The Wedding Prep!

13.2K 819 153
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***********

Aku yang sedang merapihkan sebagian barang – barang terjenggit kaget karena pelukan dari belakangku. "I like it when you let your hair down like this.. cantik" bisiknya lalu gak lama suara penuh rayuan gimbal (Udah bukan bukan gombal lagi karena sejak lamaran aku sering banget mendengar rayuan beginian dari mulutnya ) berganti jadi suara rintihan kesakitan. "Ampun ma.. ampun...ampun.. Kuping mas Gy lepas ma. Aduh ma udah ma...." Dan aku hanya bisa ketawa lepas menikmati pemandangan ini, sambil melanjutkan memilah barang – barang. Biar saja si pria nakal itu habis di jewer mamanya. Udah bolak – balik diingetin, masih aja bandel. Rasain sana.

"Sudah mama bilang, belum Mahram mas. Belum mahram. Di Jaga, hati – hati perbuatanmu!" Aku semakin ketawa dengan omelan calon mama mertuaku. "Kalau sampai khilafnya kemana – mana. Gak cuman malu mas, tapi sia – sia niat ibadahmu. Astagfirullah, anak satu ini kenapa bandel banget di kasih tahu orang tua. Calon mama mertuaku sekarang ngeplakin tangan Gyan pakai gulungan brosur catering yang dia pegang.

Gyan sih walau aduh – aduh, ya cengengesan aja. Emang dasar kelakuan.

Jadi begini ceritanya. Semenjak Gyan resmi melamarku ke orang tuaku, pertemuan antara aku dan Gyan di baasi habis – habisan. Ini justru inisiatif dari mamanya Gyan. Kalau Gyan gak boleh menemuiku untuk date – datean. Walau masih suka jemput ke kantor, itu juga di telponin terus. Mamanya tuh parno banget.

Kami hanya bisa ketemu untuk hal – hal yang memang harus kami kerjakan bersama dan urusan antar jemput. Alias, Gyan wajib jadi supir. Karena calon mama mertuaku menugaskan Gyan untuk menjamin keselamatanku. Kalau kata Gyan 'Calon istri ku harus kinclong pas hari H jangan sampai lecet.'

Terserah Gyan aja lah.

Alasan calon mama mertuaku waktu itu adalah, 'Kalian udah dewasa. Mama takut, kalian di atas angin mentang – mentang sudah bakalan menikah. Terus merasa sudah ada jaminannya dan mencoba hal – hal yang berbahaya. Selama belum ada ijab sah, gak ada yang menjamin. Apapun bisa terjadi, sebelum ijab sah itu benar – benar di ucapkan, kalian tetap bukan siapa – siapa yang halal untuk satu sama lain. Naudzubillah mindzalik, Ola hamil belum sempat di nikahi kamunya meninggal gimana mas?'

Walau jujur kita berdua sampai tergidik ngeri mendengar kata mamanya. Perumpamaan yang sebenarnya ekstrim, tapi masuk akal juga sih. Amit – amit aku hamil, belum di nikahin, eh Gyannya kenapa – kenapa. Janda bukan, di tinggalin anak iya. Jadi yasudahlah, kita nurut aja.

Jadinya ya begini. Setiap weekend kami ketemu, selalu ada pawangnya. Hanya untuk urusan tertentu aja kami pergi berduaan, itu juga biasanya ya gak sempet ngapa – ngapain. Yang ada... ribut melulu.

Biasanya untuk beberapa hal mamanya ngikut, karena memang sambil hunting seserahan perlahan – lahan karena gak mungkin di beli semuanya langsung. Memang ini hari H masih beberapa bulan lagi, tapi kami memilih mencicil mengerjakan satu persatu.

OLAGYAN ( BE US AGAINST THE WORLD )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang