Ambon apa Tanduk?

1.8K 303 80
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Ihiiiw.... traktiran nih?" Tanya Resty yang mendadak mual muntahnya hilang begitu aja begitu mendengar kata traktiran di restoran yang menyajikan menu korean bbq. "Iyee... biar ponakan te Ola gak ngiler ya? Gak di turutin ya sama Mama?" Aku mengusap lembut perutnya yang baru menjendul sedikit dan seketika dadaku berdesir.

"Duit jajan dari Gyan kenceng nih kayaknya? Tadi OB pada heboh di traktir mbak Ola kue – kue sama bento. Sekarang kita di traktir? Iiisss... udah jadi boss sekarang dedek Gyan. Berondong lo semakin meresahkan ya, La?" Mbak Uli tertawa walau gak ngakak – ngakak, karena eling ini lagi di dalam mall.

"Huuss... brondong – brondong. Orangnya dengar dia bete tahu. Gak mau di panggil brondong dia." Jelasku dan mbak Uli mengacungkan jempol "Siap...siap. yang penting Ola tersayang tolong di kasih uang jajan yang banyak, jadi bisa rajin – rajin traktir. Kalau Gyan minta gue panggil Mas juga, gue rela kok." Sahutnya sambil mengacungkan jempol. Aku hanya bisa memelet sambil akhirnya kami semua duduk rapih.

"Silahkan di pilih paketnya, Bu." Seorang pelayan wanita menyerahkan selembar menu dan semua menyerahkan kepadaku untuk mengambil paket apa. Untung ini teman – teman pada tahu diri amat. Tapi aku juga kalau niat traktir ya kudu yang niat, jadi ambil yang harganya tengah – tengah.

"Bagas ngamuk di tinggal." Kata Tony yang baru nyimpen hp nya di atas meja. Aku terbelalak. Pantes dunia serasa penuh dengan mulut-mulut yang bijaksana. Ternyata Bagas ketinggalan.

Bagas adalah orang yang berjasa sebagai mata – mata sekaligus informan aku dan Gyan sejak pertama kali Gyan naksir. "Astagfirullah!! Eh gue telepon deh."

Aku menempelkan hp ke telinga dan panggilan gak di jawab – jawab. Aku mencoba menghubungi lagi dan baru di angkat "Mama jahat!! Udah dapat Papa. Anak di lupakan!" Aku gak kuat buat gak terbahak – bahak dengar ambekan Bagas yang enggak banget. "Sorry tadi lo pake ngilang segala sih. Nyusul deh sini." Pintaku dan Bagas mendengus "Telaat. Gue udah makan nasi kotak nih pembagian meeting. Kenyang gue, gak mau makan banyak – banyak. Biar perut gue bisa kotak – kotak kayak lakik lo. Ya kan? Ya kan?" Suaranya ngeselin "Auk!" Jawabku lalu menutup telepon di saat dia ketawa puas banget.

"Gak nyusul dia. Nanti aja gue beliin apa lah biar mingkem. Dari pada nanti tantrum gelindingan di lantai." Jawabku dan mbak Mentari mengamatiku sambil bertopang dagu sementara Resti udah heboh dengan pudding caramel yang harusnya jadi dessert tapi kayaknya dia jadikan appetizer, teman main course dan dessert.

"Gimana honeymoon?" Tanya mbak Uli dengan alis di naik – naikan yang aku tahu dia mengharapkan jawaban apa. Aku hanya ketawa sambil menerima minuman yang di berikan pramusaji "Ya gitu lah. Kayak gak pernah honeymoon aja lo." Sahutku dan mbak Uli mencebik "Pelit amat berbagi. Eh tapi kok lo kurusan sih, La? Pipi lo tambah tirus?" Tanyanya sambil menyentuh lenganku dan mendorong badanku sedikit "Pucet juga muka. Kayak capek banget?" Sambungnya dan aku menyentuh pipiku.

OLAGYAN ( BE US AGAINST THE WORLD )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang