Privacy!

6.1K 632 178
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*****************

Jadi, setelah aksi terjang menerjang tadi itu, sekarang bapak Gyan terkapar di atas kasur. Perut kenyang, hati senang, tubuh terlentang. Kurang lebih begitulah situasi terkini dari laporan pandangan mata saya.

Walau tadi ada sedikit kejadian lucu. Jadi, di waktu kami sedang heboh – hebohnya, tiba – tiba bel di pencet dan suara 'Room service' memanggil berkali – kali. Gyan sempat bingung, gimana caranya buka pintu sementara dia sudah.... gak pakai apa – apa sama sekali?

Aku? Jangan di tanya, Gyan emang kayaknya doyannya mretelin aku dulu baru dirinya sendiri. Aku hanya menaikan kedua alisku membiarkan Gyan yang sebenarnya lagi ling – lung, berpikir gimana caranya. Dia menggeram kesal.

Sempat – sempatnya dia bilang 'Biarin aja deh.' Dan aku hadiahi dengan pelototan tentu saja. Enak aja bilang biarin aja, kasihan orang udah gotong – gotong berat – berat, terus dia bilang biarin aja. Aku bilang bukain karena kasihan dan dia mukanya kayak kesal dan males.

Dia sendiri yang pesan, dia sendiri yang kesal. Kan lucu?

Sampai akhirnya bel di pencet lagi dan 'Room Service' sekali lagi. Aku mau ketawa, takut dia ngambek dan aku akhirnya menawarkan diri untuk bukain pintunya. Pakai baju dulu tentunya dan Gyan langsung melotot. NO! Katanya sambil melotot.

Akhirnya apa coba? Padahal letak ranjang dan pintu itu lumayan jauh dan posisi ranjang ini bisa di bilang udah di hitung banget privacynya. Tapi Gyan tetap parno kalau aku bisa kelihatan lagi kayak begini. Dia akhirnya benar – benar bungkus badanku pakai bed cover persis kayak bayi di bedong. Habis itu dia buru – buru pakai bath robe sambil dia berjalan lewatin kamar mandi.

Aku mendengar perdebatan di pintu dengan 'Ini berat pak. Biar saya bantu?' dan Gyan 'Gak usah!' dengan galak. Padahal apa salah dan dosa mas pengantar itu? 'Yakin pak? Ini berat, pesanan bapak banyak.' Ulangnya sopan dan ramah tapi Gyan masih ngegas 'Gak usah!'.

Aku hanya bisa mengulum bibirku menahan tawa. Salah sendiri, sudah tahu lagi pesan makanan, pakai acara minta jatah segala. Alhasil, Gyan harus di repotkan dulu dengan gotong dua buah nampan berisikan berbagai macam makanan. Baru habis itu dia kembali ke tempat tidur dengan muka kesal.

Untung aku istri yang baik dengan bilang 'Sini sayang.' Baru dia sumringah lagi.

Sebagian besar sarapan yang dipesan, akhirnya terjun bebas ke perutnya. Aku sendiri hanya makan toast with jam, segelas jus dan omelette. Gyan? Nasi goreng, sikat. Sosis goreng, sikat. Telur ceplok, sikat. Sisa toast selembar, sikat. Jus sikat. Benar – benar Gyan anak sehat, tubuhnya kuat, karena istrinya rajin dan cermat.

Daaaan... si suami yang tadi sempat ngambek itu, sekarang hatinya sudah kembali bahagia. Gyan tidur – tiduran mainan hp, mukanya berpendar cahaya, senyum – senyum terus ketawa – ketawa. Eh bentar! Dia chattingan sama siapa cekikikan begitu? Gak bisa di biarkan ini. Terakhir kali aku biarkan dia asik sama hp, eh nongol si motor bebek Kharisma itu.

OLAGYAN ( BE US AGAINST THE WORLD )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang