Ola... Ola.. ada aja yang dia pikirin sejak menikah. Sekarang gue jadi ngerti kebiasaan lain Ola. Selain manja gak ketulungan kalau sama gue, dia itu overthinking dan gue benar – benar harus jaga. Satu lagi, Ola taking into account banget setiap hal yang dia dengar, di resepin sampai ke hati dan jadi pikiran.
Nyuruh Ola tutup telinga itu sama kayak nyuruh gue mau makan lalapan daun pepaya. Bisa, tapi butuh perjuangan panjang.
Ola memang tipe yang gak bisa banget dengerin apa kata orang. Bahasa singkatnya baperan. Pasti dia kepikiran dan kebawa – bawa sampai lama. Bahkan sesimple kata – kata Mama yang bilang 'jangan capek – capek.' aja dia ketakutan banget.
Bisa banget dia pikirin kalimat itu, sampai ketakutan kalau dia pulang-pulang gak hamil.
Udahlah pas pulang ke Jakarta, Mama menyambut dengan mengusap perutnya sambil bilang 'ada cucu Mama gak nih di dalamnya?'. Gue lihat sendiri, Ola memaksakan senyuman yang kaku banget. Antara mau santai nanggapin, tapi dia nyatanya gak bisa santai.
Gue gak bisa salahin pembawaan Ola yang kayak gitu, seolah itu sesuatu yang harusnya bisa dia tinggalkan gitu aja. Ngerubah pola pikir orang gak segampang itu brother. Ola memang sudah di bentuk kayak gitu, dari jaman gue main bola sambil ingusan meler kali. Jadi, gue yang baru aja resmi nyemplung ke kehidupan Ola yang paling dalam? Jelas gak bisa berharap simsalabim, Ola gak baperan.
Semuanya semakin awur – awuran waktu Ola menyadari dirinya datang bulan waktu kita belanja di supermarket kemarin. Sampai itu bungkus pembalut dia banting – banting masukinnya ke troli.
Gue memang diam, bukan karena gue gak tahu Ola kenapa. Gue gak sebego itu sampai gak tahu benda apa yang dia lempar sampai mencetak angka three point shoot gitu. Gue pernah nolongin dia beli pembalut jaman pacaran dulu. Jadi gue tahu benda itu buat perempuan datang bulan, bukan roti mantao.
Tapi gue memilih diam, karena gak mau apa yang keluar dari mulut gue malah membakar emosi Ola yang lagi meletup-letup.
Awalnya gue bingung kenapa Ola marah kalau datang bulan? Sampai akhirnya gue secepat kilat loading, kalau datang bulang itu sama dengan seorang perempuan gak hamil.
Yang lucu, Ola begitu karena dia takut mengecewakan gue. Yang gue simpulkan, apa yang dia dengar tentang kehamilan dan dirinya itu, menurut dia adalah suara hati gue. Ini agak bahaya sih. Padahal gue sendiri gak pernah menekankan kapan Ola harus hamil.
Sorry, not that kind of husband.
Bukan karena saking baiknya gue, tapi karena gue sendiri menyadari aktivitas seks gue dan Ola belum maksimal. Jadi gue emang gak berharap banyak Ola segera hamil, walau mungkin. Gue emang udah gak perjaka, tapi Ola kan masih perawan. Jadi gue benar – benar hati – hati memperlakukan Ola di atas ranjang ( Walau kadang nyoba gak di ranjang juga).
Gue mau Ola merasakan seks di antara gue dan dia itu, menyenangkan. Gue mau Ola juga suka dengan aktivitas ini. Gue mau Ola juga menikmati hubungan di antara kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
OLAGYAN ( BE US AGAINST THE WORLD )
Storie d'amoreWARNING! ADULT CONTENT. 21+ READERS ONLY! Setelah kamu ketemu dengan Perfect Match, terus apa? Dear Viola Kirana Salasabila, will you keep dancing with me, you and me, be us against the world. Karena menikah itu, adalah selamat menempuh hidup baru...