*****************
Kami berjalan menyusuri pantai sambil gandengan tangan. Angin sore meniup sepoi – sepoi udah kayak lagi shooting video klip. Aku memeluk lengan Gyan sambil mendengarkan bapak ini dari tadi mengoceh panjang lebar menceritakan setiap sudut dari resort ini.
Gak sengaja papasan dengan si mbak manager yang senyum sumringah lihat Gyan, lalu berubah kayak lihat kuntilanak pas lihat aku lagi gelendotan di lengan Gyan. "Selamat siang, mas Gyan." Laki gue aja dong yang di sapa.
Kenapa sekarang bermunculan spesies wanita, yang suka pingin banget bilang 'gue kenal laki lo!' dengan gak mau nyapa pasangannya? Aku herman jujur aja soal ginian. Saking herannya aku sampai herman.
Eh herman bapaknya temenku, bisa di gaplok aku entar.
Attitude yang sangat tidak penting buatku. Kalau kita berteman sama suami orang so what? Gak bikin kita jadi berhak sombong ke istrinya dan gak bikin kita lantas boleh bersikap seolah 'emang lo aja yang bisa dekat sama nih cowo?'.
Karena jelas jawabannya adalah 'Oh of course cuman gue yang boleh dekat sama nih cowo. Lo mau di adu dari sudut mana? Hukum apa Agama? Biar kata lo akhirnya berhasil ngerebut juga, jatohnya lo yang hina bukan gue.'
Jadi ladies please maintain our behaviour, ya.
Gyan menangkup punggung tanganku yang sedang merangkul lengannya dengan mesraaah. "Selamat siang, Mbak." Balasnya sopan. Gyan diam gak ngomong apa – apa dan si mba aku gak mau tahu namanya itu, akhirnya tersenyum kikuk karena Gyan gak memulai pembicaraan apapun.
"Siang, Mbak...?" Dia berlagak lupa tapi yang jawab Gyan "Viola. Istri saya namanya Viola." Dan dia tertawa sok ramah. Walau mungkin emang harus begitu ya. "Aaah iya, maaf saya lupa."
Aku tersenyum manis dan membalas "Siang juga, mbaaak...?" Tanyaku sambil mengerutkan kening dan dia tersenyum kikuk. Gak ada yang bantu jawabin kan? Makanya jangan berlagak.
"Saya Sinta mbak." Jawabnya dan aku mengangguk "Ooh mbak Sinta."
"Mas Gyan menikmati stay nya?" Lagi – lagi cuman Gyan yang ditanya. Apa perlu gue rekomendasiin ke om Akhdan buat di pecat aja? Untung Ola berhati selembut tahu sutra, jadi gak suka jahat sama orang.
"Alhamdulillah ya, Yang? Oke ya stay disini?" Tanya Gyan sambil menoleh kepadaku dan aku hanya mengangguk sambil tersenyum. "Kami lanjut dulu, mbak?" Tanya Gyan dan Sinta tanpa Rama itu tersenyum kecut.
"Sinta, Mas." Jawabnya dan Gyan mengangguk "Mari mbak Sinta." Pamitnya dan aku gak merasa perlu senyum – senyum lagi. Aku semakin menggelendot ke Gyan dan berbisik.
"Kasihan tahu dia, Mas. Baru di selingkuhin." Bisikku dan Gyan menoleh dengan tatapan heran. Aku masih memasang wajah serius. "Pacarnya kan Rama, eh Rama nya selingkuh sama Yana. Tuh udah buku toko bareng, Ramayana. Pasti dia sedih lihat wahana Ramasinta di Dufan. Sampai pindah jauh banget ke Banyuwangi."
KAMU SEDANG MEMBACA
OLAGYAN ( BE US AGAINST THE WORLD )
RomanceWARNING! ADULT CONTENT. 21+ READERS ONLY! Setelah kamu ketemu dengan Perfect Match, terus apa? Dear Viola Kirana Salasabila, will you keep dancing with me, you and me, be us against the world. Karena menikah itu, adalah selamat menempuh hidup baru...