena bius? Bukankah setahuku kuret itu prosesnya cepat? Bahkan orang kantor waktu itu, ada yang hari ini kuret dan besokannya dia memilih langsung bekerja, karena gak kepingin di rumah dan meratapi sedihnya.

"Haus, Mas... Perutnya juga sakit." Lirihku dan Gyan menolehkan kepalanya kesana kemari, mencari sosok yang bisa dia cari. Akhirnya sosok wanita yang aku tahu Dr.Wahyuni datang mendekati kami sambil tersenyum hangat "Ada keluhan, ibu Viola?" Tanyanya dan aku mengangguk pelan.

"Haus, dokter. Perutnya juga sakit." Beliau mengangguk dan mengusap lembut kakiku "Untuk minum, belum boleh. Karena ibu masih harus berbaring dulu. Khawatir nanti malah tersedak dan muntah, karena efek bius belum sepenuhnya hilang. Untuk sakit di perut, itu wajar, karena rahim ibu perlahan mengalami kontraksi untuk kembali menyusut ke ukuran semula. Nanti bisa di bantu dengan tambahan pain killer ya?" Jelasnya dengan pelan,sabar dan lembut.

OLAGYAN ( BE US AGAINST THE WORLD )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang