Kami akhirnya merapat ke coffeecoustic, karena ngedate kayaknya lagi gak jadi opsi yang menarik. Suasana di antara aku dan Gyan udah terlanjur terlalu mem-bete-kan hati. Pulang juga bakalan diam-diaman, jadi akhirnya Gyan memutuskan belok ke coffeecoustic. Sebenarnya aku juga penasaran, gimana nasib coffeecoustic beberapa bulan terakhir ini sejak Gyan sibuk luar biasa.
Apakah masih terawat atau enggak?
Deden beberapa kali menghubungi aku, buat nanyain Gyan apakah sudah terima laporan keuangan dari dia. Aku sempat curiga kalau salah satu first born nya Gyan ini terabaikan karena Gyan punya bayi baru. Dan tumben banget, Deden sampai harus nanya ke aku, apakah Gyan nerima laporan atau enggak? Emang Gyannya gak pernah ketemu Deden apa gimana?
Sempat nanya Deden ada masalah gak di café dan Deden bilang, sebenarnya pingin diskusi banyak sama Gyan, tapi Gyannya sibuk terus. Dia memang gak cerita masalahnya apa dan aku juga gak nanya, takutnya mereka gak sreg, istri boss banyak nanya. Akhirnya aku sarankan ke Deden supaya 'ganggu' aja Gyan ke kantor. Bukan aku sentimens ama HuniYan Asri, tapi Gyan gak boleh lupa, dia punya banyak amanah juga di coffeecoustic.
"Assalamualaikum." Sapa Gyan sambil masuk ke area pembuatan berbagai racikan minuman, yang selalu menguarkan wangi khas kopi-kopi berbagai jenis. Kondisi coffee bar tampak biasa aja, gak ada kesibukan berarti, kecuali beberapa driver ojol yang lagi duduk nunggu pesanan mereka, sambil mainan hp.
"Waalaikumsalam. Eh mas boss akhirnya mampir juga? Kita kira udah lupa?" Seloroh Angga yang salah satu barista andalan Gyan. Yang aku yakin banget, itu berupa sindiran.
Aku tersenyum gak enak, karena itu menandakan Gyan lama gak nengokin mereka. Gyan berdecak sambil mengajak Angga bro-hug. Aku tuh sayang banget sama anak-anak coffeecoustic. Mereka tuh kayak saudara sama Gyan tapi sopan banget sama aku.
Dari awal aku di kenalkan dengan mereka-mereka, semuanya langsung memperlakukan aku dengan sopan.
Gak ada yang nyeletuk menghina atau bercanda yang gak pantas, apalagi berani ngajakin sis-hug. Bisa di sleding Gyan yang ada. Ngajak salaman aja mereka enggak, kayak udah di contohin banget sama Gyan.
"Mbak Ola... iiih kangeeen!!!" Kecuali Nimas tentu aja, dia yang megang sosial media nya Coffeecoustic, sama banyak bantu Deden untuk urusan operasional. Nimas langsung menyongsongku dan tentu aku balas dengan pelukan, sambil kami sibuk membuat suara-suara annoying ciri khas sis-hug.
Kalau bro-hug kayak Gyan sama Angga tadi kan cuman 'Pakabar bro? Aman?' yang di balas 'Aman boss aman.'
Kalau sis-hug kan 'Mbak Ola tambah cantiiik.' Dan di balas 'Kamu juga tambah cantikkk.' Terus di balas lagi 'Cantikan mbak Ola.' Dan di balas 'Kamu juga kok aaah.' Gitu aja terus sampai Rayqa masuk kuliah.
"Kok lama gak kesini sih? Mas Gyan juga sekarang di temuinnya di kantor HuniYan terus?" Keluhnya sambil menggandeng lenganku dan aku berjalan ke area service. Dapur pembuatan aneka kopi ini sebenarnya terbuka jadi bisa di lihat juga sama para tamu, sekaligus berbagi wangi kopi yang menguar, menambah suasana jadi lebih cozy.
KAMU SEDANG MEMBACA
OLAGYAN ( BE US AGAINST THE WORLD )
RomanceWARNING! ADULT CONTENT. 21+ READERS ONLY! Setelah kamu ketemu dengan Perfect Match, terus apa? Dear Viola Kirana Salasabila, will you keep dancing with me, you and me, be us against the world. Karena menikah itu, adalah selamat menempuh hidup baru...