I Love You No Matter What!

2K 358 60
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Aku terbangun karena merasakan tempat tidur bergoyang. Aku yang sedang dalam posisi miring sambil memeluk guling, otomatis bergerak dan melihat ke balik punggungku. Sebenarnya, sejak nikah yang masih seumur jagung ini, aku merasa agak aneh kalau tidur sendirian. Apalagi sejak pindah apartemen ini. walau punya sendiri, tetap masih agak asing rasanya.

Sempat parno, pas noleh ada pocong yang rebahan di belakangku, kayak film – film horror itu. Tapi alhamdulillah, yang naik tempat tidur, terlalu ganteng buat meranin hantu pocong.

Mending dia meranin jadi suami kesayangan tante Ola aja. Lebih asoy.

"Udah pulang?" Tanyaku serak dan Gyan memelukku dari belakang sambil mengusap lembut perutku "Assalamualaikum, maaf bangunin kalian." Bisiknya lembut. Aku sedikit mundur supaya lebih nempel ke Gyan. Biarlah Gyan mikir, ini istri apa cicak-cicak di dinding yang suka diam-diam merayap.

Merayap nemplok ke dia.

Tapi emang dari tadi kepingin begini sama Gyan. Baru kesampaiannya sekarang.

Gyan menangkap sinyal dengan baik, dia memposisikan dirinya supaya lebih pewe meluk aku. Dia menghirup rambutku sambil menghembuskan nafasnya lega. Gyan juga kayaknya jadi kecapekan.

"Gimana Mama?" Tanyaku dan Gyan menghela nafas lelah "Tadi coba di tes. Gula nya agak drop. Kayaknya kecapekan." Jawabnya dan aku gak tahu itu harus gimana. Aku gak punya pengalaman orang tua sakit pasca stroke gini.

"Terus?" Tanyaku dan Gyan diam kayaknya dia juga capek banget. Sekarang mungkin sudah jam 12an dan Gyan itu hari ini harus menempuh rute apartemen – kantorku – kantornya – kantorku – apartemen – rumah Mamanya – apartemen.

"Ya aku kasih teh manis pakai gula biasa dulu tadi. Terus langsung aku anterin tidur. Aku pijitin dulu tadi sebentar biar Mama lebih gampang tidur." Jelasnya dengan suara yang teredam karena Gyan sendiri juga posisinya udah ngungsel di belakangku.

"Kamu kok manis banget sih, jadi anak? Nanti boleh gak anak kita manis aja kayak kamu?" Tanyaku dan Gyan terkekeh sambil suaranya masih mendam. Dia mengusap-usap perutku lagi dengan lembut "Jadi, yang ini mirip aku nih? Kalau cewe padahal aku pinginnya cantik kayak Mama nya?" Sekarang gantian aku yang ketawa.

Aku melepas pelukan dan memutar badanku supaya kami berhadapan. Aku menyusuri wajahnya dengan telunjukku. Gyan senyum sambil matanya sayu "Kamu di jadiin cewe, kayaknya cantik juga. Lucu malah kan? Jadi kayak bintang drakor pasti, sipit – sipit gemes." Kataku dan Gyan terkekeh geli sambil matanya mulai merem.

"Aku gak sipit banget, Sayang." Lirihnya sambil menikmati usapan jariku di wajahnya, matanya benar – benar merem sekarang. "Iya, agak belo dikit banget." Imbuhku dan Gyan ketawa sambil tangannya sekarang memeluk pinggangku dan memintaku sedikit maju merapat.

"Ngejek aja bisanya." Lirihnya sambil bisa loh dia, merem gini nyium kok ya gak salah sasaran. Semacam bibirnya sudah pakai auto pilot. Apa kayak mobil jaman sekarang itu? Yang bisa parkir otomatis?

OLAGYAN ( BE US AGAINST THE WORLD )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang