Gue memperhatikan prosesi akad nikah yang memang gak pernah gak mengharukan. Gue duduk disamping Mama, karena sang ustad akhirnya di dampingi Mas Hafiz. Lebih cocok lah dari segi wibawa juga.
Ola sendiri baru bergabung di prosesi akad agak terlambat dan duduk di belakang bersama Gendis. Di samping gue memang di dudukin sama adik dari mempelai pria, yang akhirnya di putuskan dia yang membawa emas kawin.
Gue tersenyum waktu tatapan gue dan Ola bertemu. "I love you." kata gue tanpa suara sambil tertawa kecil. Ola membalas senyuman gue tapi gak membalas ucapan gue.
Tatapannya terlihat sedih.
Gue mau bahagiain Ola kok ya susah banget ya?
Sampai akhirnya gue lihat Ola beranjak pergi dari ruang akad. Gue mau pergi tapi terlanjur pembacaan doa penutup dan rasanya gak sopan kalau gue juga pergi, terlebih gue duduk di baris paling depan begini.
Selesai dengan prosesi akad nikah, sekarang kedua mempelai tinggal foto-foto aja. Resepsi sendiri diadakan nanti malam di gedung yang sama. Gue, Ola, Mama dan Gendis buka kamar di hotel dekat sini untuk kemudahan. Jadi nanti kami bisa istirahat sebentar.
Gue pamit ke Mama untuk nyari Ola. Gue berpapasan dengan Gendis dan Gendis bilang gak tahu Ola kemana. Gue telepon hp nya juga gak di angkat.
"Lihat Ola?" Tanya gue ke salah satu petugas WO dan dia bilang, Ola ke arah ruang rias. Yah, biasakan perempuan? Ada yang mengsol dikit langsung merasa perlu touch up.
Jadi palingan Ola lagi touch up disana.
Gue mengetuk pintu ruang rias, karena gak berani main buka aja takut ada yang lagi ganti pakaian. Tapi tiga kali gue mengetuk gak ada jawaban apa-apa dari dalam. Apa Ola gak ada di dalam?
"Bismillahirohmannirohim." Gue menekan gagang pintu dan mendorongnya "Sayang?" Gue pede banget punggung yang gue lihat itu Ola. Ya kali gue ketuker sama punggung istri orang.
Gue lihat Ola kayak sedikit nunduk dan kayak buru-buru nyeka air mata gitu. Masak dia nangis? Emang ada apa?
"Sayang?" Panggil gue sambil berjalan mendekat dan gue lihat mata Ola sudah memerah. "Loh? Hey? Kamu kenapa?" Tanya gue dan Ola cuman menggeleng.
"Gak enak badan?" Tanya gue sambil menarik bangku lain dan duduk di depan Ola. "Kenapa, Sayang?" Tanya gue dan Ola masih menggeleng "Aku enggak apa-apa. Udah lah, kamu sana aja." Usirnya ketus dan gue semakin bingung.
"Aku salah apa, Yang?" Tanya gue dan Ola mala menatap gue sinis sambil tersenyum miring "Enggak. Gak ada yang salah kok sama kamu." Jawabnya ketus sambil berdiri dan mau ninggalin gue gitu aja "Ola! Aku gak suka ya kamu main lempar emosi gini aja. Aku tuh salah apa?" Tanya gue yang gak kalah kesal.
Kalau ini soal kemarin? Please lah, gak cuman dia yang kecewa sama keadaan, tapi gue juga.
Ola berhenti dan menatap gue sedih "Aku udah bilang kamu gak salah apa-apa." Jawabnya dan udah mau ninggalin gue lagi. "Ola!" Panggil gue lagi sambil mencekal lengannya "Gak gini, ya. Aku gak suka."
KAMU SEDANG MEMBACA
OLAGYAN ( BE US AGAINST THE WORLD )
RomantikWARNING! ADULT CONTENT. 21+ READERS ONLY! Setelah kamu ketemu dengan Perfect Match, terus apa? Dear Viola Kirana Salasabila, will you keep dancing with me, you and me, be us against the world. Karena menikah itu, adalah selamat menempuh hidup baru...