KE-SA-YA-NGAN!

2.3K 428 243
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Gue melirik jam dan sudah setengah enam. Gue memutuskan nunggu maghrib aja di kantor, nanti beneran mampir aja sebentaran di acara bapaknya Ciara sebagai sopan santun.

Gue memang selalu berusaha memenuhi undangan klien, yang masih ada kaitannya dengan proyek yang gue kerjakan. Tahun lalu, klien gue menikah juga gue datang sama Ola.

Gue mau tetap pulang dan makan malam sama Ola. Gue akhirnya telepon Ola, yang tadi siang gue telepon juga jawabnya malas-malasan.

Perempuan kalau marah, kenapa harus di oles formalin sih? Mengandung pengawet berbahaya marahnya perempuan tuh. Makanya Allah menciptakan laki-laki dan perempuan berpasang-pasangan, ya? Kalau cewe sama cewe, gak kebayang. Mereka ambek-ambekan bisa tujuh turunan gak kelar-kelar kayaknya.

Gue menelpon Ola sambil nunggu adzan. iPad gue sendiri dari tadi udah nyetel tausiyahnya ustad Khalid Basalamah, buat nemenin gue. Anak-anak semua sudah bersiap pulang dan lebih milih sholat di jalan aja.

"Assalamualaikum." Alhamdulillah, walau ngambek masih inget ngucap salam sama suami. Memang istri shalehanya Mas Gy ini luar biasa banget. "Wa'alaikumsalam. Dimana, Sayang?" Tanya gue dan Ola hanya diam, gak lama gue dengar suara pintu di tutup.

"Baru masuk rumah." Jawabnya dan gue mengangguk walau dia gak lihat. "Sayang. Aku agak telat, ya? Mampir acara syukuran sebentar, tapi aku makan malam di rumah. Gak lama, cuman nunjukin muka aja." Pamit gue dan Ola diam.

"Acaranya siapa?" Tanyanya datar dan gue akhirnya sampai di part dimana gue harus milih, jujur apa bohong? Bohong hanya mengundang masalah, walau jujur juga bakalan jadi masalah.

Setidaknya, kalau gue jujur, Ola lebih gak bakalan curiga gue macem-macem. Gue gak nyembunyiin apapun dari Ola. Mana ada orang selingkuh jujur kan? Jadi dari pada gue di curigain ada gimana-gimana, di tuduh tertarik segala macam lah? Mending gue jujur. "Pak Arifudin, Bapaknya Ciara. Beliau ngundang acara syukuran naik atap rumahnya yang lagi aku bangun. Tapi aku..."

"Aku gak masak! Kamu makan aja di sana. Assalamualiakum!" Lalu sambungan terputus gitu aja. Gue hanya bisa meraup wajah gue kasar. "Astagfirullah aladzim, Oyang." Lirih gue sambil menggeleng.

Belum selesai gue jelaskan kalau gue hanya akan setor muka langsung cabut. Makanya gue sholat maghrib dulu di kantor, supaya benar-benar bisa langsung cabut.

*****

"Waaah. Nak Gyan anak bapak." Sambutnya sambil merangkul gue dan menepuk-nepuk pundak gue dan menggiring ke dalam. "Bapak kira gak bakalan datang. Ayo-ayo bergabung di dalam. Ciara masih di jalan, sebentar lagi datang sama ibu." Ucapnya seolah gue memang butuh informasinya.

Gue hanya mengangguk sopan sambil mengikuti dia "Sebelumnya mohon maaf. Saya gak bisa lama-lama, karena masih ada urusan. Jadi, saya mau segera pamit pak, setelah acara doa." Jelas gue di awal biar gak di ribetin pas mau pamit. Beliau berhenti dan mengerutkan kening dalam ke arah gue.

OLAGYAN ( BE US AGAINST THE WORLD )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang