"Aku males, Mas." Rengekku manja, dengan suara teredam karena sibuk bergelung di pelukan Gyan. Sejak nikah, pelukan Gyan adalah tempat favoritku. Aku belum pernah tanya Gyan, tempat favorit Gyan dari aku apa. Malu, hehehe. Sebenarnya menyadari Gyan sepelukable ini, waktu kami terjebak di lift dan Gyan memelukku supaya aku tenang. Disitu aku, dengan segudang perasaan bersalah karena lagi punya pacar, malah merasa nyaman sama pelukan laki – laki lain.
Udah gitu, orangnya sekarang jadi suami pula. Ini kalau Miko tahu aku nikahnya sama siapa, kira-kira dia ngelemparin aku pakai molotov gak ya? Dia kan pernah bilang, waktu habis lihat Gyan di Rumah Sakit dan lihat Gyan beberapa kali waktu dia jemput aku 'Aku kok gak suka sih sama teman kamu yang itu?' dan aku hanya menganggap Miko adalah seorang Miko yang kucing jantan aja di cemburuin dan di jadiin bahan buat ngamuk-ngamuk.
Miko kayaknya gak tahu aku nikah, karena sudah setahunan ini aku juga gak merasa ada notifikasi like di IGku, yang dulu sampai lebih dari tiga bulan pasca kami pisah, masih selalu dia tinggalkan di setiap postinganku. Walau dia sendiri gak pernah posting apa-apa.
Walau aku suka lucu sendiri, mengingat betapa lucunya roda kehidupan ini. Gyan yang dulu aku cuekin, walau gak bisa bohong dia juga diam – diam banyak mencuri perhatianku. Aku yang dulu selalu bilang Gyan gini dan gitu, tapi nyatanya karena sibuk mikirin Gyan gini dan gitu, aku malah jadi ngelihatin dia terus kalau dia ada.
Akhirnya lama-lama jadi gusar sendiri, nyadar kalau Gyan seganteng itu dan selucu itu. Eh pakai acara di peluk di lift, yang bikin hati ini makin ambyar gak karuan.
Dan sekarang pria yang dulu sering aku berusaha coret-coretin dari list nama-nama pria yang wajib aku perhitungkan, malah dia yang jadi suamiku. Tanpa paksaan pula.
Aku sukarela di kawinin sama Gyan. Hahahahaha.
Gyan yang sudah setengah mengantuk karena seharian merapihkan barang – barang yang baru datang ke apartemen, hanya membalas dengan tawa yang pelan. Tangannya mengusap lembut kepalaku dan menciumnya, sambil sesekali menggesekan hidungnya di sela – sela rambutku. "Males kenapa sih?" Tanyanya sambil dia menunduk dan menarik lembut daguku untuk sedikit mendongak.
"Besok udah kerja. Back to reality. Kamu sibuk, aku sibuk. Nanti kita kapan bisa kayak begini seharian lagi? Aku terlanjur ketagihan, malas-malasan sambil peluk-pelukan gini. Gimana ya nanti, kalau kita udah sama-sama sibuk?" Tanyaku dan Gyan ketawa sambil matanya aku yakin udah ngantuk banget padahal ini baru jam 10 malam. Biasa juga Gyan kuat melekan sampai kadang gak tidur kalau ngerjain proyek – proyeknya.
Tapi sejak nikah dan kita bulan madu, Gyan selalu pules duluan. Mungkin bulan madu ini benar – benar jadi break juga buat dia, setelah bertahun – tahun kerja rodi. Kelihatan banget, Gyan selalu antusias sama setiap perjalanan kami. Kayaknya dia juga meraup kenikmatan sebanyak-banyaknya, lepas dari pekerjaan.
"Terus Oyang maunya gimana?" Tanyanya sambil mengusap – usap pipiku dengan lembut, walau jari-jari Gyan sedikit kasar. "Aku udah tawarin resign aja, kamu gak mau? Aku tuh ngikut aja apa mau kamu, Sayang. Aku gak pernah maksa kamu harus ikutan kerja." Sambungnya dan aku menyandarkan pipiku malas di dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OLAGYAN ( BE US AGAINST THE WORLD )
RomanceWARNING! ADULT CONTENT. 21+ READERS ONLY! Setelah kamu ketemu dengan Perfect Match, terus apa? Dear Viola Kirana Salasabila, will you keep dancing with me, you and me, be us against the world. Karena menikah itu, adalah selamat menempuh hidup baru...