belakangan sepi ya... hahaha tapi Maaf, memang begini jalan ceritanya. Kalau di rubah akunya yang gak mood nulisnya :) Kan judulnya be us against the world.
*************
Pernikahan itu menyatukan dua keluarga. Indeed. When I said two families it means the whole families loh ya. Jadi gak hanya ibu dan bapaknya aja, tapi bisa juga adik dan kakaknya. Atau bahkan, yang terjadi di awal persiapan pernikahan aku dan Gyan, sampai ke bude-budenya. Karena, setiap keluarga punya rasa keterikatan yang berbeda-beda.
Ada keluarga yang saking guyubnya, urusan satu orang jadi urusan sekelurahan. Contohnya keluarga Gyan. Semua keluarga dari garis ayahnya, merasa berhak ikut campur. Karena semua merasa punya adil, dalam menjaga keluarga Gyan, pasca tragedi itu. Utamanya, pasca almarhum Papa mertuaku gak ada.
Jadi harus gimana? Aku sendiri enggak tahu. I'm still trying to figure out all the things in my marriage life. Everything is still new for me. Semua datang serempak. Kehamilan yang alhamdulillahnya langsung datang di satu bulan pernikahan kami, sifat-sifat asli masing-masing anggota keluarga yang mulai bermunculan dan juga lonjakan hormonalku, yang sedikit banyak mempengaruhi kesabaran.
Tapi aku selalu ingat pesan Mama, dalam pernikahan, yang bisa di redam ya di redam. Jangan semua hal di ributin. Walau praktiknya, Mama pernah nyelepet bude Hesti waktu technical meeting dengan bilang 'Yah mohon maaf sekali, uang kami hanya cukup untuk pesta seperti ini, kalau ada ketidak puasan, kami ngikut aja kalau dari pihak keluarga pria, mau mengadakan pesta ulang yang lebih memenuhi standard'. Itu lho, perkara tamu VIP.
Sampai Gyan minta-minta maaf sama orang tuaku. Karena dia merasa malu atas celetukan budenya. Akhirnya besok-besok budenya gak pernah diundang lagi untuk kepanitiaan.
Tapi Mama selalu menekankan, sama mertua sama ipar, kalau masih bisa menahan diri tahan lah diri.
Aku memang banyak mendengar konflik-konflik antara mertua dan menantu. Mulai dari rebutan perhatian, ribut masalah cara melayani anak laki-lakinya, masakan yang menurut mertua gak sesuai selera anaknya. Sampai bahkan, ada yang mertuanya ngotot kalau gaji sang anak laki-laki harus di utamakan untuk dirinya dulu.
Alhamdulillahnya, Gyan gak begitu soal nafkah. Dari awal Gyan sudah terus terang, mana-mana dari hasil bisnis keluarga yang memang untuk Mama dan Gendis, juga berapa Gyan akan ngasih 'uang saku' untuk Mama. Untuk Gendis sendiri, Mama mertua yang minta Gyan berhenti ngasih begitu Gendis bekerja.
Karena Mama mertua mau Gyan fokus ke keuangannya. Sementara Gendis masih di kasih sama Mama mertua, kata Gyan. Gaji Gendis juga lumayan untuk ukuran fresh graduate masih di atas UMR sekitar 5%. Anaknya juga gak banyak tingkah.
Yah aku dan Gyan kadang suka ngamplopin Gendis kalau pas aku dapat cairan dana dari endorse. Awalnya Gyan melarang tapi aku bilang enggak apa-apa. Kalau cuman transferin Gendis 500 ribuan mah, gak masalah Insha Allah. Lumayan buat nambahin uang jajan dia kan? Gendis juga adikku.
KAMU SEDANG MEMBACA
OLAGYAN ( BE US AGAINST THE WORLD )
RomanceWARNING! ADULT CONTENT. 21+ READERS ONLY! Setelah kamu ketemu dengan Perfect Match, terus apa? Dear Viola Kirana Salasabila, will you keep dancing with me, you and me, be us against the world. Karena menikah itu, adalah selamat menempuh hidup baru...